Kenyataan MengerikanJam makan siang selesai, Raya sudah berada di depan rumah sakit, rumah sakit swasta yang melayani pasien umum, rumah sakit yang dulunya adalah milik sebuah yayasan.Rose akan segera masuk, untuk menemui ibu Rahma. Hatinya bergetar hebat, berdebar tidak karuan, antara gugup, takut dan khawatir. Hari ini Raya akan banyak mengobrol dengan ibu Rahma, dia berharap mampu mengendalikan diri, setiap emosi manusiawi yang mungkin saja akan dia miliki dan keluar dengan sendirinya. Ibu Rahma, orang yang seolah tidak mempedulikan kehadirannya selama tiga bulan terakhir, namun dia pasti tersiksa, melihat bayi yang dulu dia tukar tumbuh dengan begitu sehat dan cantik, datang seolah meminta pertanggung jawaban.Raya berdiri di depan pintu kamar ibu Rahma, terlihat mengambil nafas, lalu mengetuk pelan."Masuklah," terdengar suara itu lirih. Raya memberanikan diri memegang dagang pintu, lalu membukanya. "Kamu sudah datang, duduklah," ucap ibu Rahma yang terdengar begitu hangat, s
Sebuah Perhatian KecilJam menunjukkan pukul tiga sore, Raya duduk di depan toserba 69, terlihat menghela nafas panjang, lalu duduk di lantai yang menyerupai tangga. "Kamu sudah selesei?" tanya Devon yang tiba tiba datang dan menyodorkan sebotol air mineral."Terimakasih," ucap Raya seraya menerima botol itu. Devon terlihat ikut dudu di samping Raya."Aku tidak menyangka akan seberat ini," ucap Raya."Benarkah? apa kamu mengangkat sesuatu?" tanya Devon. Raya melihat ke arah Devon, seraya mata yang memicing dan bibir sedikit maju, lalu memukulnya lembut."Kamu ini," ucap Raya."Baru hari pertama aku mengunjunginya setelah kesepakatan, cerita yang kudengar begitu menyesakkan," ucap Raya."Benarkah?" tanya Devon."Devon, kamu tahu, ada seseorang yang kadang melakukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan tanpa memikirkan orang lain," ucap Raya."Benarkah?" tanya Devon."Ya, ada orang seperti itu," ucap Raya.Devon terlihat menatap ke arah depan."Kamu tahu, dulu pernah ada pasien yang d
Kebingungan DevonRaya terlihat menyeruput kuah mie cupnya yang masih mengepul, lalu menunjukkan ekspresi kepanasan."Apapun niatmu, aku ucapkan terimakasih, aku harap kamu tidak menginginkan apapun dariku," ucap Raya yang terdengar blakblakan.Devon mengarahkan matanya pada Raya."Hah, apa yang kamu katakan, aku baik padamu karena kasihan, aku khawatir kamu akan sakit," ucap Devon."Baiklah, seperti yang pernah aku katakan, aku bisa mengenali barang asli dan tidak, juga termasuk seseorang," ucap Raya."Ya, tapi itu mustahil, butuh keahlian khusus untuk itu," ucap Devon."Coba lihat itu, dua orang pria yang berteduh di depan toserba,” ucap Raya seraya mengarahkan matanya pada orang yang dia tuju.“Mereka bekerja di butik yang letaknya tiga blok dari sini. Pria yang satu melepas sepatunya, mendekap di depan dada, seolah ingin melindungi sepatu yang baginya cukup berharga, daripada digunakan untuk melindungi kakinya. Sedangkan yang satunya, seolah tidak peduli, walaupun sepatunya basah
Apa Dia Dokter?Setelah ambulans pergi, Devon segera menemui Raya yang sudah berada di toserba."Sekali lagi kamu mengejutkanku," ucap Devon."Kamu melakukannya dengan baik," lanjut Devon."Hmmm, pramuka, ya pramuka, kamu harus ikut kegiatan pramuka supaya bisa melakukan apa saja, terutama keahlian bertahan hidup di situasi darurat," ucap Raya seraya mengulaskan senyum sempurna, lalu terlihat kembali menata beberapa barang."Pramuka, ya pramuka, aku akan berusaha untuk mempercayainya," ucap Devon. Devon terlihat meletakkan sesuatu di atas meja kasir, itu adalah obat yang baru saja dibelinya dari apotik."Ini untukmu," Devon terlihat menyodorkan sebotol minuman yang merupakan vitamin untuk daya tahan tubuh."Terimakasih," ucap Raya seraya menerima minuman botol itu.“Aku sudah menebus obat ibuku,” ucap Devon."Obat apa itu?” tanya Raya."Ini," ucap Devon yang kemudian memasukkan obat untuk ibunya ke dalam saku celana."Alprazolam, apa ibumu mengkonsumsi itu?" tanya Raya yang terlihat
Masa Lalu Datang Lagi Raya menjatuhkan tubuhnya, lalu mulai menangis sejadi jadinya. "Kenapa kamu harus datang lagi Radit, setelah aku berusaha mati matian untuk melupakan semuanya," gumam Raya yang terus saja menghujani pipinya dengan air mata. Pilu, sedih, semua perasaan bersatu padu. Ingatan masa lalu mulai bermunculan dan hal ini membuatnya tidak mampu menguasai dirinya. *** Jam makan siang tiba, Raya bersiap untuk segera meluncur ke rumah sakit untuk menemui ibu Rahma. Dia terlihat berjalan ke arah motornya, mengambil helm, lalu memasang di kepala. Raya segera naik ke atas motor kesayangannya itu, menaikkan standar samping, bersiap menekan knob starter motor. Tidak lama setelah itu, terdengar suara ponsel berbunyi. Suara ponsel berasal dari dalam tas ranselnya. Raya kembali menurunkan standar, lalu melepas helm yang sudah terpasang. Raya menarik tas ransel yang dipakainya, lalu mengambil ponsel yang terus saja berbunyi. Di layar ponsel muncul nama Devon, Raya mengerutkan
Lima Tahun LaluTanpa terasa air mata Raya menetes, dia mulai mengingat kembali peristiwa lima tahun lalu yang menimbulkan trauma mendalam dalam dirinya, juga menjadi penyebab berubahnya segala hal dalam hidupnya. Raya mengingat kenangan manis sekaligus pahit itu, ketika mereka berdua berada di dalam sebuah kamar, berci-uman panas, lalu bergu-mul di tempat tidur, hingga Raya mengabaikan telephone penting yang dia sesali hingga saat ini. Hanya karena hasrat berci-nta, yang merupakan keinginan sesaat, dia harus membayarnya dengan perasaan bersalah yang terus dibawanya seumur hidup.Raya mengingat kenangan manis sekaligus pahit itu, sepenggal waktu yang mengisi kehidupannya, merubah jalan hidupnya dan juga urusan percintaannya.Lima tahun yang lalu.Malam itu Raya terlihat di rumah sakit, tepatnya di ruang jaga dokter. Dia terlihat membuka lokernya, mengambil tas juga kotak kecil berbentuk persegi dengan pita warna merah muda. Itu adalah kado yang sudah disiapkannya sejak satu bulan yan
Sebuah Peristiwa"Apa kamu berjaga sendiri?" tanya ibu itu."Tidak, sebagian ada di ruang unit gawat darurat, sebagian lagi ada di nurse station yang satunya," ucap perawat Putri. "Apa setiap malam ada dokter yang bertugas?" tanya ibu itu."Tentu, ada satu dokter yang selalu berjaga, dan ada beberapa dokter yang siap dipanggil ketika ada keadaan darurat," penjelasan perawat Putri."Baguslah kalau begitu,"'ucap ibu itu.Di ruang jaga dokter, terlihat dokter Megan sudah menenggak sebotol collagen drink, rasanya cukup enak, campuran buah berry yang menyegarkan. "Ah, sepertinya aku bisa meminum satu lagi, rasanya cukup enak," ucap Megan yang kemudian meraih botol kedua collagen drink. Dengan yakin dan tanpa pikir panjang, dokter Megan menenggak minuman di botol kedua itu. ***Raya dan Radit terlihat berada di sebuah restoran mahal, mereka di sana untuk berkencan sekaligus merayakan ulang tahun Radit."Selamat ulang tahun," ucap Raya seraya menyodorkan kotak kado yang sudah disiapkanny
Peristiwa MengerikanRaya bergegas melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan anak kecil itu, walaupun dia tahu kondisinya begitu parah."Dok, dokter anak (dokter Feronika) sudah dalam perjalanan. Sedangkan dokter bedah bersedia datang besok pagi," ucap perawat."Apa yang mereka pikirkan," ucap Raya kesal."Dok, anak laki laki itu mengalami henti jantung," ucap perawat memberikan informasi mengenai status anak itu. Melihat situasinya, Raya memutuskan untuk melakukan cardio pulmonary resusitation (CPR) berusaha untuk menyelamatkannya. Kompresi itu dilakukan Raya dengan menggunakan kedua tangannya, sebaik mungkin.CPR adalah prosedur penyelamatan jiwa yang digunakan pada keadaan gawat darurat, ketika detak jantung dan pernapasan berhenti. Ketika jantung berhenti memompa darah, suplai oksigen menjadi terganggu, dan dapat menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit.Raya berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan anak itu, bahkan matanya mulai merah, tidak lagi kuat me
Kakak Beradik Pagi harinya, Raya sudah berada di kedai ayam cepat saji.“Bagaimana liburannya? Kamu pasti sangat menikmatinya,” ucap Anna.“Ya, lihat kulitnya menghitam, kamu pasti berjemur seharian,” ucap Angga seraya melihat ke arah Raya.“Ah, kalian tidak akan menyangka, liburanku sama sekali tidak menyenangkan, sama sekali,” ucap Raya seraya menghela nafas panjang.“Bahkan aku ingin tidur, liburan tidak membuat tubuhku mengisi ulang daya,” gerutu Raya.“Raya, ada pesanan yang harus kamu antar pagi ini,” ucap pak Umay.“Baiklah, aku sudah siap pak kepala kedai, tugasku akan selesai dengan baik,” ucap Raya seraya memberi hormat.“Kamu gunakan mobil kantor, karna kamu harus mengantar dua puluh paket ke dua puluh tempat, pemesan sudah membayar ongkos kirimnya,” ucap pak Umay.“Apa? Dua puluh?” tanya Raya.“Ya, kamu habis liburan, kamu sudah memiliki tenaga untuk itu, seman
Pria Pria Menawan Raya berjalan ke arah aula hotel Santika, hotel di mana seminar diadakan. Tiba tiba dia berpapasan dengan seseorang yang tidak asing lagi. “Lucas,” ucapnya, lalu dia bergegas menyembunyikan wajahnya dengan paper bag yang dibawanya. “Bagaimana ini, ah, kenapa ada dia di sini, ah merepotkan saja,” ucapnya kesal. “Dia berusaha menepi, menghindari Lucas yang juga berjalan ke arah tempat seminar. “Apa jangan jangan Lucas juga hadir ke seminar Radit? Wah ini tidak bisa dibiarkan, aku harus segera pergi dari sini,” ucap Raya yang mengendap endap, mencoba kabur dan menghilang. Baru beberapa langkah, tubuhnya menabrak tubuh seseorang, Raya mendongak ke atas, ternyata itu adaah Devon. “Raya, kamu juga datang ke seminar ini? Wah kamu pasti mendapatkan tiket gratis dari Radit, dia juga memberikannya kepadaku. Ayo kita segera masuk, seminar akan segera di
PRIA LUAR BIASA Di depan pintu sudah ada Rohaya yang berdiri di depan pintu dengan tangan menyilang di depan perut.“Kamu tidak membawa sesuatu untukku?” tanya Rohaya.“Hanya porsi berdua,” ucap Raya yang kemudian segera masuk ke dalam rumah, berjalan menuju ke kamarnya.“Kamu pelit sekali,” gumam Rohaya yang mengikuti langkah kaki Raya.“Kamu kembali berkencan dengan laki laki kaya itu?” tanya Rohaya.“Dia sangat kaya, kamu harus mengikatnya dengan kuat, supaya dia tidak lari dibawa pelakor gila,” ucap Rohaya yang terus mengikuti Raya hingga ke kamarnya.“Aku belum memutuskan apapun,” ucap Raya.“Apa yang kamu tunggu, dia datang kepadamu, begitu menginginkanmu, kamu bisa menjadi istri calon presdir rumah sakit mewah, itu sempurna,” ucap Rohaya yang kemudian duduk di tempat tidur Raya.“Apa kamu menyuruhku menjatuhkan hati hanya karena harta?” tanya Raya.“Kamu harus realistis, jika
LUCASRaya menghentikan mobil tepat di tikungan jalan, cukup dekat dengan hotel Santika. Dia melihat ada seorang wanita berdiri di pinggir jalan, wanita yang sepertinya tidak asing. Wanita dengan gaun berwarna putih, rambut panjang sebahu, tinggi, langsing, dia berdiri menyamping, sehingga Raya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Berapa detik setelah itu, muncul seseorang yang sepertinya tidak asing, sangat tidak asing.“Lucas,” bisik Raya, kemudian dia segera menyembunyikan tubuhnya. Raya mengintip, dia melihat Lucas dengan wanita itu, tiba tiba wanita itu melihat ke arah mobil Raya.“Fay?” bisik Raya yang sudah bisa mengenali wanita itu. Rupanya dia adalah Fay, teman satu fakultasnya dulu.“Jadi Lucas dengan Fey?” Tanya Raya pada dirinya sendiri.“Apa mereka sudah menikah? Atau berpacaran?” Tanya mengusik hati dan juga perasaan Raya.Raya terdiam, memikirkan kemungkinan bahwa Lucas mungkin saja sudah menikah dengan Fey. Dia ingat, pertama kalinya menginjakkan kaki di kampus el
KencanJam empat sore, Raya sampai di depan rumahnya, menurunkan standar motor, lalu melepas helm. Terdengar suara dering dari ponselnya, dia segera mengambil ponsel itu dari dalam tas ranselnya.“Angga,” gumam Raya ketika melihat nama yang muncul di layar depan ponsel pintarnya.“Halo Angga, ada apa?” tanya Raya setelah menempelkan ponsel itu di telinganya.“Raya, sebelumnya aku harus minta maaf dulu, tapi ini darurat,” ucap Angga dari seberang panggilan, terdengar gugup.“Ada apa? Apa kamu mau mengganggu waktu liburku?” tebak Raya.“Ya, be-benar sekali, aku minta tolong, tepatnya kedai minta tolong untuk diantarkan empat puluh paket ayam, pekerja paruh waktu yang membantumu tidak bisa mengendarai mobil dan kurir online penuh, kami harus menunggu satu jam lagi, itu tidak mungkin, pesanan ini harus segera sampai ke sana,” ucap Angga menjelaskan situasinya.“Ya, ya, ya, hari ini adalah cuti tahunanku dan besok adalah cuti bulananku, sebagai karyawan yang budiman, aku harus tetap memban
Perhatian KecilSetelah sekitar sepuluh menit berjalan, akhirnya mereka sampai di kedai atas bukit, kedai bambu yang sederhana namun begitu indah dan sejuk dipandang mata.“Kenapa kalian lambat sekali,” gumam Raya.“Aku? Lamban?” kamu saja yang terlalu cepat, aku sudah berusaha menyusulmu, lagipula kenapa kita harus pindah ke tempat terpencil seperti ini,” ucap Devon.“Kalian tidak lihat, kalian sudah benar benar merusak liburanku, semua orang lebih tertarik pada kalian berdua ketimbang menikmati segarnya strawberry,” ucap Raya kesal.“Bukan salahku jika terlahir tampan,” ucap Radit yang terlihat berusaha menata nafasnya, dia benar benar kelelahan, dia membungkukkan tubuhnya, menyangga dengan kedua tangan yang memegang lutut.Devon melirik kearah Radit.“Wah, tadi dia tidak suka ketika aku menyombongkan ketampananku,” gumam Devon menggerutu.“Apa kamu tidak pernah berlari lagi di rumah sakit, kakimu sudah kaku, harusnya kamu lebih bisa cepat,” ucap Raya yang lebih terdengar seperti s
Tampan Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, mereka bertiga sampai di taman strawberry, ternyata tidak seperti dugaan Raya, taman strawberry di sana terlihat begitu padat, seperti lautan manusia.“Hah,” ucap Raya.“Sepertinya kamu harus berdesakan dengan semua orang untuk mendapatkan sebuah strawberry,” ucap Devon.“Ah, aku tidak akan menikmati semua ini, aku hanya ingin membeli sekeranjang strawberry dan memakannya di pinggir kebun, tapi pasti tidak ada yang menjualnya, mereka bahkan rela antri untuk memetiknya sendiri,” ucap Raya kesal.“Aku akan membelikanmu di mall, semua stock yang ada,” ucap Radit.“Mas, beda, ini segar, baru dipetik,” ucap Raya kesal. Radit terlihat menghela nafas panjang.“Baiklah, aku akan mewujudkannya, aku akan mendapatkan sekeranjang strawberry itu,” ucap Radit. Mendengar hal itu, Devon pun tidak mau kalah, dia juga berniat mendapatkan sekeranjang buah strawberry untuk
Penguntit Devon sudah ada di dapur, dengan mata yang berbinar.“Kamu sudah mandi?” tanya Raya seraya menatap Devon yang sebagian wajahnya masih terdapat sisa cipratan air.“Ya, kamu bisa lihat mataku, sudah terbuka sempurna,” ucap Devon.“Baiklah, ayo kita segera membuat masakan istimewa,” lanjut Devon.Devon terlihat menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan, ayam segar yang dibawa Raya, kentang, wortel, daun bawang, bumbu dapur yang diperlukan seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, daun secang, kayu manis, dan lain lain. Devon segera meramu masakannya, terlihat begitu terampil dan cekatan. Raya hanya bisa melihat Devon, dia tidak diijinkan untuk membantu apapun.Setelah sekitar satu jam, soup daging merah akhirnya tersaji, sungguh menggugah selera.“Wah, luar biasa, aku seperti melihat demo masak,” ucap Raya.“Cobalah,” ucap Devon seraya menyodorkan semangkuk kecil sup daging mera
Kekesalan Raya Cerita ibu Rahma.Pertengkaran demi pertengkaran membuatku semakin depresi, pertengkaran suami istri yang begitu menyudutkanku. Menukar botol susu yang sering aku lakukan untuk melegakan emosi suatu ketika sudah tidak lagi menarik, tidak lagi mempan. Aku mulai memikirkan sesuatu yang gila, bagaimana jika menukar bayi?.Suatu ketika aku melihat dua bayi laki laki yang terlihat sangat mirip. Aku menukar kedua bayi itu, namun aksiku diketahui rekan kerjaku, akhirnya berujung masalah yang menjadikan karir yang aku bangun susah payah berada di ujung tanduk. Aku bersikeras hal itu aku lakukan dengan ketidaksengajaan, akhirnya kedua orang tua itu memaafkan, tentu aku dan rumah sakit harus membayar kompensasi yang cukup besar. Aku menghabiskan uang simpananku, untuk menutup kasus itu dan melanjutkan karir sebagai bidan senior. Seiring waktu, rasa penasaran unt