Share

Pantai

Penulis: Merry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang perjalanan, Dimas bercerita banyak hal tentang kehidupannya di Singapura. Sekolah, teman-temannya bahkan saat ia Kuliah dan masih banyak cerita lainnya yang tak bisa Aku ingat.

Karena fikiranku bukan di sini, tapi di tempat lain. Rasa sakit itu makin terasa di dalam hatiku. Aku langsung menatap Dimas dan berkata, "Dim, bisa nggak Aku tidur sebentar? Aku capek ... Kalo udah sampe di Pantainya, Kamu bangunin Aku ya .... "

Dimas langsung menoleh ke arahku dan tersenyum hangat, "Boleh Cassy, nanti kalo udah sampe, Aku pasti bangunin Kamu kok."

"Makasih ya Dim .... " Aku langsung memejamkan mataku, sebenarnya badan ini tak merasa capek sama sekali. Tapi perasaanku ... semuanya hancur lebur sekarang. Aku bahkan ragu mampu menghadapi penghianatan ini, Aku ingin tidur ... untuk selamanya, tapi tidak ... kasian Mama dan Papa, Aku Kuliah di Luar Negeri saja Mama bisa menangis terus saat Kami melakukan panggilan video. Aku hanya tak ingin menyakiti Orang-orang yang Ku sayang.

Masih terekam dalam ingatan dengan sangat jelas bagaimana sakit dan hancurnya Mama saat harus kehilangan Caramel, Adik manisku satu-satunya. Yang harus meregang nyawa di usianya yang baru tiga tahun, tepat empat tahun lalu. Adikku adalah korban dari tabrak lari, tak ada yang tahu siapa Pengemudi yang tidak bertanggungjawab itu. Bahkan Petugas juga mengalami jalan buntu dalam penyelidikan.

Butuh waktu setahun bagi Mama untuk bisa menerima kenyataan bahwa Caramel telah tiada. Bukan keputusan yang mudah untuk Mama melepaskan Aku sendiri di Negeri Asing, tapi Mama tetaplah Wanita terhebat yang selalu bisa mengendalikan perasaannya dalam mengambil keputusan.

Mama mengizinkan Aku, karena Mama tahu ini adalah mimpiku sejak dulu. Sebenarnya lebih dari itu, Aku sangat ingin mewujudkan mimpi Caramel yang selalu berceloteh ingin selalu menikmari masakanku setiap hari jika sudah besar nanti.

Tiba-tiba ada rasa rindu yang besar dalam hati, Aku sadar rasa sakit karena penghianatan tak seberapa dengan rasa sakit saat kehilangan Orang-orang yang Kita cintai dan mencintai Kita.

Sedih tapi bersyukur. Luka ini akan sulit untuk sembuh, tapi bukan berarti bisa mengambil hidupku. Terlalu besar harganya untuk Mereka yang hanya jadi parasit dalam hidupku.

Nyaman sekali ku rasa, Aku ... tiba-tiba ingin terlelap sekarang. Lagu itu ... iya, lagu yang sedang dimainkan sekarang, benar-benar menenangkan dan ....

***

Aku tak tahu berapa lama Aku terlelap, tapi saat kubuka mata, Dimas tak ada di sampingku. Mobil juga dalam posisi diam di tempat. Aku langsung merentangkan tanganku, Meregangkan semua persendian yang terasa kaku.

Aku membuka pintu mobil, dan di depanku sudah membentang luas laut biru yang menyejukkan mataku yang lama terpejam tadi. Aku menurunkan kakiku satu persatu, tanpa alas kaki. Pasir putih dan halus menyambut telapak kakiku yang polos, Aku sangat menikmatinya.

Angin pantai yang sejuk, karena memang sudah mulai petang. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Anginnya menyapa rambutku yang sudah berantakan ini, kubiarkan saja angin membelainya lembut.

Aku langsung berjalan semakin dekat ke arah laut, sejenak lupa atas apa yang baru saja ku alami. Aku hanya ingin menikmati waktu ini, hanya ada Aku di sini. Aku semakin dekat dengan air laut yang semakin kencang deburan ombaknya.

Aku merentangkan tanganku menantang angin yang semakin dingin, lalu berteriak sebisaku. Air mataku mengalir tak terbendung, sakit itu semakin terasa dan Aku hanya bisa berteriak dalam tangis.

Setelah beberapa saat, Aku baru tersadar bahwa Aku ke sini dengan Dimas. Aku melihat ke sekitar, tapi Pria itu tetap tak kelihatan batang hidungnya yang mancung itu.

Karena tak menemukan Dimas di sekitar pantai ini, Aku semakin leluasa melampiaskan semua rasa yang tengah bergemuruh dalam hati.

"Raka ... Mona ... Apa salahku? Mengapa Kalian bisa sejahat itu? Selama ini Aku selalu berusaha menjadi Kekasih dan Sahabat yang baik! Tapi kenapa? Kenapa Kalian bisa berhianat seperti ini?"

Hanya suara ombak menerjang karang yang terdengar, angin laut yang terasa dingin menyentuh kulit tak mampu mendinginkan panasnya hati yang terasa makin membara.

Sekali lagi Aku berteriak dengan kuat hingga suaraku terasa serak, Suara ombak yang semakin membesar seolah menelan teriakanku.

"Aku tak akan menangis lagi! Aku janji!" dalam sisa teriakanku, Aku hanya ingin berjanji untuk diriku sendiri bahwa ini adalah pertama dan terakhir kalinya Aku menangisi Mereka berdua.

Setelah agak tenang, sesak yang ada di relung hati semakin berkurang. Aku memutuskan untuk duduk di pasir putih yang agak jauh dari jangkauan air laut yang semakin naik.

Aku duduk dengan menikmati pemandangan indah yang terbentang di depan mata.

"Cassy, Kamu mau minum gak?"

"Kamu dari mana saja Dim?" tanyaku pada Dimas yang kini sudah duduk di sampinggku, sambil menyerahkan air mineral.

"Tadi Aku kebelet, terus nyari Toilet deket sini. Adanya ya, di Rumah Warga agak jauh sih ... tapi Aku juga ingat udah abis persediaan air mineralnya, jadinya sekalian beli deh .... "

Bab terkait

  • Cassy   Persahabatan

    DIMAS POVNamaku Dimas Aditya. Usiaku sama dengan Cassandra, 22 tahun. Aku mengenal Cassandra sejak kami masih Anak-anak.Aku dan Cassandra selalu memilih sekolah yang sama sejak masih Taman Kanak-kanak ... maksudku, secara tak sengaja tentu saja.Waktu masih kecil, tubuhku lebih berisi tapi berisi dengan lemak yang banyak. Karena Aku memang sangat suka makan. Segala jenis makanan Aku santap dengan nikmat. Nafsu makanku sebesar badanku.Aku dan Cassandra tak begitu dekat, karena walaupun Sekolah Kami sama, tapi Aku dan Dia tak sekelas.Aku rasa hanya Aku yang mengenalnya, Gadis periang itu baik pada semua Orang. Hingga Aku yakin, meski bukan pada Orang yang dekat dengannya Dia tak sungkan menolong.Aku masih ingat dengan jelas, dulu waktu Ibuku masih harus mengantarkan Kakakku Cek up ke Dokter. Ibu memang rutin membawa Aku dan Kakakku ke Dokter, wajib k

  • Cassy   Dimas Story

    Riko Anak genius yang sibuk belajar saat di kelas. Ketika di rumah, Kami banyak menghabiskan waktu dengan bermain play station dan baca komik.Tapi tak pernah ada masalah dengan itu, Aku belajar tentang materi di Sekolah dari Riko dan Riko tahu tentang Plastation dan komik dari Aku.Meski berbeda tempat, komunikasi antara Aku dan Riko tak pernah putus. Dari Riko, Aku tahu tentang Cassandra yang akhirnya memiliki seorang Sahabat yang bernama Mona.💍💍💍💍Gadis yang kurang beruntung dari segi ekonominya itu, tetap bisa berteman

  • Cassy   Berbagi Cerita

    Saat hendak kembali ke mobil, Aku melihat Cassy yang mulai terbangun. Aku sengaja berlindung di sebuah pohon yang cukup besar. Tapi dari posisiku sangat terlihat pergerakan dari Cassay, Aku hanya ingin melindunginya dari jauh.Gadis itu tampak meregangkan otot dan melihat sekeliling. Lalu ia keluar dari mobil, tanpa alas kaki. Aku hanya bisa tersenyum saat ia tampak menikmati berada di Pantai ini.Gadis itu telah berjalan hingga sampai ke depan air laut. Lalu ia berteriak. Aku mendengar dengan jelas semua teriakan putus asanya. Aku hanya bisa ikut menangis dari tempatku bersembunyi.Aku sengaja membiarkannya sendiri, agar ia bisa melampiaskan rasa sakit yang ada. Walau cara ini berhasil, nyatanya sakit yang ku rasa dalam hati tak berkurang tapi malah bertambah.Setelah agak tenang, Aku keluar dari tempatku dan mengambil air mineral yang kusimpan di bagasi mobil. Aku selalu punya persediaan air dalam kardus yang selalu kuletakkan dalam bagasi.Cassy yang

  • Cassy   Pulang

    CASSY POVWaktu terus berjalan seiring dengan perasaan yang gamang hingga tak terasa telah sampai di ujung senja. Aku masih duduk di pasir putih ini dengan di temani Dimas yang kini mulai membuka nostalgia tentang masa di Sekolah Dasar dulu. Setidaknya cerita itu mampu menghadirkan senyum dalam hati yang sakit.Saat tengah asyik berbincang, hand phone Dimas berdering. Dimas langsung mengambil benda pipih itu dari saku celananya. Setelah pamit sebentar, Dimas pun beranjak dari sampingku untuk menjawab panggilan telepon yang ... entah dari siapa. Aku kembali sendiri di sini.Karena terlalu menikmati sentuhan angin laut yang terasa dingin di kulitku, Aku bahkan tak sadar saat Dimas kembali ke tempatnya, tapi ia tak segera duduk."Cassy, Kita balik yuk ... udah mulai gelap juga kan ... tadi yang nelpon Mama, nanyain kalo Aku ketemu sama Kamu atau enggak. Soalnya Mama Kamu gak bisa hubungin hand phone Kamu ... ""Hape? Mama? Astaga ... Aku lupa Dim, haru

  • Cassy   Pingsan

    DIMAS POVDi dalam Ruang tamu Cassy, sedang duduk kedua Orangtuanya, dan dua orang yang paling kubenci sekarang. Siapa lagi kalau bukan Raka dan Mona. Para penghianat itu, dengan berani datang ke Rumah Cassy.Pantas saja Cassy hanya berdiri mematung sekarang, Aku mengerti perasaannya. Ditambah lagi semua mata di Ruangan itu kini terarah padanya."Sayang, Kamu udah sampai ya ... Nih ada Mona dan Raka ... Tadi Mereka langsung ke sini loh waktu tahu Kamu pulang .... " ucap Mamanya Cassy sambil tersenyum."Iya Cassy, Aku kangen banget sama Kamu. Tumben Kamu gak ngabarin Aku" ujar Mona sambil tersenyum lebar, Gadis itu bahkan sudah dalam posisi akan berdiri dari tempatnya."Aku juga khawatir sama Kamu Cassy, tadi Mama Kamu nelpon Aku nanyain Kamu. Aku k

  • Cassy   Makan Bersama

    Cassy PoVEntah berapa lama tak sadarkan diri, Aku tak tahu. Aku hanya ingat bagaimana bencinya Aku melihat Raka dan Mona. Luka yang kurasakan beberapa saat lalu semakin terasa pedihnya.Aku tak ingat sama sekali peristiwa setelah Aku terjatuh. Tapi yang pasti saat membuka mata, Aku hanya ingin melihat Dimas. Aku tak tahu mengapa. Mungkin karena Dimas yang menemaniku seharian ini. Iya, bisa saja itu alasannya.Mona dan Raka.Mereka berdua masih ada di kamarku, tapi Aku tak bisa menyembunyikan rasa kesalku pada Mereka. Jika bukan karena Mama, Aku sudah menampar keduanya. Darahku seperti mendidih melihat mereka. Tapi, Aku masih memikirkan Mama. Entah bagaimana caraku menjelaskan pada Mama nanti tentang penghianatan ini. Mama sangat dekat dan sayang pada Mona.Beruntung kedua 'Penghianat' itu akhirnya pergi juga dari kamarku. Aku bisa sedikit bernafas lega.Se

  • Cassy   Insomnia

    Papa Mengantarkan Dimas turun ke bawah, sambil bercerita tentang ... Aku tak tahu. Tapi sepertinya Dimas cukup nyambung dengan Papa, salah satu hal yang tak pernah Aku temui saat bersama Raka.Duh, lagi-lagi bandingin Raka dan Dimas ... Sadar Cassy, Raka itu cocoknya ke laut aja ... gak sebanding lah sama Dimas."Sayang, kok melamun? Lagi mikirin Raka atau Dimas nih?" kelakar Mama sambil mengerlingkan sebelah matanya untuk meledekku."Apa sih Ma?" jawabku Malu atas lelucon Mama barusan."Jadi sebenarnya hubungan Kamu sama Raka gimana? Tadi Mama liat, Kamu lebih peduli sama Dimas daripada Raka? Bukannya pagi ini Kamu mau ngasih kejutan buat Raka? Kok malah jalan bareng Dimas? Mama jadi bingung deh sama Kamu Sayang?""Pelan-pelan Ma ... jangankan Mama, Cassy juga bingung sendiri. Tapi sekarang, Cassy mau istirahat dulu aja. Nanti deh kalo udah tenang, pasti Cassy cerita ke Mama.""Ya udah kalo gitu, Kamu istirahat aja sekarang ya ... semoga gak saki

  • Cassy   Hari Baru

    Hari yang berat telah berlalu, tapi luka itu masih ada. Setidaknya Cassy masih bisa terlelap juga pada akhirnya. Saking lelapnya ia tidur, hari ini bangun kesiangan lagi. Bedanya hari ini ia bangun sendiri, tampaknya sang Mama tak ingin mengganggu tidur Putrinya yang sempat pingsan semalam.Cassy bangun dari tempat tidurnya, ia membuka jendelanya agar udara bisa masuk. Sambil membuka daun jendela, ia menghirup udara yang masuk. Beruntung matahari tak menyengat hari ini. Hanya angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Cassy menutup matanya, seolah angin yang menerpa mampu membawa sesak yang tengah ia rasa. Tapi sayangnya, tak ada perubahan yang terjadi. Tanpa bisa dicegah bulir bening dari matanya mulai mengalir dengan pelan. Penghianatan yang dilakukan Raka dan Mona tergambar dengan jelas dalam ingatannya. Meski kemarin sempat sedikit terlupakan karena ada Dimas di sa

Bab terbaru

  • Cassy   Kemarahan Raka

    "Apa maksudnya ini?" tanya Raka sambil memperlihatkan video antara aku dan Cassy di restoran tadi, dengan tatapan penuh amarah. "Kenapa tanya aku sayang? Si Cassynya aja tuh yang keterlaluan. Malah di sini aku yang sakit lo. Sampai sekarang pipiku masih terasa perih.""Berhenti pura-pura Mona! Aku tahu semua ini rencana busukmu kan? Aku juga sudah tahu bagaimana kau menjebakku dulu, agar aku bisa tidur denganmu!" Bentak Raka dengan suara yang sangat keras. Aku belum pernah melihat ia semarah ini. "Tapi sayang, aku ...""Jangan panggil aku sayang! Jijik aku melihatmu Mona! Mulai hari ini, menjauhlah dari kehidupanku! Gara-gara kebusukanmu, aku harus kehilangan Cassy! Kita putus! Keluar kau dari sini!""Jangan sepert ini Raka. Aku mohon, aku cinta sama kamu sayang. Aku melakukan semua ini, karena rasa cintaku padamu yang terlalu besar. Tolong jangan tinggalkan aku ...." Tangisku pecah. Aku mengiba padanya sekarang. Aku benar-benar tak menyangka ia

  • Cassy   Rencana Mona

    "Sudah puas kau Cassy?" teriakku sambil menitikkan air mata. Semua yang ada di rumah makan itu, langsung menoleh ke meja kami. "Belum Mona, ini tidak seberapa. Rasa sakit hati yang kalian torehkan di hatiku lebih pedih dari tamparan ini.""Kau salah sangka Cassy, ini tidak seperti yang kau duga ... aku ...." Belum selesai ucapanku, tiba-tiba Dimas langsung datang menarik tangan Cassy. "Ayo pulang Cassy, jangan sampai kamu masuk perangkap perempuan berbisa ini!""Kamu jangan fitnah aku ya, dasar perebut pacar orang! Kamu yang sudah merebut Cassy dari Raka kan? Sampai Raka berpaling padaku!""Maksudnya?" Cassy terlihat bingung atas pernyataanku barusan. "Gak ada gunanya meladeni perempuan sinting ini! Ayo Cass ... kita pergi dari sini!""Kasihan sekali Raka ..." Aku menangis histeris seiring dengan langkah kaki Cassy yang diseret Dimas dari rumah makan. Setelah mereka tak nampak, aku langsung duduk d

  • Cassy   Mona

    Aku tak menyangka semudah itu Cassy menuruti permintaanku untuk bertemu dengannya. Aku kira ia akan meradang atau bahkan menghindar dariku, ternyata perkiraanku meleset, gadis itu bahkan terdengar sangat tenang dan langsung menyanggupi untuk bertemu.Di sinilah aku sekarang. Di sebuah rumah makan yang jadi tempat favoritku dulu saat masih sangat dekat dengan Cassy, ia yang memilih tempat ini untuk berjumpa.Sudah sekian lama aku tak datang kemari, karena aku memang tak ingin datang atau melakukan sesuatu yang sering aku lakukan dengan Cassy. Aku sangat membencinya.Seperti sekarang, baru saja duduk di rumah makan ini, memoriku kembali berputar ke masa silam saat aku sering makan di sini bersama Cassy."Mon, kamu mau kan tinggal bareng aku?" tanya Cassy kala itu, ia mengutarakan maksudnya untuk mengajakku tinggal bersama memang di rumah makan ini. Aku baru tersadar hal itu seka

  • Cassy   Komentar

    Rencana awal untuk tinggal dulu di Australia, karena ingin menenangkan diri nyatanya harus berubah. Cassy memutuskan untuk pulang bersama kedua orangtuanya dan menyelesaikan urusannya dengan Raka dan Mona."Kamu yakin Cass?" tanya Tiara saat Cassy mengutakaran rencanya untuk pulang esok hari."Sangat yakin Ra, aku gak bisa begini terus. Mereka sangat keterlaluan. Bukan hanya aku yang diserang, tapi juga Dimas dan Dirga.""Baiklah, aku akan mendukung apapun keputusanmu. Titip Ibu ya Cass, aku harus di sini dulu untuk menunggu semua dokumen dari kampus kita lengkap dan juga aku akan mengajukan pengunduran diriku dari Cafe.""Makasih ya Ra, kamu emang sahabat terbaik aku." Cassy langsung memeluk sahabatnya yang langsung menyambut dengan pelukan hangatnya.***Sesuai dengan rencananya, Cassy pulang bersama mama dan papanya serta ibunda Tiara. Mereka jug

  • Cassy   Artikel

    "Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Tiara pada Dimas saat mereka mulai menjauh dari tempat Cassy dan Dirga. "Bagaimana jika nanti mamaku juga salah paham? Kamu nggak lupa kan, di sini bukan hanya ada kita berempat?" Lanjut Tiara memastikan."Aku tahu, tapi sekarang waktu yang tepat untuk membuat Cassy dekat dengan kak Dirga," jawab Dimas sembari memilih kursi untuk mereka duduk.***Sementara itu, Cassy dan Dirga larut dalam makan malam mereka, ternyata Dirga tak sedingin yang Cassy duga. Bahkan dibalik obrolan santai mereka, terselip ilmu cullinary art yang bisa Cassy pelajari.Dirga adalah pria cerdas dengan ide-ide fresh yang sangat pantas untuk mendapatkan apresiasi. Bahkan kesan dingin yang selama ini tertanam dalam benak Cassy tentang dirinya perlahan memudar hanya karena mendengarkan ia bercerita. Mungkin bukan dingin, tapi berkharisma. Itu adalah definisi sosok seorang Dirga di mata Cassy sekaran

  • Cassy   Wisuda

    "Iya, kamu kenal dengan kakakku?" tanya Dimas penasaran, sejak mengetahui ketertarikan Dirga pada Cassy, ia memang tak pernah tahu sedekat apa mereka berdua."Hanya pertemuan yang tidak disengaja." Cassy menjeda ucapannya untuk menunggu reaksi dari Dimas, walau gadis itu tidak yakin, reaksi seperti apa yang ia inginkan. "Dim, kamu datang kan minggu depan?" ucap Cassy pada akhirnya, saat menyadari tak ada respon apa pun dari Dimas."Minggu depan?" tanya Dimas memastikan, ia sedang sibuk dengan fikirannya sendiri. "Iya, minggu depan kan wisudanya Winda ...""Kamu juga kan?" Dimas bertanya dengan polosnya karena Cassy hanya menyebutkan nama Winda. "Tentu saja, tapi bukankah Winda yang jadi prioritas kamu sekarang?""Bagiku sama saja Cass, kamu dan Winda ... aku usahakan buat datang," pungkas Dimas.***Sudah dua puluh menit sambungan telpon dengan Dimas berakhir, namun Cassy masih belum bisa

  • Cassy   Kesepakatan

    Sudah jam tiga pagi, tapi mata Tiara bahkan tak bisa terpejam walau hanya semenit. Permintaan Dimas yang jadi penyebabnya.Waktu istirahatnya terganggu dengan panggilan telepon pagi tadi. Nomor tak dikenal menghubungi. Dengan santainya Tiara menjawab panggilan yang tak pernah ia duga akan membuatnya dilema seperti saat ini."Apa yang bisa aku bantu?""Terima panggilanku setiap hari mulai saat ini, sebisa mungkin aku akan menghubungimu.""Mengapa aku?""Agar Cassy terbiasa, ini semua untuk kebaikannya Tiara ....""Maksudnya gimana Dim? Ada apa sebenarnya?""Sepertinya kakakku menyukai Cassy, jadi aku akan mulai menjauh darinya. Tapi aku butuh bantuan darimu untuk meyakinkan Cassy, mari berpura-pura kita saling mengagumi.""Mengapa harus aku?""Karena kamu adalah yang paling dekat dengannya sekarang

  • Cassy   Menahan Rasa

    DIRGA PoVSuka? Benarkah itu yang aku rasakan pada gadis itu? Aku belum yakin sepenuhnya. Ada sebuah daya yang mampu membuatku ingin mengenalnya lebih dekat, magnet atau apa pun itu sebutannya, aku tidak tahu. Ya, seabsurd itu perasaanku pada gadis yang belum lama ku kenal, justru disaat ia bersitegang dengan kekasihnya, atau mantan kekasihnya? Entahlah, dalam dua kali perjumpaan aku selalu ada diposisi yang sama. Berada di tengah pertengkaran mereka, aku tidak tahu apakah itu pantas untuk dibanggakan atau tidak."Kak Dirga? Halo?" Bayangan tentangnya kembali menggangguku, bahkan disaat aku sedang dalam sambungan telepon dengan adikku."Gimana Dim? Sorry, tadi ada email masuk dari teman kakak." kilahku dengan suara yang kucoba lebih tenang."Enggak Kak, lupakan saja. Oh iya, ada yang bisa Dimas bantu nggak?" Entah apa yang ia sembunyikan, jelas-jelas aku mendengar pertanyaannya soal perasaanku pa

  • Cassy   Apa kau menyukainya?

    Tak ada yang lebih menyesakkan hati siapapun selain kebohongan yang menyakitkan. Dimas terpaksa melakukannya, meski ia tahu konsekuensi atas perbuatannya adalah rasa sakit itu sendiri.Tepatnya, Dimas tengah menyakiti hatinya yang sudah terpaut pada Cassy setelah sekian lama dan harus melepaskannya dengan harus membuat gadis itu ikut tersakiti. Meski belum terlalu yakin, tapi Dimas merasa bahwa Cassy mulai memiliki rasa untuknya, satu hal yang tentu membahagiakan.Tapi fakta yang tersaji di depan mata, nyatanya mampu memadamkan segalanya. Panggilan suara dari Dirga Aditya semalam adalah alasannya melakukan semua ini."Gimana kabar kamu di sana Dim?" tanya Sang Kakak di seberang sana."Baik kak, kabar kakak dan bapak sama ibu gimana?""Baik juga. Kapan kamu balik?""Rencananya minggu depan kak, masih ada beberapa hal yang belum selesai."

DMCA.com Protection Status