Ketika Elvina akhirnya tersadar, dia merasakan kepala, leher, dan lengannya dibalut perban. Setiap gerakan yang dilakukannya membuatnya kesakitan. Saat ini dirinya berada di dalam sel tahanan.Seorang polisi yang mengantarkan makanan memberitahunya, "Kamu dituduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap Presdir Grup Libertix, Dexton. Tunggu saja di sini sampai pengadilan memanggilmu!"Elvina merasa sangat kesal pada dirinya sendiri karena tidak lebih teliti dalam mengejar mobil Dexton dan membiarkannya lolos! Elvina tentu saja tidak mau tinggal di sini menunggu mati. Dia memanggil polisi itu, "Aku mau telepon pengacara."Namun, polisi itu hanya tertawa dingin dan mengabaikannya.Malamnya, polisi yang sebelumnya tidak terlihat tiba-tiba muncul kembali. Kali ini, dia membawa dua wanita yang dikawal ke dalam ruang tahanan. Setelah mereka masuk, borgol mereka dilepas dan mereka segera melirik Elvina dengan tatapan jahat. Elvina yang mulai merasa tidak nyaman, bergerak mundur dan tetap waspa
"Telepon ...." Elvina menyebutkan serangkaian nomor telepon sambil terus menekan kukunya ke leher wanita itu. Kaki wanita itu langsung lemas dan melemparkan tatapan meminta bantuan kepada Yessi."El ... Elvina, kamu jangan macam-macam ...." Yessi terkejut karena tidak menyangka Elvina akan mengambil tindakan seperti itu. "Keluargamu sudah hancur, siapa lagi yang bisa kamu telepon untuk minta tolong?"Yessi telah berteman dengan Elvina selama bertahun-tahun. Dia tahu jelas siapa teman-teman di sekitar Elvina. Beberapa yang latar belakang keluarganya bagus juga telah disogok oleh Yessi. Jadi, tidak mungkin ada yang bisa membantu Elvina lagi."Kubilang ... cepat telepon!" Elvina menggertakkan giginya sambil melontarkan ancaman tersebut. Kukunya telah menancap leher wanita itu hingga berdarah. Wanita itu ketakutan hingga kakinya melemas.Wajah Yessi berubah pucat karena khawatir wanita itu akan menyebut namanya. Dengan gigi terkatup, dia mengambil ponsel dan menekan nomor yang disebutkan E
Raiden merasa tidak nyaman melihat kondisi Elvina. Dia mengambil bubur yang dibawanya dan menyesapnya sedikit, lalu menunduk dan mencium wanita itu dengan paksa. Dia membuka bibir Elvina untuk memasukkan bubur ke dalam mulutnya.Mungkin karena kelaparan, Elvina menelan bubur itu dalam tidurnya dengan refleks. Dengan cara ini, Raiden menyuapkan bubur sedikit demi sedikit hingga semangkuk bubur itu habis. Perlahan-lahan, kerutan di dahinya pun mereda.Saat Raiden hendak menarik tangannya yang menyangga leher Elvina, Elvina malah memegang tangan Raiden dengan lebih erat dan menekannya di pipinya."Ibu ...." Elvina meracau, seolah-olah telah menemukan orang yang bisa diandalkannya. Air mata yang hangat mengalir membasahi telapak tangan Raiden. "Aku rindu sama Ibu .... Bawa aku pergi ...."Raiden menatapnya sekilas, lalu berkata dengan nada datar, "Elvina, satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri." Tanpa ragu, Raiden menarik tangannya dan meninggalkan ruangan.Dalam mimp
Setelah terbangun keesokan paginya, Elvina turun ke lantai bawah dengan gugup. Namun, dia menyadari bahwa Raiden sudah tidak ada. Sebaliknya, yang menantinya hanya sang sopir, Owen."Pagi, Bu Elvina," sapa Owen, "Sebelum berangkat tadi, bos kami memerintahkanku untuk membawamu berbelanja pakaian.""Oke," jawab Elvina sambil mengangguk. Namun, hatinya masih merasa ragu. Jika pria itu tidak tertarik dengan tubuhnya, lalu kenapa masih memperlakukannya dengan baik?Selesai sarapan, Owen mengantarkan Elvina ke pusat perbelanjaan terbesar di daerah perkotaan. Dia menyuruh Elvina untuk berkeliling terlebih dahulu, sementara dia mencari tempat untuk parkir. Kematian neneknya membuat Elvina tidak bisa fokus berbelanja."Nona, semua ini model baru, bisa dites dulu." Suara pramuniaga yang mendadak itu membuat Elvina tersadar kembali dari lamunannya. Dia baru sadar bahwa dia telah memasuki sebuah toko pakaian bermerk dan sedang berdiri di samping etalase.Elvina baru ingat bahwa dia datang untuk m
"Terlambat sedikit karena cari tempat parkir." Orang yang datang itu adalah Owen. Dia bertanya, "Bu Elvina, apa ada pakaian yang kamu suka dari toko ini? Kalau nggak ada, kita cari ke toko lain."Sambil menahan rasa sakitnya, Yessi berteriak pada Owen, "Jangan ketipu sama dia! Pacarmu ini bukan orang baik-baik! Dia itu kotor!"Owen bahkan tidak meliriknya sama sekali, melainkan berkata pada Elvina, "Bu Elvina, ayo kita pergi."Dalam sekejap, kedua orang itu telah pergi dari toko tersebut. Melihat kepergian mereka, Yessi kesal bukan main. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk melapor polisi.Namun, dia malah diberi tahu bahwa wakil kepala kepolisian sedang dinas. Kamera pengawas di toko ini juga tidak diaktifkan, sehingga dia tidak punya bukti konkret. Pihak kepolisian tentu tidak akan menetapkan tuduhan pada Elvina.Namun, apakah dia akan membiarkan Elvina begitu saja? Semakin dipikirkan, Yessi merasa semakin kesal. Dia meninggalkan teman-temannya itu, lalu pergi ke Grup Libertix.Saa
Mendengar komentar yang dipenuhi dengan kebencian dari orang-orang di sekitarnya, Elvina hanya mengatupkan bibirnya, lalu berjalan ke meja untuk mengambil segelas sampanye. Dia tahu bahwa semua yang terjadi di hotel ini adalah bagian dari rencana Dexton, termasuk seberapa cepatnya berita tentang dirinya tersebar di internet yang sudah pasti merupakan ulah Dexton di belakang.Sekarang, mungkin seluruh ibu kota sudah mendengar "cerita hebat" tentang dirinya.Elvina tahu bahwa tidak ada gunanya membela diri. Sebanyak apa pun dia mencoba untuk menjelaskan, tetap saja tidak akan ada yang percaya padanya. Lebih baik dia bersikap seolah-olah tidak mendengar apa pun.Elvina menyesap sampanye dan mengamati sekeliling ruangan. Gala malam ini sangat megah dan hampir semua orang penting di dunia bisnis ibu kota telah hadir. Elvina merasa agak lega. Jika pria itu membutuhkannya untuk acara ini, itu berarti Elvina masih memiliki nilai bagi pria itu. Artinya, dia punya kesempatan untuk bernegosiasi.
Saat Elvina berhasil menstabilkan tubuhnya, dia melirik ke samping dan melihat pria yang menyelamatkannya. Pria itu mengenakan setelan hitam. Dia berdiri dengan satu tangan yang diletakkan di sakunya dan memancarkan aura yang dingin.Kehadiran pria itu bagaikan penenang bagi Elvina dan membuatnya merasa sedikit lebih aman. Dia membuka bibirnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba menyadari bahwa ada keributan di sekitar mereka. Orang-orang mulai berkumpul dan berbisik-bisik."Astaga, itu Raiden!""Sejak kapan dia pulang? Ternyata dia hadir di gala ini!"Apa?! Elvina kembali melihat ke arah pria yang dingin di sampingnya ini dengan tatapan kaget. Meski Keluarga Kusuma adalah keluarga konglomerat, tetap saja mereka tidak bisa dibandingkan dengan Keluarga Tjandra yang sudah memiliki sejarah ratusan tahun.Bisnis Keluarga Kusuma bahkan tidak bisa mencapai level Keluarga Tjandra, apalagi mengenal mereka secara pribadi.Elvina hanya pernah mendengar tentang Keluarga Tjandra dari gosip
Yessi sedang asyik mengobrol dengan beberapa sosialita lainnya membicarakan keterpurukan Elvina. Saat melihat Elvina kembali ke ruang pertemuan itu, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman sinis. Menyedihkan sekali wanita ini. Sudah dipermalukan sampai sebegitunya saja masih berani kembali lagi!Sebelum Yessi mulai berbicara, Karen telah menarik Elvina dan berkata, "Kamu sudah nampar Bu Yessi belasan kali, kamu pikir bisa lolos begitu saja? Cepat minta maaf!""Dia itu pelakor, memang pantas ditampar. Kenapa aku harus minta maaf?" ucap Elvina dengan tanpa segan-segan sambil menepis tangan Karen. Dibandingkan dengan penampilannya yang menyedihkan tadi, kini Elvina terlihat lebih percaya diri.Yessi tidak mengerti mengapa Elvina bisa jadi percaya diri setelah pergi ke toilet. Dia berkata dengan nada sedih, "Elvina, kita ini teman lama. Kamu sendiri melakukan hal sekotor itu, apa kamu masih mau memfitnahku?"Tadi Raiden juga sudah mengatakan bahwa Elvina hanya sekadar pendampingnya saja."
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S