Saat hendak kembali ke mobil, Aku melihat Cassy yang mulai terbangun. Aku sengaja berlindung di sebuah pohon yang cukup besar. Tapi dari posisiku sangat terlihat pergerakan dari Cassay, Aku hanya ingin melindunginya dari jauh.
Gadis itu tampak meregangkan otot dan melihat sekeliling. Lalu ia keluar dari mobil, tanpa alas kaki. Aku hanya bisa tersenyum saat ia tampak menikmati berada di Pantai ini.
Gadis itu telah berjalan hingga sampai ke depan air laut. Lalu ia berteriak. Aku mendengar dengan jelas semua teriakan putus asanya. Aku hanya bisa ikut menangis dari tempatku bersembunyi.
Aku sengaja membiarkannya sendiri, agar ia bisa melampiaskan rasa sakit yang ada. Walau cara ini berhasil, nyatanya sakit yang ku rasa dalam hati tak berkurang tapi malah bertambah.
Setelah agak tenang, Aku keluar dari tempatku dan mengambil air mineral yang kusimpan di bagasi mobil. Aku selalu punya persediaan air dalam kardus yang selalu kuletakkan dalam bagasi.
Cassy yang
CASSY POVWaktu terus berjalan seiring dengan perasaan yang gamang hingga tak terasa telah sampai di ujung senja. Aku masih duduk di pasir putih ini dengan di temani Dimas yang kini mulai membuka nostalgia tentang masa di Sekolah Dasar dulu. Setidaknya cerita itu mampu menghadirkan senyum dalam hati yang sakit.Saat tengah asyik berbincang, hand phone Dimas berdering. Dimas langsung mengambil benda pipih itu dari saku celananya. Setelah pamit sebentar, Dimas pun beranjak dari sampingku untuk menjawab panggilan telepon yang ... entah dari siapa. Aku kembali sendiri di sini.Karena terlalu menikmati sentuhan angin laut yang terasa dingin di kulitku, Aku bahkan tak sadar saat Dimas kembali ke tempatnya, tapi ia tak segera duduk."Cassy, Kita balik yuk ... udah mulai gelap juga kan ... tadi yang nelpon Mama, nanyain kalo Aku ketemu sama Kamu atau enggak. Soalnya Mama Kamu gak bisa hubungin hand phone Kamu ... ""Hape? Mama? Astaga ... Aku lupa Dim, haru
DIMAS POVDi dalam Ruang tamu Cassy, sedang duduk kedua Orangtuanya, dan dua orang yang paling kubenci sekarang. Siapa lagi kalau bukan Raka dan Mona. Para penghianat itu, dengan berani datang ke Rumah Cassy.Pantas saja Cassy hanya berdiri mematung sekarang, Aku mengerti perasaannya. Ditambah lagi semua mata di Ruangan itu kini terarah padanya."Sayang, Kamu udah sampai ya ... Nih ada Mona dan Raka ... Tadi Mereka langsung ke sini loh waktu tahu Kamu pulang .... " ucap Mamanya Cassy sambil tersenyum."Iya Cassy, Aku kangen banget sama Kamu. Tumben Kamu gak ngabarin Aku" ujar Mona sambil tersenyum lebar, Gadis itu bahkan sudah dalam posisi akan berdiri dari tempatnya."Aku juga khawatir sama Kamu Cassy, tadi Mama Kamu nelpon Aku nanyain Kamu. Aku k
Cassy PoVEntah berapa lama tak sadarkan diri, Aku tak tahu. Aku hanya ingat bagaimana bencinya Aku melihat Raka dan Mona. Luka yang kurasakan beberapa saat lalu semakin terasa pedihnya.Aku tak ingat sama sekali peristiwa setelah Aku terjatuh. Tapi yang pasti saat membuka mata, Aku hanya ingin melihat Dimas. Aku tak tahu mengapa. Mungkin karena Dimas yang menemaniku seharian ini. Iya, bisa saja itu alasannya.Mona dan Raka.Mereka berdua masih ada di kamarku, tapi Aku tak bisa menyembunyikan rasa kesalku pada Mereka. Jika bukan karena Mama, Aku sudah menampar keduanya. Darahku seperti mendidih melihat mereka. Tapi, Aku masih memikirkan Mama. Entah bagaimana caraku menjelaskan pada Mama nanti tentang penghianatan ini. Mama sangat dekat dan sayang pada Mona.Beruntung kedua 'Penghianat' itu akhirnya pergi juga dari kamarku. Aku bisa sedikit bernafas lega.Se
Papa Mengantarkan Dimas turun ke bawah, sambil bercerita tentang ... Aku tak tahu. Tapi sepertinya Dimas cukup nyambung dengan Papa, salah satu hal yang tak pernah Aku temui saat bersama Raka.Duh, lagi-lagi bandingin Raka dan Dimas ... Sadar Cassy, Raka itu cocoknya ke laut aja ... gak sebanding lah sama Dimas."Sayang, kok melamun? Lagi mikirin Raka atau Dimas nih?" kelakar Mama sambil mengerlingkan sebelah matanya untuk meledekku."Apa sih Ma?" jawabku Malu atas lelucon Mama barusan."Jadi sebenarnya hubungan Kamu sama Raka gimana? Tadi Mama liat, Kamu lebih peduli sama Dimas daripada Raka? Bukannya pagi ini Kamu mau ngasih kejutan buat Raka? Kok malah jalan bareng Dimas? Mama jadi bingung deh sama Kamu Sayang?""Pelan-pelan Ma ... jangankan Mama, Cassy juga bingung sendiri. Tapi sekarang, Cassy mau istirahat dulu aja. Nanti deh kalo udah tenang, pasti Cassy cerita ke Mama.""Ya udah kalo gitu, Kamu istirahat aja sekarang ya ... semoga gak saki
Hari yang berat telah berlalu, tapi luka itu masih ada. Setidaknya Cassy masih bisa terlelap juga pada akhirnya. Saking lelapnya ia tidur, hari ini bangun kesiangan lagi. Bedanya hari ini ia bangun sendiri, tampaknya sang Mama tak ingin mengganggu tidur Putrinya yang sempat pingsan semalam.Cassy bangun dari tempat tidurnya, ia membuka jendelanya agar udara bisa masuk. Sambil membuka daun jendela, ia menghirup udara yang masuk. Beruntung matahari tak menyengat hari ini. Hanya angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Cassy menutup matanya, seolah angin yang menerpa mampu membawa sesak yang tengah ia rasa. Tapi sayangnya, tak ada perubahan yang terjadi. Tanpa bisa dicegah bulir bening dari matanya mulai mengalir dengan pelan. Penghianatan yang dilakukan Raka dan Mona tergambar dengan jelas dalam ingatannya. Meski kemarin sempat sedikit terlupakan karena ada Dimas di sa
Dari suaranya, Cassy bisa menebak jika saat ini sahabatnya itu tengah panik. Karena mendengar itu, Cassy pun pamit pada Mamanya untuk pergi ke Kamarnya dengan bahasa isyarat. Winda pun mengerti dan menganggukan kepala sebagai jawaban.Cassy pergi ke Kamarnya sambil mendengarkan penjelasan Tiara."Nilai ku Cass ... Mr. Richard belum menginputnya ... Hari ini adalah batas akhir, tepatnya satu jam lagi ....""Kamu udah hubungin Mr. Richard atau Asistennya belum?""Udah Cass, tapi nomernya Mr. Richard gak aktif dan Asistennya juga gak bisa hubungin. Jadi sekarang satu-satunya harapanku tinggal Kamu Cass ...""Gimana Aku bisa bantu Kamu Ra? Aku kan lagi ada di Indo sekarang?" tanya Cassy bingung."Justru itu Cass, Mr. Richard juga lagi ada di sana sekarang. Sedang mengikuti pertemuan penting. Menurut informasi dari Asistennya sih harusnya seb
Cassy tampak sempat berfikir, Saat ia tengah bergulat dengan pikirannya sendiri seseorang menyebut namanya, lebih tepatnya berteriak memanggil Cassy. Gadis itu segera menoleh kepada sang empunya suara yang baru saja keluar dari dalam Restoran. "Cassy ... kok diam aja? Gimana keadaan Kamu? Udah baikan? Ngapain ke sini? Mau ketemu Aku? Udah kangen ya .... " Serentetan pertanyaan keluar dari bibir Pria yang saat ini paling tak ingin Cassy temui. Gadis itu hanya menatap Pria yang kini tengah tersenyum lebar saat menatapnya. Sebaliknya Cassy sangat benci dengan Pria yang sudah menghianatinya itu. "Raka ... Kamu ngapain di sini?" bukannya menjawab pertanyaan Raka, Cassy malah balik bertanya. Yah, walaupun ia sangat membenci Raka, tapi setidaknya ia masih menggunakan akal sehatnya se
"Kamu mau kemana Sayang? Temani Aku dulu dong ....""Aku gak bisa Raka, setelah ini Aku ada urusan penting." jawab Cassy sambil berusaha melepaskan genggaman Raka pada pergelangan tangannya. "Tapi Aku kangen ... atau Kita langsung pergi saja? Biar Aku temani Kamu ...." jawab Raka bersikeras. "Tidak perlu, lagi pula acara di sini juga belum selesai kan? Temui kolega Kamu di dalam." jawab Cassy sambil mengusap pergelangannya yang sudah dilepaskan Raka. "Tidak perlu hawatirkan itu, ada Asistenku di dalam. Oh iya Kau pasti kaget saat tahu siapa asisten baruku ...." "Nanti saja Aku kenalannya. Aku harus pergi sekarang ...." ujar Cassy dengan senyum yang dipaksakan. Gadis itu sudah muak melihat wajah Raka. "Ayolah Sayang Aku ....""Raka ...."Suara seorang wanita yang sangat dikenali Cassy menghentikan gerakan Raka y