Share

Bab 4

"Nenek!" teriak Elvina. Dia segera berlari keluar dengan panik untuk memanggil dokter.

Melihat neneknya dibawa ke ruang gawat darurat, air mata Elvina mengalir deras sambil bermondar-mandir di koridor dengan cemas. Jika terjadi sesuatu pada neneknya, Elvina tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri!

Tidak lama kemudian, neneknya didorong keluar dari ruang gawat darurat dengan wajah yang masih ditutupi alat bantu pernapasan.

Dokter memberi tahu Elvina, "Detak jantung pasien sudah stabil, tapi dia butuh perawatan dengan obat-obatan khusus. Obat yang dia butuhkan sangat langka dan mahal, Anda harus segera melakukan pembayaran agar kami bisa memberikannya."

"Baik, terima kasih." Melihat neneknya sudah baikan, Elvina akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia bergegas turun ke lantai bawah untuk melakukan pembayaran.

Namun, saat dia mencoba menggesek kartu kreditnya, semua kartunya ternyata sudah dibekukan.

Elvina langsung menelepon Yessi dengan cemas, "Yessi, bisa nggak kamu tanyakan sama Dexton kenapa semua kartuku dibekukan? Nenekku butuh obat dan aku perlu uang untuk membayarnya ...."

"Elvina, kamu sudah lupa?" Yessi memotong ucapannya dengan suara yang dingin dan terkesan tidak peduli. "Kamu sudah cerai dan nggak boleh ambil sepeser pun."

Sebelum Elvina sempat mengatakan apa pun lagi, Yessi sudah menutup telepon.

Tenggorokan Elvina terasa sesak, tetapi dia tidak punya waktu untuk bersedih. Neneknya membutuhkan uang untuk membeli obat. Elvina segera memanggil taksi menuju Grup Libertix. Dia harus menemui Dexton dan menanyakan kenapa dia sekejam itu mengambil alih Grup Libertix.

Selain itu, mengapa Dexton bisa sekejam itu tidak memberikannya sepeser pun setelah bercerai, hanya karena sedikit kesalahan yang diperbuat olehnya.

Ketika taksi tiba di Grup Libertix, hujan deras mulai turun. Elvina berlari menerobos hujan menuju pintu depan gedung. Namun sebelum dia masuk, petugas keamanan di pintu mendorongnya dengan kasar hingga terjatuh ke tanah.

"Kumohon, biarkan aku masuk. Aku mau ketemu Dexton ...." Elvina bangkit untuk menarik lengan petugas keamanan. Air hujan membasahi wajahnya hingga pucat. "Aku butuh uang untuk beli obat. Kalau nggak, nenekku akan meninggal ...."

Petugas keamanan sekali lagi mendorong Elvina menjauh dan mengangkat sebuah papan tanda di dekatnya. "Bu Elvina, silakan buka matamu lebar-lebar dan lihat papan ini!"

Elvina menyeka air hujan yang menetes di wajahnya, lalu melihat tulisan besar yang tertera di papan itu: "Elvina dan anjing dilarang masuk!"

Air mata Elvina bercampur dengan air hujan. "Dexton, apa salahku padamu?"

Saat usianya baru tiga tahun, ayahnya membawa pulang seorang anak laki-laki. "Elvina, orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Mulai sekarang dia akan tinggal di rumah kita, dia adalah kakakmu."

Dexton yang saat itu berusia enam tahun, datang ke hadapannya dengan senyuman hangat dan memberi hormat. "Halo, putri kecilku, mulai sekarang aku akan selalu melindungimu!"

Dari usia tiga tahun hingga sekarang, Dexton selalu melindunginya dan Keluarga Kusuma. Di hati Elvina, Dexton adalah bagian dari keluarganya dan pangeran yang selalu ada di sisinya.

Selama ini, Elvina tumbuh dalam perlindungan dan kasih sayang Dexton. Dia tidak perlu mempelajari hal-hal sulit, cukup menjalani hidupnya dengan nyaman, membeli pakaian dan tas, serta menjadi wanita yang patuh.

Namun, kenapa pria yang dulunya begitu lembut kini berubah menjadi sekejam itu? Dia merebut segalanya dari Elvina, bahkan mengejeknya lebih rendah dari seekor anjing. Apakah hanya karena dia dianggap "kotor"?

Orang-orang yang keluar masuk gedung Grup Libertix melihat Elvina yang terduduk di pintu dengan keadaan berantakan. Mereka segera mengenalinya dan mulai berbisik-bisik.

"Bu Elvina nggak tahu diri banget. Sudah nikah malah ke hotel lagi sama pria lain."

"Katanya, Pak Dexton sudah cerai sama dia. Bagus, dong!"

"Untung ada Pak Dexton yang ngurus perusahaan, Grup Libertix sudah bangkrut kalau ngandalin si bodoh itu!"

....

Di kantor eksekutif Grup Libertix, Dexton duduk di kursi besar bos sambil melihat rekaman langsung dari kamera pengawas di depan gedung. Melihat wanita yang basah kuyup dan duduk terpuruk di tengah hujan itu membuat tatapan Dexton menjadi rumit sejenak.

Namun tak lama kemudian, ekspresinya berubah menjadi dingin. Dia meraih foto yang menunjukkan senyuman ceria masa muda mereka berdua, lalu melemparkannya ke tempat sampah.

"Elvina, ini adalah utang keluargamu padaku!"

Tidak peduli seberapa kerasnya pun Elvina memohon pada petugas keamanan atau bahkan mencoba meminta bantuan dari manajer di Grup Libertix, tetap saja tidak ada yang memedulikannya. Para petugas keamanan mengusirnya dengan tongkat karena merasa dia mengganggu.

Kaki Elvina terbentur pagar besi dan tergores kawat berduri. Luka itu membuatnya jatuh terduduk di tanah. Rasa sakit yang tajam membuat Elvina menangis tersedu-sedu.

Dalam waktu sehari, dia kehilangan segalanya ....

Entah setelah berapa lama kemudian, langit semakin gelap dan hujan deras masih terus turun tanpa henti. Sebuah mobil Maybach berhenti perlahan-lahan di samping Elvina. Sopir yang turun dari mobil itu berjalan mendekati Elvina dengan membawa payung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status