Share

BAB 4 Kabar Penting

Kabar Penting

Jam delapan malam, di toserba 69, Raya terlihat melaksanakan tugasnya sebagai pramuniaga, mulai dari mendisplay produk di rak, mendata produk jualannya, menjaga kebersihan area toserba, memberikan label harga, menulis laporan penjualan, dan yang pasti harus dilakukan adalah memberikan pelayanan pada pembeli.

Dia menguasai semua itu, sangat trampil dan cekatan. Bahkan dia bekerja sendirian untuk jam kerja malam, shif paling sibuk, dimana banyak orang keluar rumah untuk berbelanja.

Raya terlihat berada di belakang meja kasir, menunggu pelanggan datang.

Dari pintu masuk toserba terlihat seorang anak laki laki masuk ke dalam toserba dan berhenti di depan meja kasir.

"Berikan aku rokok itu," ucap anak laki laki yang berusia sekitar sepuluh tahun.

"Apa kamu bisa menunjukkan kartu tanda penduduk milikmu?" tanya Raya.

"Apa sekarang membeli rokok harus menunjukkan kartu tanda penduduk? setahuku hanya membeli alkohol," ucap anak laki laki yang sepertinya cukup cerdas.

"Ini aturan baru di toserba kami, kamu harus menghormatinya," ucap Raya.

"Berikan rokok itu sekarang, jika tidak aku akan menghancurkan tokomu," ancam anak laki laki itu. Tiba tiba seseorang datang dan memukul lembut kepala anak itu.

"Kamu mau jadi brandalan? pergilah sebelum aku menghajarmu," ucap Devon yang tiba tiba berada di sana.

Anak laki laki itu memegangi kepalanya, walaupun sebenarnya tidak ada rasa sakit yang ditimbulkan dari tindakan Devon.

"Apa kamu meminta bantuan? kamu tidak adil," ucap anak laki laki itu pada Raya, mendengar itu Raya hanya tertawa terpingkal pingkal. Anak laki laki itupun melangkah pergi, seraya mengacungkan jari tengahnya ke arah Raya.

"fuck you, aku akan datang lagi dan membuat perhitungan," ucap anak laki laki itu.

"Anjing, babi, tikus got, serigala, ulat bulu," lanjutnya sebelum membuka pintu keluar dan menghilang.

Raya dan Devon tertawa, Devon beberapa kali menggelengkan kepala, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Anak jaman sekarang memang banyak yang tunalaras, karna berbagai faktor, sangat disayangkan," ucap Devon seraya tersenyum.

"Terimakasih, tapi sebenarnya aku sudah sering menghadapi hal semacam itu, tidak masalah, aku memiliki cara sendiri," ucap Raya.

"Ya aku tahu kamu bisa mengatasi semuanya sendiri, karna kamu wanita tangguh yang bisa melakukan apa saja seorang diri," ucap Devon seolah memberikan ejekan kecil namun juga pujian.

"Kamu ini, kamu mau membeli sesuatu?" tanya Raya.

"Ya, nah ini saja," ucap Devon seraya mengambil minuman kopi instan kemasan kaleng, lalu meletakkannya di depan Raya.

"Jangan, itu tidak baik untuk tubuhmu, ini saja," ucap Vanila seraya mengganti kopi dengan air mineral.

"Kamu ini, sudah seperti dokter pribadi saja," ucap Devon.

"Kamu tahu, kafein memiliki manfaat dalam dunia kesehatan, setidaknya dapat menstimulasi kerja jantung dan meningkatkan produksi urine, sebagai diuretik. Kafein juga dapat melindungi sel otak manusia sehingga menurunkan risiko perkembangan beberapa penyakit seperti Parkinson dan Alzheimer," penjelasan Devon.

"Baiklah bapak perawat yang Budiman, sebaiknya anda mengkonsumsi kafein tanpa gula, itu lebih baik. Kamu ingin mendapat manfaatnya namun menyebabkan tubuhmu bekerja lebih besar," ucap Raya.

"Baiklah baiklah, aku menyerah," ucap Devon seraya tersenyum, dia tahu akan sulit mengalahkan Raya dalam berdebat.

"Aku akan membeli air mineral, juga snack," ucap Devon. Mendengar hal itu, Raya mengambilkan Devon sebotol mineral dan snack sehat yang rendah garam.

"Aku mentraktirmu, bawalah," ucap Raya.

"Apa kamu menyogokku dengan ini supaya aku lekas pergi?" tanya Devon.

"Tidak, ini ucapan terimakasih karna telah menolongku dari anak brandal tadi," ucap Raya seraya tersenyum.

Devon melihat jam yang ada di tangannya.

"Aku akan menunggumu di luar, ada hal penting yang ingin aku sampaikan," ucap

Devon.

"Baiklah, seperti sepengetahuanmu, aku selesei dua jam lagi," ucap Raya.

"Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Devon seraya tersenyum, lalu dia berjalan keluar meninggalkan toserba 69.

Dari luar terlihat koh Ahong masuk ke dalam toserba. Dia adalah pemilik toserba, warga keturunan Cina yang sudah berumur sekitar enam puluhan namun masih terlihat begitu bugar.

"Koh Ahong? ada apa malam malam datang," tanya Raya.

"Apa laki laki itu kekasihmu, dia akan menunggu lama," ucap koh Ahong seraya melirik ke arah Devon.

"Tidak, dia hanya teman," ucap Raya.

"Raya, besok aku akan pergi ke luar kota. Aku datang untuk menyerahkan gajimu bulan ini, aku tidak ingin menanggung hakmu," ucap koh Ahong seraya menyerahkan amplop coklat berisi uang. Raya menerimanya, membuka amplop coklat itu dan menghitungnya.

"Pas, satu juta lima ratus," ucap Raya.

"Terimakasih koh, semoga toserba kita laris manis," ucap Raya seraya memukul mukul kan uang ke arah barang dagangan.

"Raya kamu tahu, orang sering salah kaprah, mereka mengira kamu pemilik toserba ini," ucap koh Ahong.

"Oh ya? bagaimana mungkin? Apa wajahku tidak seperti pelayan toko?" tanya Raya seraya mengulaskan tersenyum.

"Lihat saja montormu, tidak akan ada orang yang percaya bahwa motor itu adalah milik pelayan toko," ucap koh Ahong seraya melirik ke arah motor hitam Vanila yang terparkir di luar, motor sport merk Kawasaki dengan 4 silinder 948cc, harganya lebih dari dua ratus juta rupiah.

"Hanya hobi," ucap Raya seraya tersenyum.

"Baiklah, aku akan pulang dulu, istirahatlah, jangan bekerja terlalu keras. Jangan lupa tutup toserba dengan teliti, akhir akhir ini banyak kasus pembobolan," ucap koh Ahong.

"Baik Koh," ucap Vanila.

"Gaji milik Angela sudah aku berikan tadi lagi, kalian bekerjalah seperti biasanya selama aku di luar kota," ucap koh Ahong.

"Tidak perlu kahwatir, semuanya aman," ucap Raya.

***

Akhirnya selesei, jam sudah menuju ke arah delapan tepat, waktunya toserba tutup.

"Kamu masih menungguku?" tanya Raya yang melihat Devon duduk di lantai, tepat di sebelah kiri toserba.

"Tentu saja, kamu sudah selesei? mari kita bicara," ucap Devon.

"Baiklah, kita ke taman depan, aku sudah membawa kopi hangat dan juga makanan," ucap Raya.

"Kopi rendah gula," lanjut Raya seraya tersenyum.

Raya dan Devon sudah berada di taman kota, duduk di kursi taman yang tersedia di sana. Walaupun sudah tergolong tengah malam, suasana masih terlihat ramai dan hidup.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Raya.

"Ada kabar gembira, entahlah ini kabar gembira atau tidak untukmu, yang jelas ini sepertinya bagus," ucap Devon.

"Baiklah, sebaiknya segera katakan," ucap Raya.

"Hmmm, apa kamu sangat penasaran?" Tanya Devon.

"Entahlah, karna aku tidak tahu, aku juga tidak yakin akan penasaran atau tidak," ucap Raya.

"Kamu pasti senang mendengarnya, aku jamin itu," ucap Devon.

"Baiklah, katakan sekarang," pinta Raya.

"Kamu sudah siap mendengarkannya?" tanya Devon.

"Iya, ayolah," ucap Raya dengan ekspresi sangat penasaran.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status