Kenapa? Sejak kecil, orang tuanya telah menganggap Dexton sebagai anak kandung. Selain Grup Libertix, orang tua Elvina telah memberikan seluruh hartanya kepada Dexton. Namun, kenapa Dexton masih sekejam itu?Dexton mencengkeram dagu Yessi dengan erat, lalu bertanya dengan nada dingin, "Kenapa Pak Hendra tiba-tiba ganti kamar? Siapa pria yang keluar dari kamar 2588 pagi itu?""Belum ada informasi," jawab Yessi sambil menahan sakit dan mencoba merayu Dexton dengan mencium pipinya."Tapi, nggak masalah siapa pun orang itu. Gimanapun, kamu sudah cerai sama Elvina. Dia nggak punya apa-apa lagi selain neneknya yang sekarat dan dirinya pun sudah 'kotor.' Apa kamu belum puas?"Dexton teringat pada Elvina yang basah kuyup dan menderita di tengah hujan. Perasaannya jadi semakin gelisah. "Puas!" jawabnya dengan dingin. Kemudian, dia menarik Yessi dan melemparkannya ke tempat tidur, lalu menindihnya dengan kasar.Kehancuran Keluarga Kusuma adalah sesuatu yang menurutnya pantas terjadi. Dia hanya m
Beberapa saat kemudian, Yessi keluar dari rumah. "Sayang, pagi-pagi begini kamu sudah main di sini. Nggak sarapan dulu?""Mama!" Anak laki-laki itu langsung meninggalkan kuda kayunya dan berlari ke pelukan Yessi. "Semalam Papa bilang mau bacain cerita untukku, tapi begitu selesai makan malam dia langsung pergi.""Nanti Mama suruh Papa telepon pakai video setelah sampai di kantor untuk minta maaf ya?""Oke!"Dengan langkah yang kaku, Elvina mendekati Yessi dengan wajah pucat. "Ka ... kalian ...."Anak laki-laki itu terlihat setidaknya sudah berusia 3 tahun!Yessi menggendong anak itu dan berbalik. Saat melihat Elvina, wajahnya tampak panik. "Elvina, ke ... kenapa kamu bisa di sini?"Yessi langsung menggendong anak itu dan berlari dengan tergesa-gesa masuk ke rumah. Elvina langsung mengejarnya, lalu menarik rambut Yessi dan menamparnya."Yessi, kenapa kamu begitu sama aku? Kamu datang dari desa. Aku yang membiayai sekolahmu, membiarkanmu masuk ke Grup Libertix, membelikanmu rumah. Tapi k
Di saat mobil itu hampir saja menabrak Elvina, muncul seseorang dari samping yang menariknya. Mobil itu hanya berjarak beberapa inci dari mereka sebelum melaju cepat dan menghilang."Bu Elvina, nggak pantas bunuh diri cuma karena seorang pria," kata orang yang menyelamatkannya. Ternyata orang itu adalah sopir Raiden, Owen. "Kalau kamu meninggal, siapa yang merawat nenekmu?"Elvina yang sebelumnya merasa kehilangan arah, kini mulai tersadar. Benar juga, jika dia mati sekarang, bagaimana dengan neneknya?Tak lama kemudian, sebuah mobil mendekati mereka. Owen membuka pintu belakang dan mengisyaratkan agar Elvina masuk. "Bos kami mau menemuimu. Apa pun yang kamu butuhkan, dia bisa memberikannya."Elvina tersenyum getir. "Kalau dia bisa memberikan apa yang kubutuhkan, apa yang bisa kuberikan padanya?"Elvina tahu bahwa pria itu tidak akan membantu tanpa pamrih, apalagi setelah malam itu. Dengan reputasi yang hancur dan tidak punya apa pun lagi, Elvina merasa tidak ada yang bisa diberikannya
Setelah para pekerja selesai membongkar barang-barang dan pergi, vila yang dulu megah itu kini tampak sangat rusak dan kacau. Bahkan pintu kayu rosewood yang indah itu pun telah dicopot.Seorang pelayan tua, Maya, berjalan dengan terpincang-pincang sambil menyeret sebuah koper memasuki rumah. Di dalam koper itu terdapat beberapa pakaian dan perhiasan mahal. "Nona, waktu mereka datang tadi, aku sudah beresin semua barang yang kamu suka."Melihat kondisi kaki Maya yang terluka, mata Elvina berkaca-kaca. "Bi Maya ...."Maya adalah pelayan yang dibawa oleh ibunya dan telah menemani Elvina sejak kecil. Karena khawatir para pengacau itu akan kembali, Maya meminta Elvina untuk mengantarnya ke rumah lamanya.Rumah itu sangat sederhana. Hanya ada dua kamar tidur dan satu ruang tamu, tetapi satu kamar disiapkan khusus untuk Elvina."Rumah ini dibeli waktu aku pertama kali kerja sama ibumu. Dia yang bantu aku bayar uang muka. Sayangnya, Nyonya ...."Mendengar hal itu, Elvina hanya bisa tersenyum
Ketika Elvina akhirnya tersadar, dia merasakan kepala, leher, dan lengannya dibalut perban. Setiap gerakan yang dilakukannya membuatnya kesakitan. Saat ini dirinya berada di dalam sel tahanan.Seorang polisi yang mengantarkan makanan memberitahunya, "Kamu dituduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap Presdir Grup Libertix, Dexton. Tunggu saja di sini sampai pengadilan memanggilmu!"Elvina merasa sangat kesal pada dirinya sendiri karena tidak lebih teliti dalam mengejar mobil Dexton dan membiarkannya lolos! Elvina tentu saja tidak mau tinggal di sini menunggu mati. Dia memanggil polisi itu, "Aku mau telepon pengacara."Namun, polisi itu hanya tertawa dingin dan mengabaikannya.Malamnya, polisi yang sebelumnya tidak terlihat tiba-tiba muncul kembali. Kali ini, dia membawa dua wanita yang dikawal ke dalam ruang tahanan. Setelah mereka masuk, borgol mereka dilepas dan mereka segera melirik Elvina dengan tatapan jahat. Elvina yang mulai merasa tidak nyaman, bergerak mundur dan tetap waspa
"Telepon ...." Elvina menyebutkan serangkaian nomor telepon sambil terus menekan kukunya ke leher wanita itu. Kaki wanita itu langsung lemas dan melemparkan tatapan meminta bantuan kepada Yessi."El ... Elvina, kamu jangan macam-macam ...." Yessi terkejut karena tidak menyangka Elvina akan mengambil tindakan seperti itu. "Keluargamu sudah hancur, siapa lagi yang bisa kamu telepon untuk minta tolong?"Yessi telah berteman dengan Elvina selama bertahun-tahun. Dia tahu jelas siapa teman-teman di sekitar Elvina. Beberapa yang latar belakang keluarganya bagus juga telah disogok oleh Yessi. Jadi, tidak mungkin ada yang bisa membantu Elvina lagi."Kubilang ... cepat telepon!" Elvina menggertakkan giginya sambil melontarkan ancaman tersebut. Kukunya telah menancap leher wanita itu hingga berdarah. Wanita itu ketakutan hingga kakinya melemas.Wajah Yessi berubah pucat karena khawatir wanita itu akan menyebut namanya. Dengan gigi terkatup, dia mengambil ponsel dan menekan nomor yang disebutkan E
Raiden merasa tidak nyaman melihat kondisi Elvina. Dia mengambil bubur yang dibawanya dan menyesapnya sedikit, lalu menunduk dan mencium wanita itu dengan paksa. Dia membuka bibir Elvina untuk memasukkan bubur ke dalam mulutnya.Mungkin karena kelaparan, Elvina menelan bubur itu dalam tidurnya dengan refleks. Dengan cara ini, Raiden menyuapkan bubur sedikit demi sedikit hingga semangkuk bubur itu habis. Perlahan-lahan, kerutan di dahinya pun mereda.Saat Raiden hendak menarik tangannya yang menyangga leher Elvina, Elvina malah memegang tangan Raiden dengan lebih erat dan menekannya di pipinya."Ibu ...." Elvina meracau, seolah-olah telah menemukan orang yang bisa diandalkannya. Air mata yang hangat mengalir membasahi telapak tangan Raiden. "Aku rindu sama Ibu .... Bawa aku pergi ...."Raiden menatapnya sekilas, lalu berkata dengan nada datar, "Elvina, satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri." Tanpa ragu, Raiden menarik tangannya dan meninggalkan ruangan.Dalam mimp
Setelah terbangun keesokan paginya, Elvina turun ke lantai bawah dengan gugup. Namun, dia menyadari bahwa Raiden sudah tidak ada. Sebaliknya, yang menantinya hanya sang sopir, Owen."Pagi, Bu Elvina," sapa Owen, "Sebelum berangkat tadi, bos kami memerintahkanku untuk membawamu berbelanja pakaian.""Oke," jawab Elvina sambil mengangguk. Namun, hatinya masih merasa ragu. Jika pria itu tidak tertarik dengan tubuhnya, lalu kenapa masih memperlakukannya dengan baik?Selesai sarapan, Owen mengantarkan Elvina ke pusat perbelanjaan terbesar di daerah perkotaan. Dia menyuruh Elvina untuk berkeliling terlebih dahulu, sementara dia mencari tempat untuk parkir. Kematian neneknya membuat Elvina tidak bisa fokus berbelanja."Nona, semua ini model baru, bisa dites dulu." Suara pramuniaga yang mendadak itu membuat Elvina tersadar kembali dari lamunannya. Dia baru sadar bahwa dia telah memasuki sebuah toko pakaian bermerk dan sedang berdiri di samping etalase.Elvina baru ingat bahwa dia datang untuk m