Share

1.1

Author: Rosangelynz
last update Last Updated: 2021-06-01 12:50:25

Mengeratkan mantel, Aku berjalan lebih cepat melewati tempat parkir menuju gedung sepuluh. Salju turun lagi, meskipun tidak lebat tapi cukup untuk membuat jalanan yang sudah licin menjadi semakin licin.

Mataku bergerak liar melihat sekeliling yang nampak sepi, kebanyakan murid pasti sudah masuk kelas. Aku memang terlambat keluar dari kelas geografi karena Mr Wright memintaku untuk membantunya mengumpulkan tugas. Tapi itu tak masalah, Mrs Brown selalu datang terlambat di kelasnya. Jadi aku masih punya beberapa menit untuk segera sampai.

Aku mempercepat langkah, berusaha sesegera mungkin untuk sampai di kelas biologi Mrs Brown.

"Oo... ooo."

Ketika melewati jalanan yang membeku karena salju yang berubah menjadi es, tubuhku kehilangan keseimbangan. Buku-buku dalam dekapanku jatuh tercecer bersamaan dengan pantatku yang menghantam tanah.

Aku meringis merasakan nyeri yang menghantamku, rasa nyeri yang beberapa saat kemudian berubah menjadi mati rasa, membuatku sulit bangkit berdiri.

"BRENGSEK! SIAPA YANG BERANI MELEMPAR BENDA MENJIJIKAN INI KE KEPALAKU?"

Mataku terbuka lebar mendengar umpatan kasar barusan. Aku buru-buru memungut buku-bukuku dan berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku. Rasa dingin yang menghantam telapak kaki kananku begitu aku berhasil berdiri tegak membuatku melirik ke bawah. Oh sial! Kaki kananku hanya terbalut kaos kaki. Kemana perginya sepatu itu?

"AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUATNYA BABAK BELUR!"

Pikiran-pikiran buruk langsung menyerangku, mendorong untuk bersembunyi. Berjalan tertatih ke belakang mobil Jeep yang terparkir tak jauh dari tempatku jatuh.

Aku memeluk erat buku dalam dekapanku, jantungku berdebar semakin cepat seiring dengan suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat.

"Sial!" Orang itu mengumpat lagi.

Aku memberanikan diri untuk mengintip dari balik Jeep.

Pemandangan pertama yang kulihat adalah sepatu bootku kini berada di tangan Jason Butler. Nafasku tercekat selama beberapa detik. Astaga! Bagaimana bisa? Aku berusaha mati-matian untuk tidak berteriak. Petaka untuk geek macam diriku berurusan dengan Jason, playboy sekaligus berandalan yang paling ditakuti dan digilai para murid wanita di Heighberk High School.

Saat aku mengamati lebih detail, ada luka di pelipis Jason. Adrenalin berpacu semakin deras dalam aliran darahku, aku menatap ngeri darah yang mengalir turun membasahi pipi Jason sebelum jatuh menetes melewati dagunya. Astaga, Stefie! Apa yang kau lakukan?

"Jason, lukamu harus segera diobati!"

Seorang gadis tiba-tiba datang dan menarik lengan Jason. Baru beberapa detik Jason langsung menepis tangan gadis yang kalau tidak salah bernama Emily, Emily Anderson. Ya aku ingat, dia adalah ketua Cheers sekaligus ketua geng aneh yang suka membully kaum sepertiku, kau bisa menyebutnya nerd, geek, weird atau apalah itu.

"Aku harus membuat perhitungan dengan pemilik sepatu boot sialan ini! Berani-beraninya melempar sepatu ke kepalaku!" Jason menggeram, tangannya meremas kuat sepatuku hingga buku jarinya memutih.

"BRENGSEK! KELUAR KAU!" aku menggigit bibir bawahku, tubuhku bergetar ketakutan. Stefie, kau dalam masalah besar!

"Jas, lukamu." Emily mengingatkan.

Jason menyeka darahnya. Dia melirik Emily sekilas dengan manik emerald yang terlihat lebih gelap dari biasanya sebelum pergi begitu saja. Emily menghentakan kakinya, wajahnya terlihat kesal saat Jason mengabaikannya.

Tenang, Stefie, semua akan baik-baik saja. Aku berkata pada diriku sendiri sambil menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tenang. Usaha yang sia-sia karena aku tahu betul bagaimana hariku nantinya jika Jason mengetahui kalau akulah pemilik sepatu boot itu.

Menjadi salah satu orang yang dibenci Jason berarti dibenci Emily juga, karena Emily adalah kekasih Jason. Dia selalu ikut dalam setiap 'penyiksaan' yang Jason lakukan pada orang-orang yang bermasalah dengan Jason.

Padahal selama ini Emily dan Jason adalah satu dari sekian banyak jenis orang yang sebisa mungkin kuhindari. Oleh karena itu aku bisa terbebas dari segala masalah atau bullying. Tapi mulai hari ini...

Aku bergidik ngeri, dibully berandalan dan ketua Cheers sekaligus ketua geng aneh yang pada dasarnya sudah suka melakukan bullying adalah bencana!

Dalam hati aku berdoa, semoga Jason tidak akan tahu kalau akulah orang yang ia cari.

Related chapters

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 2 : Kejutan

    # KEJUTAN"Miss Cassen, apa kau baik-baik saja?" tanya Mrs Brown yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping mejaku."Ya, Ma'am. Saya... baik-baik saja." Aku menjawab ragu."Apa kau yakin? Wajahmu terlihat pucat. Jika kau tidak enak badan, aku bisa menyuruh Ben mengantarmu ke klinik sekolah."Aku menggeleng lemah, yang kubutuhkan saat ini bukan pergi ke klinik sekolah, tapi pergi ke belahan dunia lainnya agar Jason tidak bisa menemukanku."Ben," Mrs Brown sama sekali tidak memperdulikan penolakanku, ia memanggil Ben, si pirang dengan tubuh jakung dan bola mata biru laut. "tolong antar Miss Cassen ke klinik," kata Mrs Brown begitu Ben berada disisinya."Baik, Ma'am."Aku hanya bisa mendesah pasrah saat Ben membantuku berdiri."Apa kau bisa berjalan?"Aku mengangguk, Ben merangkul bahuku untuk menjaga keseimbanganku ketika kami mulai berjalan."Stephanie." Ben memanggilku pelan.Aku mendesah la

    Last Updated : 2021-06-01
  • Cinderella and Her Boots   2.1

    Aku menghela napas, daripada memikirkan omongan Mrs Elena dan sikap aneh Ben lebih baik aku tidur. Biasanya aku akan mudah tertidur setelah minum obat, tapi entah kenapa kali ini berbeda. Meskipun mataku terpejam, aku tidak benar-benar tertidur. Pikiranku melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu.Berbagai pertanyaan mulai berputar-putar dalam kepalaku. Dari bagaimana bisa sepatu boot-ku terlepas hingga mengenai kepala Jason.Mungkin jawabannya karena aku kurang kencang mengikatnya dan sepertinya juga karena ukuran sepatu itu sedikit lebih besar dari kakiku, jadi ketika aku terpeleset sepatu itu terlepas bahkan terlontar sampai mengenai kepala Jason.Pertanyaan pertama terjawab, sekarang pertanyaan kedua. Kenapa Jason bisa terluka separah itu? Aku ingat betul berapa banyak darah yang mengalir dari pelipisnya lelaki itu. Aku menghembuskan napas, berusaha menghilangkan rasa tercekat di tenggorokanku. Itu hanya sepatu boot, harusnya ia hanya benjol. Kenapa bisa samp

    Last Updated : 2021-06-01
  • Cinderella and Her Boots   Chapter 3 : Penyelamat

    # PENYELAMATDia di depanku. Bola mata hijaunya menatap ku, membuat sekujur tubuhku gemetar hanya karena melihat betapa tajamnya tatapan seorang Jason Butler. Aku belum pernah melihat mata seindah sekaligus... semenyeramkan itu, menyeramkan? Kau berlebihan Stefie.Aku masih menatapnya tak berkedip, hanya diam tanpa suara saat sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian arogan."Aku tahu aku ini sangat tampan, tapi kau tak perlu mengagumiku sampai meneteskan air liur seperti itu," kata Jason, nada suaranya terdengar mengejek.Aku tersentak, buru-buru menggerakkan tangan untuk menyeka mulutku dahiku mengernyit saat mengamati tanganku yang kering, tak ada air liur disana. Kembali kualihkan pandangan ke Jason, dia masih menatapku, kali ini ada sinar geli di bola mata hijaunya."Dasar gadis bodoh," ia menggumam sambil terkekeh pelan.Apa dia bilang? Gadis bodoh? Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Ingin rasanya membalas ucapan tapi

    Last Updated : 2021-06-01
  • Cinderella and Her Boots   3.1

    Setiap langkah yang terayun terasa begitu lambat. Aku berjalan tanpa semangat menuju loker untuk mengambil beberapa buku dan sebelah sepatu bootku.Setelah kembali ke kelas biologi untuk mengambil tas, aku memutuskan untuk pulang. Tidak ada gunanya tetap tinggal dan belajar di sekolah ketika pikiranku kacau. Setidaknya di rumah aku bisa menenangkan diri sekaligus menyiapkan mental untuk menghadapi hari-hariku setelah kejadian memalukan di klinik dan kemungkinan buruk yang akan kuterima jika Jason mengetahui akulah orang yang ia cari.Begitu sampai di loker, aku langsung memasukkan buku dan sebelah sepatu bootku dengan asal. Hanya butuh waktu sepuluh detik dan aku sudah selesai berkemas. Sekarang tinggal ke parkiran, ambil mobil, lalu pulang.Suara isakan terdengar saat aku melewati koridor menuju parkiran. Suasana koridor yang terlampau sepi membuat isakan itu terdengar jelas. Aku menajamkan indera pendengaranku, berjalan mengendap seperti pencuri menuju sumber sua

    Last Updated : 2021-06-01
  • Cinderella and Her Boots   3.2

    Dorong dia Stef!Tampar pipinya!Tendang tulang keringnya!Atau pukul sampai babak belur!Oke yang terakhir itu aku akui aku terlalu berlebihan, aku tidak mungkin bisa melakukannya. Abaikan saja. Intinya, aku harus marah dan menunjukkan padanya kalau perbuatannya itu sangat kurang ajar. Dia menciummu!Aku tahu, harusnya aku melakukan salah satu atau dua dari yang ada di otakku. Tapi otak dan tubuhku saat ini benar-benar tidak sinkron. Saraf motorikku seakan berhenti bekerja, mereka menghianatiku dengan membuatku hanya bisa diam dan terpaku menerima segala perbuatan kurang ajar Jason.Aku bisa merasakan Jason tersenyum di atas bibirku, ia pasti merasa menang karena aku hanya diam tak berkutik. Mata kami beradu, bukannya berhenti, Jason malah memejamkan matanya seakan menikmati ciuman ini. Perasaanku campur aduk, adrenalin berpacu dalam darahku seperti saat naik roller coaster. Telapak tangan Jason yang dingin mendorong tengkukku, pikiran

    Last Updated : 2021-06-01
  • Cinderella and Her Boots   3.3

    Alunan musik dari yang ada di dashboard mobil mengisi keheningan. Aku duduk diam di jok penumpang sambil menatap penuh tanya sosok yang ada di balik kemudi. Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalaku, tentang dia yang tiba-tiba muncul dan hubungannya dengan Jason. Aku merasa Jason dan dia sudah saling mengenal, tapi bukan saling kenal dalam artian teman, melainkan sebaliknya. Dilihat dari cara mereka yang saling menatap saja sudah terlihat betapa besarnya aura permusuhan antara keduanya."Stef, Bisakah kau berhenti memelototiku?" Dari nada suaranya, ia terdengar jengah.Aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan darinya ketika mulai mengatakan hal yang sejak tadi sudah ingin aku tanyakan. "Kenapa kau tadi bisa ada di sana?" tanyaku."Ayahmu menyuruhku untuk memastikan kondisi mu setelah mendapat telepon dari pihak sekolah. Mereka bilang kau sakit, tapi yang kutemukan sepertinya tidak sama dengan yang mereka katakan."Aku mengalihkan pandangan ke de

    Last Updated : 2021-06-02
  • Cinderella and Her Boots   Chapter 4 : Bencana

    -15 derajat celsius. Salju turun lebih lebat dari kemarin, aku merapatkan mantel yang kukenakan. Beruntung aku mengikuti saran Rob untuk memakai mantel tebal hadiah dari Grandma pada thanksgiving tahun kemarin. Jika tidak bisa-bisa cuping telinga dan ujung jariku kesakitan atau mati rasa karena kedinginan.Ngomong-ngomong soal Rob, nasib baik sepertinya masih ada dipihakku. Dia tidak menanyakan perihal sepatu boots hadiah darinya. Tadi pagi Rob tampak terburu-buru berangkat ke bengkel. Dia bilang ada pelanggan yang akan datang pagi-pagi sekali untuk mengambil mobil dan karena Jack ada jadwal kuliah pagi, Rob yang mengurusnya."Hei, gadis aneh, berhenti!"Langkahku terhenti. Jangan berpikir aku berhenti karena panggilan bodoh itu. Aku berhenti karena lenganku dicekal."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."Aku tahu suara ini, suara dengan nada dingin sekaligus sombong. Siapa lagi kalau bukan Jason."Aku buru-buru," sahutku, sebisa mungkin a

    Last Updated : 2021-06-24
  • Cinderella and Her Boots   Chapter 5 : Tupai Bodoh

    Ada peribahasa yang mengatakan, "Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga." peribahasa itu sepertinya cocok untukku. Cepat atau lambat Rob pasti akan tahu kalau aku menghilangkan sepatu boots pemberiannya. Mungkin bagi kalian ini hanya masalah sepele.Ayolah itu hanya 'sepatu boots', kau bisa membelinya kapan saja!Ya, itu memang benar. Itu hanya sepatu boots, biasa bagi kalian tapi tidak bagiku. Itu hadiah ulang tahunku yang ke-17. Aku tahu ini konyol, setiap tahun orang pasti akan mengalami yang namanya 'ulang tahun' -jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup-, tapi tidakkah kalian berpikir tentang betapa spesialnya ulang tahun ke-17?Tahun dimana orang-orang akan mengakuimu sebagai seorang remaja, bukan seorang bocah ingusan lagi. Terlepas dari itu, ada hal

    Last Updated : 2021-10-11

Latest chapter

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 8 : Pilihan Tanpa Pilihan

    Aku meringis, Mrs Elena sudah selesai mengobati lukaku dan sekarang tengah membereskan peralatan yang tadi dia gunakan.Sialan, si Brengsek itu membuatku mendapat dua jahitan di dagu, ditambah rasaa nyeri di lututku belum juga hilang. Persetan dengan hukum, aku benar-benar ingin membunuhnya detik ini juga."Jangan cengeng. Luka di dagumu tidak seberapa. Perlu kau tahu, gara-gara sepatu boots -sialan- mu itu aku mendapat lima jahitan di pelipisku."Aku mendongak, menemukan Jason berdiri sambil menyibak tirai. Mati-matian aku menahan emosiku. Keinginan untuk melenyapkan Jason dari muka bumi ini makin kuat.Dia melangkah mendekat, tak sedetikpun aku mengalihkan pandangan darinya. Gerakannya saat membuka kaos juga tidak luput dari penglih

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 7 : Pembalasan

    "Lucas, aku bisa berangkat sendiri! Kembalikan kunci mobilku!" teriakku pada Lucas. Dia berpura-pura tidak mendengar. Lucas tetap duduk manis di depan kemudi."Lucas!" raungku frustasi. Lucas tidak juga mau mengembalikan kunci mobilku. Dia menyembunyikannya entah di mana. Kesabaranku mulai habis sekarang. Kutarik lengannya dengan kencang hingga pegangannya pada kemudi terlepas.Lucas menoleh, dia memberiku tatapan tajam."Berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Aku hanya melaksanakan amanat dari Ayahmu.""Amanat apanya? Asal kau tahu, biasanya aku selalu berangkat sendiri.""Amanat memastikanmu aman dari jangkauan Jason. Itu pesan Ayahmu. Maka dari itu aku menyita kunci mobilmu. Oh ya,

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 6 : Peringatan

    Mobil yang aku kendarai memang sudah berhenti di pekarangan rumah, tapi itu tidak menghentikan getaran pada kedua telapak tanganku yang memegangi stir, jantungku juga masih berdetak lebih cepat dari biasanya. Kelebatan ingatan tentang kejadian memalukan itu masih saja berputar-putar di dalam kepalaku. Seolah mengejekku, ingatan itu enggan menghilang.Kubenturkan kepalaku pada stir, berharap aku bisa amnesia tapi yang kudapat malah memar di dahi. Aku meringis memegangi memar yang baru saja kubuat."Aku harap tidak bertemu dengan Jason lagi seumur hidupku."Aku mendesah panjang, menenggelamkan wajahku pada lipatan lengan di atas stir mobil. Setelah mengatakan hal memalukan itu aku berhasil merampas paper bag-ku dan kabur dari Jason. Entah ini harus disebut keberuntungan atau justru malap

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 5 : Tupai Bodoh

    Ada peribahasa yang mengatakan, "Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga." peribahasa itu sepertinya cocok untukku. Cepat atau lambat Rob pasti akan tahu kalau aku menghilangkan sepatu boots pemberiannya. Mungkin bagi kalian ini hanya masalah sepele.Ayolah itu hanya 'sepatu boots', kau bisa membelinya kapan saja!Ya, itu memang benar. Itu hanya sepatu boots, biasa bagi kalian tapi tidak bagiku. Itu hadiah ulang tahunku yang ke-17. Aku tahu ini konyol, setiap tahun orang pasti akan mengalami yang namanya 'ulang tahun' -jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup-, tapi tidakkah kalian berpikir tentang betapa spesialnya ulang tahun ke-17?Tahun dimana orang-orang akan mengakuimu sebagai seorang remaja, bukan seorang bocah ingusan lagi. Terlepas dari itu, ada hal

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 4 : Bencana

    -15 derajat celsius. Salju turun lebih lebat dari kemarin, aku merapatkan mantel yang kukenakan. Beruntung aku mengikuti saran Rob untuk memakai mantel tebal hadiah dari Grandma pada thanksgiving tahun kemarin. Jika tidak bisa-bisa cuping telinga dan ujung jariku kesakitan atau mati rasa karena kedinginan.Ngomong-ngomong soal Rob, nasib baik sepertinya masih ada dipihakku. Dia tidak menanyakan perihal sepatu boots hadiah darinya. Tadi pagi Rob tampak terburu-buru berangkat ke bengkel. Dia bilang ada pelanggan yang akan datang pagi-pagi sekali untuk mengambil mobil dan karena Jack ada jadwal kuliah pagi, Rob yang mengurusnya."Hei, gadis aneh, berhenti!"Langkahku terhenti. Jangan berpikir aku berhenti karena panggilan bodoh itu. Aku berhenti karena lenganku dicekal."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."Aku tahu suara ini, suara dengan nada dingin sekaligus sombong. Siapa lagi kalau bukan Jason."Aku buru-buru," sahutku, sebisa mungkin a

  • Cinderella and Her Boots   3.3

    Alunan musik dari yang ada di dashboard mobil mengisi keheningan. Aku duduk diam di jok penumpang sambil menatap penuh tanya sosok yang ada di balik kemudi. Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalaku, tentang dia yang tiba-tiba muncul dan hubungannya dengan Jason. Aku merasa Jason dan dia sudah saling mengenal, tapi bukan saling kenal dalam artian teman, melainkan sebaliknya. Dilihat dari cara mereka yang saling menatap saja sudah terlihat betapa besarnya aura permusuhan antara keduanya."Stef, Bisakah kau berhenti memelototiku?" Dari nada suaranya, ia terdengar jengah.Aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan darinya ketika mulai mengatakan hal yang sejak tadi sudah ingin aku tanyakan. "Kenapa kau tadi bisa ada di sana?" tanyaku."Ayahmu menyuruhku untuk memastikan kondisi mu setelah mendapat telepon dari pihak sekolah. Mereka bilang kau sakit, tapi yang kutemukan sepertinya tidak sama dengan yang mereka katakan."Aku mengalihkan pandangan ke de

  • Cinderella and Her Boots   3.2

    Dorong dia Stef!Tampar pipinya!Tendang tulang keringnya!Atau pukul sampai babak belur!Oke yang terakhir itu aku akui aku terlalu berlebihan, aku tidak mungkin bisa melakukannya. Abaikan saja. Intinya, aku harus marah dan menunjukkan padanya kalau perbuatannya itu sangat kurang ajar. Dia menciummu!Aku tahu, harusnya aku melakukan salah satu atau dua dari yang ada di otakku. Tapi otak dan tubuhku saat ini benar-benar tidak sinkron. Saraf motorikku seakan berhenti bekerja, mereka menghianatiku dengan membuatku hanya bisa diam dan terpaku menerima segala perbuatan kurang ajar Jason.Aku bisa merasakan Jason tersenyum di atas bibirku, ia pasti merasa menang karena aku hanya diam tak berkutik. Mata kami beradu, bukannya berhenti, Jason malah memejamkan matanya seakan menikmati ciuman ini. Perasaanku campur aduk, adrenalin berpacu dalam darahku seperti saat naik roller coaster. Telapak tangan Jason yang dingin mendorong tengkukku, pikiran

  • Cinderella and Her Boots   3.1

    Setiap langkah yang terayun terasa begitu lambat. Aku berjalan tanpa semangat menuju loker untuk mengambil beberapa buku dan sebelah sepatu bootku.Setelah kembali ke kelas biologi untuk mengambil tas, aku memutuskan untuk pulang. Tidak ada gunanya tetap tinggal dan belajar di sekolah ketika pikiranku kacau. Setidaknya di rumah aku bisa menenangkan diri sekaligus menyiapkan mental untuk menghadapi hari-hariku setelah kejadian memalukan di klinik dan kemungkinan buruk yang akan kuterima jika Jason mengetahui akulah orang yang ia cari.Begitu sampai di loker, aku langsung memasukkan buku dan sebelah sepatu bootku dengan asal. Hanya butuh waktu sepuluh detik dan aku sudah selesai berkemas. Sekarang tinggal ke parkiran, ambil mobil, lalu pulang.Suara isakan terdengar saat aku melewati koridor menuju parkiran. Suasana koridor yang terlampau sepi membuat isakan itu terdengar jelas. Aku menajamkan indera pendengaranku, berjalan mengendap seperti pencuri menuju sumber sua

  • Cinderella and Her Boots   Chapter 3 : Penyelamat

    # PENYELAMATDia di depanku. Bola mata hijaunya menatap ku, membuat sekujur tubuhku gemetar hanya karena melihat betapa tajamnya tatapan seorang Jason Butler. Aku belum pernah melihat mata seindah sekaligus... semenyeramkan itu, menyeramkan? Kau berlebihan Stefie.Aku masih menatapnya tak berkedip, hanya diam tanpa suara saat sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian arogan."Aku tahu aku ini sangat tampan, tapi kau tak perlu mengagumiku sampai meneteskan air liur seperti itu," kata Jason, nada suaranya terdengar mengejek.Aku tersentak, buru-buru menggerakkan tangan untuk menyeka mulutku dahiku mengernyit saat mengamati tanganku yang kering, tak ada air liur disana. Kembali kualihkan pandangan ke Jason, dia masih menatapku, kali ini ada sinar geli di bola mata hijaunya."Dasar gadis bodoh," ia menggumam sambil terkekeh pelan.Apa dia bilang? Gadis bodoh? Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Ingin rasanya membalas ucapan tapi

DMCA.com Protection Status