Cinderella and Her Boots

Cinderella and Her Boots

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-11
Oleh:  Rosangelynz  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

[MATURE] "BRENGSEK! SIAPA YANG BERANI MELEMPAR BENDA MENJIJIKAN INI KE KEPALAKU?" "AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUATNYA BABAK BELUR!" Mataku terbuka lebar mendengar umpatan kasar barusan. Aku buru-buru memunguti bukuku dan berusaha berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku. Rasa dingin menyengat telapak kaki kananku begitu aku berhasil berdiri tegak. Aku melirik ke bawah dan menemukan kaki kananku hanya terbalut kaus kaki tanpa sepatu boots. "Aku harus membuat perhitungan dengan pemilik sepatu boots sialan ini! Berani-beraninya melempar sepatu boots ke kepalaku!" Dia Jason Butler, playboy sekaligus brandalan yang paling digilai para murid wanita di Heigberk High School. Astaga, aku dalam bencana! Jika di dalam donggeng sang pangeran mencari pemilik sepatu kaca untuk dijadikan ratunya, di sini kita akan menemukan pangeran yang berkeliaran mencari 'Cinderella-nya' untuk dijadikan 'samsak tinju'. Atau mungkin pemeran utama wanita kita, Steffy yang malang dapat merubah kisah yang tragis ini menjadi romansa manis. Mari lihat bagaimana akhirnya. [Princess Tale, First Tale : Cinderella and Her Boots] by Rosangelynz

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Chapter 1 : Hadiah dan Masalah

Stephanie Cassen atau Stefie merasa hidupnya menjadi sangat kacau setelah ulang tahunnya yang ke-17. Kesialan-kesialan itu seolah datang bertubi-tubi membuatnya hampir frustasi. Berawal dari sepatu boot hadiah ulang tahun dari ayahnya, lalu jalanan yang licin dan semuanya terjadi begitu saja.Lelaki itu, berandalan sekaligus playboy di sekolah menengah atas tempatnya memulai lembaran masa remaja, Jason Butler, dengan mata kepalanya sendiri, Stefie, melihat betapa mengerikannya luka di pelipis Jason, semengerikan sumpah serapah yang Jason ucapkan pada pemilik sepatu boot yang tak lain adalah dirinya sendiri.# HADIAH DAN MASALAH"Apa kau suka hadiahmu?"Aku tidak dapat menyembunyikan sorot mata takjubku saat menatap sepatu boot pemberian Rob. Ini benar-benar... "Wow," kata itu keluar begitu saja, ini adalah hadiah terkeren yang pernah Rob berikan padaku. "ini... luar biasa."Rob berdeham sebelum menimpali ucapanku."Aku kira k

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab

Chapter 1 : Hadiah dan Masalah

Stephanie Cassen atau Stefie merasa hidupnya menjadi sangat kacau setelah ulang tahunnya yang ke-17. Kesialan-kesialan itu seolah datang bertubi-tubi membuatnya hampir frustasi. Berawal dari sepatu boot hadiah ulang tahun dari ayahnya, lalu jalanan yang licin dan semuanya terjadi begitu saja.Lelaki itu, berandalan sekaligus playboy di sekolah menengah atas tempatnya memulai lembaran masa remaja, Jason Butler, dengan mata kepalanya sendiri, Stefie, melihat betapa mengerikannya luka di pelipis Jason, semengerikan sumpah serapah yang Jason ucapkan pada pemilik sepatu boot yang tak lain adalah dirinya sendiri.# HADIAH DAN MASALAH"Apa kau suka hadiahmu?"Aku tidak dapat menyembunyikan sorot mata takjubku saat menatap sepatu boot pemberian Rob. Ini benar-benar... "Wow," kata itu keluar begitu saja, ini adalah hadiah terkeren yang pernah Rob berikan padaku. "ini... luar biasa."Rob berdeham sebelum menimpali ucapanku."Aku kira k
Baca selengkapnya

1.1

Mengeratkan mantel, Aku berjalan lebih cepat melewati tempat parkir menuju gedung sepuluh. Salju turun lagi, meskipun tidak lebat tapi cukup untuk membuat jalanan yang sudah licin menjadi semakin licin.Mataku bergerak liar melihat sekeliling yang nampak sepi, kebanyakan murid pasti sudah masuk kelas. Aku memang terlambat keluar dari kelas geografi karena Mr Wright memintaku untuk membantunya mengumpulkan tugas. Tapi itu tak masalah, Mrs Brown selalu datang terlambat di kelasnya. Jadi aku masih punya beberapa menit untuk segera sampai.Aku mempercepat langkah, berusaha sesegera mungkin untuk sampai di kelas biologi Mrs Brown."Oo... ooo."Ketika melewati jalanan yang membeku karena salju yang berubah menjadi es, tubuhku kehilangan keseimbangan. Buku-buku dalam dekapanku jatuh tercecer bersamaan dengan pantatku yang menghantam tanah.Aku meringis merasakan nyeri yang menghantamku, rasa nyeri yang beberapa saat kemudian berubah menjadi mati rasa, membuatk
Baca selengkapnya

Chapter 2 : Kejutan

# KEJUTAN"Miss Cassen, apa kau baik-baik saja?" tanya Mrs Brown yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping mejaku."Ya, Ma'am. Saya... baik-baik saja." Aku menjawab ragu."Apa kau yakin? Wajahmu terlihat pucat. Jika kau tidak enak badan, aku bisa menyuruh Ben mengantarmu ke klinik sekolah."Aku menggeleng lemah, yang kubutuhkan saat ini bukan pergi ke klinik sekolah, tapi pergi ke belahan dunia lainnya agar Jason tidak bisa menemukanku."Ben," Mrs Brown sama sekali tidak memperdulikan penolakanku, ia memanggil Ben, si pirang dengan tubuh jakung dan bola mata biru laut. "tolong antar Miss Cassen ke klinik," kata Mrs Brown begitu Ben berada disisinya."Baik, Ma'am."Aku hanya bisa mendesah pasrah saat Ben membantuku berdiri."Apa kau bisa berjalan?"Aku mengangguk, Ben merangkul bahuku untuk menjaga keseimbanganku ketika kami mulai berjalan."Stephanie." Ben memanggilku pelan.Aku mendesah la
Baca selengkapnya

2.1

Aku menghela napas, daripada memikirkan omongan Mrs Elena dan sikap aneh Ben lebih baik aku tidur. Biasanya aku akan mudah tertidur setelah minum obat, tapi entah kenapa kali ini berbeda. Meskipun mataku terpejam, aku tidak benar-benar tertidur. Pikiranku melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu.Berbagai pertanyaan mulai berputar-putar dalam kepalaku. Dari bagaimana bisa sepatu boot-ku terlepas hingga mengenai kepala Jason.Mungkin jawabannya karena aku kurang kencang mengikatnya dan sepertinya juga karena ukuran sepatu itu sedikit lebih besar dari kakiku, jadi ketika aku terpeleset sepatu itu terlepas bahkan terlontar sampai mengenai kepala Jason.Pertanyaan pertama terjawab, sekarang pertanyaan kedua. Kenapa Jason bisa terluka separah itu? Aku ingat betul berapa banyak darah yang mengalir dari pelipisnya lelaki itu. Aku menghembuskan napas, berusaha menghilangkan rasa tercekat di tenggorokanku. Itu hanya sepatu boot, harusnya ia hanya benjol. Kenapa bisa samp
Baca selengkapnya

Chapter 3 : Penyelamat

# PENYELAMATDia di depanku. Bola mata hijaunya menatap ku, membuat sekujur tubuhku gemetar hanya karena melihat betapa tajamnya tatapan seorang Jason Butler. Aku belum pernah melihat mata seindah sekaligus... semenyeramkan itu, menyeramkan? Kau berlebihan Stefie.Aku masih menatapnya tak berkedip, hanya diam tanpa suara saat sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian arogan."Aku tahu aku ini sangat tampan, tapi kau tak perlu mengagumiku sampai meneteskan air liur seperti itu," kata Jason, nada suaranya terdengar mengejek.Aku tersentak, buru-buru menggerakkan tangan untuk menyeka mulutku dahiku mengernyit saat mengamati tanganku yang kering, tak ada air liur disana. Kembali kualihkan pandangan ke Jason, dia masih menatapku, kali ini ada sinar geli di bola mata hijaunya."Dasar gadis bodoh," ia menggumam sambil terkekeh pelan.Apa dia bilang? Gadis bodoh? Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Ingin rasanya membalas ucapan tapi
Baca selengkapnya

3.1

Setiap langkah yang terayun terasa begitu lambat. Aku berjalan tanpa semangat menuju loker untuk mengambil beberapa buku dan sebelah sepatu bootku.Setelah kembali ke kelas biologi untuk mengambil tas, aku memutuskan untuk pulang. Tidak ada gunanya tetap tinggal dan belajar di sekolah ketika pikiranku kacau. Setidaknya di rumah aku bisa menenangkan diri sekaligus menyiapkan mental untuk menghadapi hari-hariku setelah kejadian memalukan di klinik dan kemungkinan buruk yang akan kuterima jika Jason mengetahui akulah orang yang ia cari.Begitu sampai di loker, aku langsung memasukkan buku dan sebelah sepatu bootku dengan asal. Hanya butuh waktu sepuluh detik dan aku sudah selesai berkemas. Sekarang tinggal ke parkiran, ambil mobil, lalu pulang.Suara isakan terdengar saat aku melewati koridor menuju parkiran. Suasana koridor yang terlampau sepi membuat isakan itu terdengar jelas. Aku menajamkan indera pendengaranku, berjalan mengendap seperti pencuri menuju sumber sua
Baca selengkapnya

3.2

Dorong dia Stef!Tampar pipinya!Tendang tulang keringnya!Atau pukul sampai babak belur!Oke yang terakhir itu aku akui aku terlalu berlebihan, aku tidak mungkin bisa melakukannya. Abaikan saja. Intinya, aku harus marah dan menunjukkan padanya kalau perbuatannya itu sangat kurang ajar. Dia menciummu!Aku tahu, harusnya aku melakukan salah satu atau dua dari yang ada di otakku. Tapi otak dan tubuhku saat ini benar-benar tidak sinkron. Saraf motorikku seakan berhenti bekerja, mereka menghianatiku dengan membuatku hanya bisa diam dan terpaku menerima segala perbuatan kurang ajar Jason.Aku bisa merasakan Jason tersenyum di atas bibirku, ia pasti merasa menang karena aku hanya diam tak berkutik. Mata kami beradu, bukannya berhenti, Jason malah memejamkan matanya seakan menikmati ciuman ini. Perasaanku campur aduk, adrenalin berpacu dalam darahku seperti saat naik roller coaster. Telapak tangan Jason yang dingin mendorong tengkukku, pikiran
Baca selengkapnya

3.3

Alunan musik dari yang ada di dashboard mobil mengisi keheningan.  Aku duduk diam di jok penumpang sambil menatap penuh tanya sosok yang ada di balik kemudi. Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalaku, tentang dia yang tiba-tiba muncul dan hubungannya dengan Jason. Aku merasa Jason dan dia sudah saling mengenal, tapi bukan saling kenal dalam artian teman, melainkan sebaliknya. Dilihat dari cara mereka yang saling menatap saja sudah terlihat betapa besarnya aura permusuhan antara keduanya."Stef, Bisakah kau berhenti memelototiku?" Dari nada suaranya, ia terdengar jengah.Aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan darinya ketika mulai mengatakan hal yang sejak tadi sudah ingin aku tanyakan. "Kenapa kau tadi bisa ada di sana?" tanyaku."Ayahmu menyuruhku untuk memastikan kondisi mu setelah mendapat telepon dari pihak sekolah. Mereka bilang kau sakit, tapi yang kutemukan sepertinya tidak sama dengan yang mereka katakan."Aku mengalihkan pandangan ke de
Baca selengkapnya

Chapter 4 : Bencana

-15 derajat celsius. Salju turun lebih lebat dari kemarin, aku merapatkan mantel yang kukenakan. Beruntung aku mengikuti saran Rob untuk memakai mantel tebal hadiah dari Grandma pada thanksgiving tahun kemarin. Jika tidak bisa-bisa cuping telinga dan ujung jariku kesakitan atau mati rasa karena kedinginan.Ngomong-ngomong soal Rob, nasib baik sepertinya masih ada dipihakku. Dia tidak menanyakan perihal sepatu boots hadiah darinya. Tadi pagi Rob tampak terburu-buru berangkat ke bengkel. Dia bilang ada pelanggan yang akan datang pagi-pagi sekali untuk mengambil mobil dan karena Jack ada jadwal kuliah pagi, Rob yang mengurusnya."Hei, gadis aneh, berhenti!"Langkahku terhenti. Jangan berpikir aku berhenti karena panggilan bodoh itu. Aku berhenti karena lenganku dicekal."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."Aku tahu suara ini, suara dengan nada dingin sekaligus sombong. Siapa lagi kalau bukan Jason."Aku buru-buru," sahutku, sebisa mungkin a
Baca selengkapnya

Chapter 5 : Tupai Bodoh

Ada peribahasa yang mengatakan, "Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga." peribahasa itu sepertinya cocok untukku. Cepat atau lambat Rob pasti akan tahu kalau aku menghilangkan sepatu boots pemberiannya. Mungkin bagi kalian ini hanya masalah sepele.Ayolah itu hanya 'sepatu boots', kau bisa membelinya kapan saja!Ya, itu memang benar. Itu hanya sepatu boots, biasa bagi kalian tapi tidak bagiku. Itu hadiah ulang tahunku yang ke-17. Aku tahu ini konyol, setiap tahun orang pasti akan mengalami yang namanya 'ulang tahun' -jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup-, tapi tidakkah kalian berpikir tentang betapa spesialnya ulang tahun ke-17?Tahun dimana orang-orang akan mengakuimu sebagai seorang remaja, bukan seorang bocah ingusan lagi. Terlepas dari itu, ada hal
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status