Share

Bab 9

Setelah para pekerja selesai membongkar barang-barang dan pergi, vila yang dulu megah itu kini tampak sangat rusak dan kacau. Bahkan pintu kayu rosewood yang indah itu pun telah dicopot.

Seorang pelayan tua, Maya, berjalan dengan terpincang-pincang sambil menyeret sebuah koper memasuki rumah. Di dalam koper itu terdapat beberapa pakaian dan perhiasan mahal. "Nona, waktu mereka datang tadi, aku sudah beresin semua barang yang kamu suka."

Melihat kondisi kaki Maya yang terluka, mata Elvina berkaca-kaca. "Bi Maya ...."

Maya adalah pelayan yang dibawa oleh ibunya dan telah menemani Elvina sejak kecil. Karena khawatir para pengacau itu akan kembali, Maya meminta Elvina untuk mengantarnya ke rumah lamanya.

Rumah itu sangat sederhana. Hanya ada dua kamar tidur dan satu ruang tamu, tetapi satu kamar disiapkan khusus untuk Elvina.

"Rumah ini dibeli waktu aku pertama kali kerja sama ibumu. Dia yang bantu aku bayar uang muka. Sayangnya, Nyonya ...."

Mendengar hal itu, Elvina hanya bisa tersenyum getir. Bahkan seorang pelayan saja tahu bagaimana caranya membalas budi. Padahal Elvina telah banyak membantu Yessi, tapi Yessi malah berkhianat dan menjerumuskannya.

Elvina menempatkan papan nisan kedua orang tuanya dengan hati-hati. Di dalam kotak perhiasan, hanya tersisa beberapa perhiasan warisan dari ibunya. Sisanya dia serahkan kepada Maya. "Bi Maya, biarkan papan nisan Ayah and Ibu di sini dulu untuk sementara. Masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan."

Maya menawarkan, "Kudengar kondisi nenekmu lagi kurang baik. Gimana kalau aku yang ke rumah sakit untuk rawat dia saja?"

Elvina menggeleng pelan. "Nenekku sudah dirawat sama perawat profesional. Kaki Bi Maya juga lagi luka, sebaiknya istirahat di rumah saja." Setelah berpamitan, Elvina kembali mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, pikiran Elvina tidak bisa fokus. Saat ini, dia benar-benar tidak punya apa pun lagi. Apa yang bisa dia lakukan untuk balas dendam dan merebut kembali Grup Libertix? Sosok seorang pria dengan fitur wajah yang dingin dan tegas tiba-tiba muncul di benaknya.

Elvina segera menggelengkan kepala untuk berusaha mengenyahkan pikiran tentang pria itu. Kemudian, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menemui neneknya dan mencari cara lain.

Namun, tiba-tiba sebuah Bentley melintas di sebelahnya. Jendela belakangnya terbuka sedikit. Hanya dengan melihatnya sekilas, Elvina bisa mengenali orang di dalam mobil itu ... itu Dexton!

Elvina menginjak pedal gas dengan kuat untuk mengejar mobil itu. Saat teringat dengan perlakuan kejam Dexton dan adegan di mana papan nisan kedua orang tuanya dibanting ke tanah, perasaan benci dalam hati Elvina langsung meluap.

Ini adalah kesempatan yang sempurna. Jika dia bisa menabrak dan membunuh Dexton, Elvina bisa membalas dendam untuk kedua orang tuanya. Dengan begitu, dia tidak perlu memohon bantuan siapa pun lagi dan bisa mempertahankan martabatnya.

Mobil Bentley di depannya berpindah jalur beberapa kali dan Elvina hampir kehilangan jejaknya. Setelah berhasil mengejar mobil itu, Elvina tersenyum beringas. Dia menekan pedal gas dan langsung menabrakkan mobilnya ke arah Bentley tersebut!

Bentley hitam itu terlempar dan berputar beberapa kali di udara sebelum jatuh terbalik ke tanah. Mobil Elvina juga kehilangan kendali, lalu menabrak pagar pembatas dan terbalik. Kepala Elvina berlumuran darah dan tubuhnya penuh dengan pecahan kaca.

Dengan napas terengah-engah, dia melihat ke arah Bentley yang terbakar di kejauhan dan tersenyum lega. Akhirnya dia telah membalaskan dendam orang tuanya!

Namun sebelum dia bisa benar-benar merasa tenang, Elvina melihat sosok Dexton yang berjalan mendekat ke kursi pengemudi. Jasnya masih tampak sangat rapi, membuat Elvina terbelalak tak percaya.

"Elvina, kita sudah hidup bersama selama 20 tahun. Aku tahu persis sifatmu. Aku sudah tahu sejak awal saat kamu mulai mengejarku. Jadi, aku panggil orang lain dan mengganti mobil di lampu merah," kata Dexton dengan tenang.

"Dexton ...." Elvina menggeram dengan penuh kebencian. Namun sebelum Elvina bisa melanjutkan kata-katanya, dia telah jatuh pingsan di atas setir.

Melihat Elvina yang berlumuran darah di dalam mobil dan wajahnya yang pucat pasi, ingatan tentang masa lalu saat Elvina kecil selalu memanggilnya "kakak" muncul di benak Dexton. Pandangannya yang dingin tampak jauh lebih lembut.

Dia hendak mengulurkan tangan untuk menolong, tetapi tiba-tiba terdengar suara sirene ambulans yang semakin dekat. Para dokter dan perawat langsung turun dari ambulans dan bergegas menuju lokasi. Kenapa ambulans bisa datang secepat ini?

Dexton hanya sempat berpikir sejenak sebelum membiarkan para tenaga medis menangani Elvina. Dia kemudian kembali ke Bentley di tepi jalan dan memerintahkan dengan nada dingin, "Laporkan ke polisi. Tuduh Elvina atas percobaan pembunuhan dan kirim dia ke penjara!"

Tidak lama kemudian, Yessi yang sedang menemani anaknya di rumah, menerima panggilan dari informannya. Mereka memberi tahu bahwa Elvina mencoba menabrak Dexton, tetapi justru dirinya yang dibawa ke rumah sakit.

Mendengar kabar itu, Yessi merasa puas. Karena Elvina membuat keributan sebelumnya, anak Yessi sampai terjatuh hingga pingsan selama sehari penuh. Yessi benar-benar ketakutan saat itu.

Dengan suara penuh kebencian, Yessi berkata, "Siapkan dua orang di penjara untuk 'merawat' dia dengan baik."

Siapa suruh Elvina yang duluan mengajaknya bicara saat mereka berkuliah dulu. Elvina selalu membawanya berlibur, membelikannya tas dan membuatnya menyadari betapa jauhnya kesenjangan sosial antara mereka berdua.

Semua ini salah Elvina yang terlalu bodoh karena tidak bisa menilai orang. Yessi tadinya berniat melepaskan Elvina. Namun setelah Elvina hampir membunuh anaknya, Yessi tidak akan pernah bisa lagi memaafkannya!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status