Penghianatan. Satu kata, namun rasa yang ditimbulkan tak bisa di gambarkan hanya dengan seribu kata. Cassy merasakannya dan mencoba bangkit dari sakit itu. Tapi, semua tak semudah yang ia kira. Ada banyak konflik lainnya yang datang dalam kehidupan Cassy.
View MoreCASSY PoV
Sinar mentari pagi mulai masuk melalui jendela kamarku yang terbuka. Pasti Mama yang sudah membukanya pagi tadi. Biarlah, Aku masih ingin menikmati hari ini.
Tubuhku terlalu lelah untuk bergerak, rasa pusing karena jet lag semalam masih sangat terasa. Padahal ini bukan kali pertama Aku harus melakukan perjalanan di malam hari dengan pesawat.
Kalau bukan karena mau memberikan surprise untuk Raka Kekasihku, mungkin sekarang Aku masih ada di Apartemenku. Tapi yah, mau bagaimana lagi. Resiko menjalani hubungan jarak jauh seperti ini.
Sudah lima tahun Kami menjalin kasih, tapi sudah memasuki tahun keempat juga harus terpisah jauh. Dengan kata lain, hanya setahun Kami benar-benar merasakan yang namanya kencan. Aku yang ingin meraih mimpiku untuk menjadi seorang Chef harus menuntut ilmu ke Negeri Kangguru.
Sedangkan Raka, tetap di Kota ini meneruskan bisnis Keluarganya. Aku sengaja tak memberi tahu Raka akan pulang semalam.
Studyku juga akan selesai sebulan lagi. Raka rencananya akan datang bulan depan, tapi Aku ingin merayakan Aniversarry ke 5 kami. Sekaligus merayakan pembukaan cabang ketiga sejak Raka mengambil alih bisnis kuliner milik Keluarganya.
"Cassy ... Udah bangun Sayang?" tanya Mama sambil mengelus rambutku pelan, hal yang biasa Mama lakukan jika Aku pulang ke Rumah.
"Iya Ma, sebenarnya Cassy masih pusing. Tapi yah ... Gimana lagi ... " jawabku sambil merentangkan kedua tangan dan duduk di depan Mama yang hanya bisa tersenyum melihatk _ yang Aku yakin terlihat sangat berantakan.
"Kalo gitu, sekarang Anak Mama yang cantik ini langsung mandi aja. Mama udah siapin salad sayur kesukaan Kamu sekaligus untuk meringankan jet lag Kamu Sayang."
Aku memang lebih suka sarapan dengan salad sayur atau buah. Terutama jika mengalami jet lag seperti sekarang, mengkonsumsi buah dan sayur cukup membantu.
"Masih mikir apa lagi sih Sayang? Katanya mau bikin kejutan buat Raka? Bukannya Kamu harus belanja bahan makanan dulu ya? Atau gak jadi?"
"Iya Ma, Cassy mandi sekarang ... " ucapku sambil bangkit dengan perlahan dari ranjang, Mama hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum ke arahku.
***
Setelah mandi dan bersiap untuk pergi belanja bahan makanan nanti, Aku langsung ke meja makan. Mama sudah menungguku di sana. Walau memiliki Asisten Rumah Tangga, tapi urusan makanan Mama selalu mengerjakan sendiri. Salah satu alasan yang membuat Aku sangat suka masak, sejak kecil Aku paling merasa senang saat bisa berdua dengan Mama di Dapur.
Di meja makan sudah tersaji salad sayur dan soup ayam serta buah ceri yang memang bisa meringankan jet lag. Setidaknya itu yang Aku rasakan.
Aku langsung duduk di salah satu kursi makan dan mengambil satu buah ceri sambil menatap Mama yang sedang menatap ponselnya.
"Kenapa Ma? Papa mana?" tanyaku pada Mama sambil memakan ceri pertama dan siap untuk yang kedua. Aku juga menyapu rumah dengan mataku yang mulai terasa segar karena sudah terkena air tadi.
"Papa udah berangkat Sayang. Ada meeting penting soalnya. Mama lagi lihat berita soal ini loh Sayang, Restoran baru yang baru buka kemarin udah jadi trending karena konsepnya yang kekinian tapi tetap nyaman. Belum lagi menu yang ditawarkan juga katanya sehat namun tetap enak dan harganya masih terjangkau."
"Sekeren itu ya Ma? Tapi kok bisa murah? Yakin kualitas bahannya bagus?" tanyaku yang kini beralih ke salad sayur yang terasa segar saat dikunyah.
"Katanya sih bagus Sayang. Bersih dan aman. Bisa murah karena ternyata yang punya Restoran ini punya Perkebunan sendiri, dan hebatnya lagi organik. Gak pakai pupuk kimia. Hebat kan?" ujar Mama dengan antusias.
"Mama kok jadi kayak promotor Restorannya? Semangat banget jelasinnya" ucapku sambil tertawa. Lucu melihat Mama begitu semangat menjelaskan keunggulan Restoran baru itu.
"Nanti setelah Kamu belanja, kita ke sana ya Sayang? Mama juga penasaran sama Restoran itu .... "
"Mama aja ya ... yang ke sana, Cassy kan harus masak Ma? Biar bisa di makan Raka nanti saat makan malam .... " ucapku setelah menenggak susu kedelaiku.
"Iya juga ya ... Mama lupa, Kamu harus masak. Ya udah kalo gitu nanti aja, makan di sana. Mama juga masih ada acara sore nanti ... "
"Acara apa Ma?"
"Arisan di Rumahnya Tante Evi. Kamu masih ingat kan sama tante Evi?"
"Tante Evi ... yang mana Ma?"
"Anaknya dulu pernah sekelas sama Kamu Sayang ... Mama lupa namanya, yang itu lo ... kalo gak salah, dulu Kamu sering ledekin Dia karena gendut. Pokoknya yang itu lah ... Nah, Tante Evi ini baru pulang dari Luar Negeri terus ikut deh arisan di groupnya Mama."
"Tunggu Ma ... Tante Evi ... yah, sekarang Cassy ingat sama Anaknya. Astaga ... jadi tante Evi yang Mama maksud ini Mamanya Dimas? Cassy udah lama sih gak ketemu tuh Anak. Karena mereka pindah ke Singapura kan? Jadi udah balik ya Ma? Wah ... kapan-kapan bisa tuh ketemuan sama si 'Subur' ... dulu Cassy kasih nama Dimas, 'Subur' Ma .... "
"Iya ... Dimas ... bener tuh. Tante Evi itu ya, Mamanya Dimas Sayang. Jadi sore ini, Tante Evi yang jadi Tuan Rumahnya sekaligus perkenalan dengan teman-teman arisan yang lain."
"Ya udah kalo gitu, sampein salam Cassy buat Tante Evi ya Ma ... sekalian minta nomer hapenya Dimas ... Cassy berangkat dulu ya Ma ... " ucapku sambil cium pipi Mama.
"Kamu pergi sendiri?" tanya Mama heran.
"Iya Ma, tapi Cassy belum bisa nyetir dulu. Jadi rencanya ya ... Pesan taxi online deh."
"Mona gak diajak? Biasanya kemana-mana selalu berdua .... "
"Cassy juga mau kasih surprise buat Mona Ma ... kan besok ulang tahunnya Dia. Jadi rencananya setelah kasih kejutan ke Raka, Cassy mau langsung ke Rumahnya Mona ... Ma, Cassy pergi dulu ya ... taxinya udah di depan. Bye Mama .... " kini Aku mencium punggung telapak tangan Mama dan kembali mengecup kedua pipi Mama. Hal yang selalu Aku lakukan saat pamit.
"Iya Sayang ... "
***
Setelah melalui perjalanan yang cukup menyita waktu karena padatnya kendaraan pagi ini, akhirnya sampailah Aku di salah satu pusat perbelanjaan terlengkap di Kota ini.
Aku langsung menuju ke Toko bahan makanan yang terletak di lantai satu. Semua bahan masakan lengkap tersedia. Salah satu yang paling Aku suka adalah belanja sendiri bahan makanan yang akan Aku masak nanti. Rasanya lebih puas dari pada belanja apa pun.
Aku langsung memilih bahan terbaik untuk menu spesial yang akan Aku masak nanti. Daging khas dalam yang utuh dan segar, jamur segar, hati ayam, mentega tawar dan pastinya bahan untuk membuat paff pastry sendiri.
Aku akan membuat beef wallington untuk Raka. Setiap hari spesial Aku mencoba menyajikan masakan yang spesial pula, beef wallington adalah salah satu dish yang Aku sangat suka. Dari pengerjaannya yang cukup rumit, namun ada kepuasan tersendiri saat berhasil membuatnya.
Aku termasuk suka menantang diri sendiri dalam melakukan semua hal, dan sebisa mungkin menyelesaikannya dengan sukses. Sejauh ini semua bisa terlewati dengan mudah, termasuk dengan Kuliah di salah satu Kampus terbaik di Dunia dalam bidang cullinery arts.
Memasak dan bisa dinikmati oleh orang lain sangat membahagiakan rasanya. Aku suka semua jenis masakan, bahkan setelah lulus nanti Aku ingin membuka Restoran yang bisa menyediakan menu untuk semua orang. Dish yang ingin Aku buat adalah gabungan antara masakan Indonesia dan Western tanpa menghilangkan cita rasanya. Agar bisa cocok dengan lidah Orang Indonesia dan Turis yang datang berkunjung. Semoga ....
Usai membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat beef wallington, Aku ke Toko bahan kue. Kali ini Aku mencari bahan-bahan untuk membuat black forrest. Raka sangat suka blackforrest, jadi Aku ingin membuatnya juga untuk kue anniversarry nanti.
Karena Mona, Sahabatku besok juga ulang tahun jadi Aku membeli bahan blackforrest ini untuk dua resep. Mona juga pencinta coklat, dan black forrest adalah favoritnya.
Semua sudah lengkap, tinggal eksekusi di rumah. Aku pun kembali memesan taxi online dan pulang dengan hati yang riang. Rasa pusing sebelumnya musnah dengan keringat yang mulai mengucur dari dahi. Cukup banyak belanjaanku kali ini, capek tapi puas.
***
Saatnya eksekusi, Mama sudah istirahat siang saat Aku sampai. Jadi Aku langsung ke dapur untuk memasak. Dengan di bantu Bik Ina, Aku mulai memasak dua dish yang sangat Aku dan Raka sukai ini.
Setelah berkutat dengan bahan makanan selama kurang lebih tiga jam, akhirnya selesai juga semuanya. Puas rasanya melihat beef wallington terlihat sangat cantik, dengan kulit pastrynya yang tampak renyah tapi daging lembut di dalam cukup membuat Aku ngiler, ingin segera menyantapnya.
Begitu pun dengan blackforrest yang tampak sangat cantik dengan coklat dan cream yang dilapisi toping cery di atasnya. Aku dan Raka memang suka dengan buah cery.
***
Sudah sore saatnya untuk bersiap ke Apartemen Raka. Hampir dua tahun ini Raka tinggal di Apartemen pribadinya, Orangtuanya tinggal di Kota yang berbeda. Karena Raka tinggal di Kota ini memang hanya untuk mengembangkan bisnisnya.
***
Dengan menggunakan outfit yang sederhana hanya atasan berwarna putih dan rok maxi yang berwarna soft blue dan bermotif bunga, sedikit polesan make up natural dan rambut yang di urai tapi mengggunakan pearl headband untuk menahannya agar tidak berantakan dan supaya terlihat manis sudah membuatku percaya diri untuk ke Apartemen Raka agar Pria itu merasa bahagia saat melihat kejutanku nanti. Terakhir sebuah slim bag tak lupa Aku kenakan untuk melengkapi outfitku sore ini.
Beef Wallington dan Black forrestnya sudah tersimpan rapi pada tempat makan yang spesial. Tinggal Aku bawa dalam satu kotak yang cukup besar.
Sejak kemarin Aku menahan diri untuk tak menghubungi Raka, mungkin Dia sedang sibuk karena tak menghubungiku juga. Tak mengapa ku pikir, itu lebih baik agar rencanaku ini berhasil.
Taxi yang Aku tumpangi berhenti di depan Apartemen Raka, jantungku berdegup sangat kencang. Aku gugup, dan ini pertama kalinya Aku merasakan kegugupan separah ini. Mungkin karena ini pertama kalinya juga Aku akan memberikannya kejutan.
Aku naik lift ke lantai 10, ini kali kedua Aku kemari. Pertama kalinya setahun yang lalu, hanya sebentar dan Aku sudah tahu passwordnya. Jika Dia belum kembali dari Kantornya, itu lebih bagus lagi.
Aku melangkah perlahan keluar dari lift. Apartemennya tepat di depanku sekarang, jantungku semakin berdetak kencang. telapak tanganku mulai berkeringat karena gugup.
Aku langsung menekan tombol panel pintunya dan memasukkan password yang masih kuingat hingga sekarang. Terbuka, tanda bahwa Raka belum mengganti passwordnya. Sedikit bernafas lega.
Aku masuk dan melangkah perlahan, bisa saja Raka sekarang sedang tidur karena kelelahan. Samar-samar Aku mendengar suara, tapi belum jelas suara siapa. Mungkin saja suara televisi di Kamar Raka.
"Apa maksudnya ini?" tanya Raka sambil memperlihatkan video antara aku dan Cassy di restoran tadi, dengan tatapan penuh amarah. "Kenapa tanya aku sayang? Si Cassynya aja tuh yang keterlaluan. Malah di sini aku yang sakit lo. Sampai sekarang pipiku masih terasa perih.""Berhenti pura-pura Mona! Aku tahu semua ini rencana busukmu kan? Aku juga sudah tahu bagaimana kau menjebakku dulu, agar aku bisa tidur denganmu!" Bentak Raka dengan suara yang sangat keras. Aku belum pernah melihat ia semarah ini. "Tapi sayang, aku ...""Jangan panggil aku sayang! Jijik aku melihatmu Mona! Mulai hari ini, menjauhlah dari kehidupanku! Gara-gara kebusukanmu, aku harus kehilangan Cassy! Kita putus! Keluar kau dari sini!""Jangan sepert ini Raka. Aku mohon, aku cinta sama kamu sayang. Aku melakukan semua ini, karena rasa cintaku padamu yang terlalu besar. Tolong jangan tinggalkan aku ...." Tangisku pecah. Aku mengiba padanya sekarang. Aku benar-benar tak menyangka ia
"Sudah puas kau Cassy?" teriakku sambil menitikkan air mata. Semua yang ada di rumah makan itu, langsung menoleh ke meja kami. "Belum Mona, ini tidak seberapa. Rasa sakit hati yang kalian torehkan di hatiku lebih pedih dari tamparan ini.""Kau salah sangka Cassy, ini tidak seperti yang kau duga ... aku ...." Belum selesai ucapanku, tiba-tiba Dimas langsung datang menarik tangan Cassy. "Ayo pulang Cassy, jangan sampai kamu masuk perangkap perempuan berbisa ini!""Kamu jangan fitnah aku ya, dasar perebut pacar orang! Kamu yang sudah merebut Cassy dari Raka kan? Sampai Raka berpaling padaku!""Maksudnya?" Cassy terlihat bingung atas pernyataanku barusan. "Gak ada gunanya meladeni perempuan sinting ini! Ayo Cass ... kita pergi dari sini!""Kasihan sekali Raka ..." Aku menangis histeris seiring dengan langkah kaki Cassy yang diseret Dimas dari rumah makan. Setelah mereka tak nampak, aku langsung duduk d
Aku tak menyangka semudah itu Cassy menuruti permintaanku untuk bertemu dengannya. Aku kira ia akan meradang atau bahkan menghindar dariku, ternyata perkiraanku meleset, gadis itu bahkan terdengar sangat tenang dan langsung menyanggupi untuk bertemu.Di sinilah aku sekarang. Di sebuah rumah makan yang jadi tempat favoritku dulu saat masih sangat dekat dengan Cassy, ia yang memilih tempat ini untuk berjumpa.Sudah sekian lama aku tak datang kemari, karena aku memang tak ingin datang atau melakukan sesuatu yang sering aku lakukan dengan Cassy. Aku sangat membencinya.Seperti sekarang, baru saja duduk di rumah makan ini, memoriku kembali berputar ke masa silam saat aku sering makan di sini bersama Cassy."Mon, kamu mau kan tinggal bareng aku?" tanya Cassy kala itu, ia mengutarakan maksudnya untuk mengajakku tinggal bersama memang di rumah makan ini. Aku baru tersadar hal itu seka
Rencana awal untuk tinggal dulu di Australia, karena ingin menenangkan diri nyatanya harus berubah. Cassy memutuskan untuk pulang bersama kedua orangtuanya dan menyelesaikan urusannya dengan Raka dan Mona."Kamu yakin Cass?" tanya Tiara saat Cassy mengutakaran rencanya untuk pulang esok hari."Sangat yakin Ra, aku gak bisa begini terus. Mereka sangat keterlaluan. Bukan hanya aku yang diserang, tapi juga Dimas dan Dirga.""Baiklah, aku akan mendukung apapun keputusanmu. Titip Ibu ya Cass, aku harus di sini dulu untuk menunggu semua dokumen dari kampus kita lengkap dan juga aku akan mengajukan pengunduran diriku dari Cafe.""Makasih ya Ra, kamu emang sahabat terbaik aku." Cassy langsung memeluk sahabatnya yang langsung menyambut dengan pelukan hangatnya.***Sesuai dengan rencananya, Cassy pulang bersama mama dan papanya serta ibunda Tiara. Mereka jug
"Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Tiara pada Dimas saat mereka mulai menjauh dari tempat Cassy dan Dirga. "Bagaimana jika nanti mamaku juga salah paham? Kamu nggak lupa kan, di sini bukan hanya ada kita berempat?" Lanjut Tiara memastikan."Aku tahu, tapi sekarang waktu yang tepat untuk membuat Cassy dekat dengan kak Dirga," jawab Dimas sembari memilih kursi untuk mereka duduk.***Sementara itu, Cassy dan Dirga larut dalam makan malam mereka, ternyata Dirga tak sedingin yang Cassy duga. Bahkan dibalik obrolan santai mereka, terselip ilmu cullinary art yang bisa Cassy pelajari.Dirga adalah pria cerdas dengan ide-ide fresh yang sangat pantas untuk mendapatkan apresiasi. Bahkan kesan dingin yang selama ini tertanam dalam benak Cassy tentang dirinya perlahan memudar hanya karena mendengarkan ia bercerita. Mungkin bukan dingin, tapi berkharisma. Itu adalah definisi sosok seorang Dirga di mata Cassy sekaran
"Iya, kamu kenal dengan kakakku?" tanya Dimas penasaran, sejak mengetahui ketertarikan Dirga pada Cassy, ia memang tak pernah tahu sedekat apa mereka berdua."Hanya pertemuan yang tidak disengaja." Cassy menjeda ucapannya untuk menunggu reaksi dari Dimas, walau gadis itu tidak yakin, reaksi seperti apa yang ia inginkan. "Dim, kamu datang kan minggu depan?" ucap Cassy pada akhirnya, saat menyadari tak ada respon apa pun dari Dimas."Minggu depan?" tanya Dimas memastikan, ia sedang sibuk dengan fikirannya sendiri. "Iya, minggu depan kan wisudanya Winda ...""Kamu juga kan?" Dimas bertanya dengan polosnya karena Cassy hanya menyebutkan nama Winda. "Tentu saja, tapi bukankah Winda yang jadi prioritas kamu sekarang?""Bagiku sama saja Cass, kamu dan Winda ... aku usahakan buat datang," pungkas Dimas.***Sudah dua puluh menit sambungan telpon dengan Dimas berakhir, namun Cassy masih belum bisa
Sudah jam tiga pagi, tapi mata Tiara bahkan tak bisa terpejam walau hanya semenit. Permintaan Dimas yang jadi penyebabnya.Waktu istirahatnya terganggu dengan panggilan telepon pagi tadi. Nomor tak dikenal menghubungi. Dengan santainya Tiara menjawab panggilan yang tak pernah ia duga akan membuatnya dilema seperti saat ini."Apa yang bisa aku bantu?""Terima panggilanku setiap hari mulai saat ini, sebisa mungkin aku akan menghubungimu.""Mengapa aku?""Agar Cassy terbiasa, ini semua untuk kebaikannya Tiara ....""Maksudnya gimana Dim? Ada apa sebenarnya?""Sepertinya kakakku menyukai Cassy, jadi aku akan mulai menjauh darinya. Tapi aku butuh bantuan darimu untuk meyakinkan Cassy, mari berpura-pura kita saling mengagumi.""Mengapa harus aku?""Karena kamu adalah yang paling dekat dengannya sekarang
DIRGA PoVSuka? Benarkah itu yang aku rasakan pada gadis itu? Aku belum yakin sepenuhnya. Ada sebuah daya yang mampu membuatku ingin mengenalnya lebih dekat, magnet atau apa pun itu sebutannya, aku tidak tahu. Ya, seabsurd itu perasaanku pada gadis yang belum lama ku kenal, justru disaat ia bersitegang dengan kekasihnya, atau mantan kekasihnya? Entahlah, dalam dua kali perjumpaan aku selalu ada diposisi yang sama. Berada di tengah pertengkaran mereka, aku tidak tahu apakah itu pantas untuk dibanggakan atau tidak."Kak Dirga? Halo?" Bayangan tentangnya kembali menggangguku, bahkan disaat aku sedang dalam sambungan telepon dengan adikku."Gimana Dim? Sorry, tadi ada email masuk dari teman kakak." kilahku dengan suara yang kucoba lebih tenang."Enggak Kak, lupakan saja. Oh iya, ada yang bisa Dimas bantu nggak?" Entah apa yang ia sembunyikan, jelas-jelas aku mendengar pertanyaannya soal perasaanku pa
Tak ada yang lebih menyesakkan hati siapapun selain kebohongan yang menyakitkan. Dimas terpaksa melakukannya, meski ia tahu konsekuensi atas perbuatannya adalah rasa sakit itu sendiri.Tepatnya, Dimas tengah menyakiti hatinya yang sudah terpaut pada Cassy setelah sekian lama dan harus melepaskannya dengan harus membuat gadis itu ikut tersakiti. Meski belum terlalu yakin, tapi Dimas merasa bahwa Cassy mulai memiliki rasa untuknya, satu hal yang tentu membahagiakan.Tapi fakta yang tersaji di depan mata, nyatanya mampu memadamkan segalanya. Panggilan suara dari Dirga Aditya semalam adalah alasannya melakukan semua ini."Gimana kabar kamu di sana Dim?" tanya Sang Kakak di seberang sana."Baik kak, kabar kakak dan bapak sama ibu gimana?""Baik juga. Kapan kamu balik?""Rencananya minggu depan kak, masih ada beberapa hal yang belum selesai."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments