Riko Anak genius yang sibuk belajar saat di kelas. Ketika di rumah, Kami banyak menghabiskan waktu dengan bermain play station dan baca komik.
Tapi tak pernah ada masalah dengan itu, Aku belajar tentang materi di Sekolah dari Riko dan Riko tahu tentang Plastation dan komik dari Aku.
Meski berbeda tempat, komunikasi antara Aku dan Riko tak pernah putus. Dari Riko, Aku tahu tentang Cassandra yang akhirnya memiliki seorang Sahabat yang bernama Mona.
💍💍💍💍
Gadis yang kurang beruntung dari segi ekonominya itu, tetap bisa berteman dengan Cassandra. Bahkan Cassy membantu Mona untuk melanjutkan sekolah ke SMP yang sama dengannya, di Sekolah Favorit.
Semua biaya Sekolah ditanggung Orangtua Cassy, bahkan Mona juga diajak tinggal di Rumahnya. Mereka selalu bersama di mana pun dan kapan pun.
Banyak aktifitas mereka yang dipotret Riko secara diam-diam dan dikirimkannya padaku lewat email.
Saat di Sekolah Menengah Pertama, Riko memang sudah sekelas dengan Cassy dan Mona. Hingga lebih mudah baginya untuk memantau Cassy, atas permintaanku tentu saja.
Aku melakukan semua ini, karena khawatir dengan Cassy. Gadis itu terlampau baik, hingga kadang tak sadar sedang dimanfaatkan.
Meski tak lama Kami menghabiskan waktu bersama dan saat itu juga masih terlalu belia, entah mengapa Aku merasa ingin bisa melindunginya bahkan saat jauh sekali pun.
Riko tahu betul soal itu, Pria penggemar Komik Detektif itu _ salah satunya adalah Detektif Conan _ Menikmati perannya saat membantuku, berasa jadi Defektif sungguhan katanya.
Bahkan Pria yang main game online sekarang itu, membeli peralatan Detektif canggih untuk melancarkan misinya.
***
Boleh dibilang Aku tahu semua tentang kehidupan Cassandra di Sekolahnya hingga Dia memutuskan untuk Melanjutkan Study di Australia. Meski sudah bukan sekelas dengan Cassy lagi, Riko bisa memiliki semua info tentang Cassy. Dasar si Detektif itu, sudah Ahli dalam soal lacak-melacak.
Dari Riko juga Aku tahu jika Cassy sudah memiliki Kekasih bernama Raka. Pria itu bukan Pria baik-baik, Aku tahu itu dan berusaha untuk melindungi Cassy.
Karena itu banyak cara telah Aku lakukan untuk menjauhkan Cassy dari Raka. Salah satunya adalah saat Cassy diajak Raka ke Apartemennya, Aku tahu dari Camera CCTV yang di hack oleh Riko.
Aku yang saat itu berkunjung ke Rumah Raka, langsung membuat Pria itu gagal menjalankan rencana buruknya pada Cassy. Dengan cara, berpura-pura jadi Client yang ingin membicarakan soal pembukaan cabang bisnisnya yang baru. Dengan menyamar tentu saja.
Rencana itu berhasil, Raka yang malam itu berencana untuk mengajak Cassy menginap di Apartemennya gagal.
Karena hari itu adalah hari terakhir Cassy di Indonesia. Akhirnya Cassy pergi dan tentu saja soal Client itu juga tidak benar. Aku menggunakan Nomer yang sekali pakai, dan menghilang tanpa jejak. Biarkan saja Dia tertipu. Agar sekaligus jadi pelajaran buatnya.
***
Orangtuaku sudah balik ke Indonesia baru sebulan yang lalu, tapi Aku dan Kak Dirga yang tengah merintis Bisnis baru Kami sudah lama bolak-balik Indonesia - Singapura.
Hanya Riko yang tahu itu, Aku tak mengabari siapa pun termasuk Cassandra. Sebenarnya sewaktu Cassy balik ke Indonesia, Aku masih di Singapura.
Tapi saat Riko menelponku keesokan Paginya, Ia melihat Cassy tengah berbelanja di sebuah Pusat Perbelanjaan terlengkap. Aku langsung mencari penerbangan tercepat ke Indonesia.
Berkat bantuan Riko yang memantau pergerakan Cassy yang pergi ke Apartemen Raka, Aku tahu harus menunggu Cassy di mana.
Aku juga tahu tentang penghianatan Raka dan Mona, semua terekam dalam kamera CCTV yang dipasang Riko di Kamar Raka secara diam-diam dulu. Waktu itu ia menyamar jadi Petugas Kebersihan, agar bisa mengetahui pergerakan Raka.
Aku akan buat perhitungan dengan Mereka berdua nanti. Tentu saja dengan video ditanganku, banyak hal bisa dilakukan.
Tadinya Aku akan pura-pura duduk di situ, tapi tak tahu alasan apa yang harus kubuat untuk berbohong pada Cassy. Akhirnya Aku membuat ide konyol, Aku mengotori bajuku dengan oli yang ada di mesin mobil, seperti habis memperbaiki mobil yang rusak.
Lalu meminta Toni, salah satu Karyawan Riko untuk menjemput mobilku dan mengantarnya kembali.
Ide konyolku ditangkap dengan lebih aneh lagi oleh Cassy yang mengira Aku adalah Pengemis, karena baju kotorku.
Gadis itu bahkan memberikan kotak besarnya di depanku, Aku mencium bau yang enak meski tertutup.
Saat Cassy tahu soal diriku, Gadis itu lupa sejenak akan sakit hatinya. Aku sedikit lega dalam hati, saat melihatnya tertawa. Tak sia-sia diet ketat dan olahraga ekstrim yang kujalani untuk memiliki tubuhku yang sekarang. Semua usaha dan kerja keras itu memang untuk Cassandra.
Ketika Aku menawarkan untuk mengantarnya pulang, tak disangka Gadis itu malah meminta untuk diantarkan ke tempat yang bisa membuatnya tenang. Aku langsung mengajaknya ke Pantai yang indah dan tanpa banyak pengunjung. Karena Aku banyak menghabiskan waktu di pantai itu.
Tak lupa Aku membawa kotak besar itu dan meletakannya di bagasi mobi, Cassy yang tengah bergulat dengan fikiran dan perasaannya sepertinya tak mengetahuinya.
Sepanjang perjalanan Aku mencoba untuk menutupi kesedihannya dengan cerita tentang kehidupanku di Singapura, meski sebenarnya dalam hati Aku tengah berteriak ingin agar ia melihatku saja dan jangan bersedih lagi.
Tapi wajah dan matanya menjawab semua ....
Gadis itu tengah memikirkan banyak hal, Cassy ada di Dunianya sendiri. Saat Aku tengah mencari cara untuk menghiburnya, Cassy malah mengatakan untuk ingin tidur sejenak.
Tentu Aku langsung mengiyakan, karena ada rasa lega tak harus berpura-pura untuk ceria lagi dengan ceritaku yang tak tentu arahnya kemana itu. Aku hanya bercerita tentang hal-hal yang terlintas dalam benakku, tapi Aku tahu fikiran dan hatinya tak di sini.
Saat Cassy memejamkan mata pun, Aku tahu Gadis yang kini tengah terluka hatinya itu tak tidur. Untuk membuatnya terlelap, Aku pun memutar lagu yang selalu berhasil membuatku merasa nyaman.
Semogabisa berhasil juga untuknya, alunan musik yang syahdu dan menenangkan dari band Bond Iver dalam lagu mereka yang berjudul Holocene, selalu berhasil membuatku merasa tenang.
Aku merasa seakan berada di Padang Rumput yang luas dengan pemandangan yang menakjubkan. Sepertinya, Cassy juga bisa menikmatinya. Terbukti belum lama lagu ini dimainkan, Cassy langsung terlelap dalam tidur nyamannya.
Sepanjang jalan handphonnya terus berdering, benda pipih itu berada dalam tas kecil milik Cassy yang ia letakkan di atas dashboard mobilku.
Saat sampai di Pantai, Cassy masih tertidur nyenyak. Aku langsung membuka tas kecilnya dan mengecek handphone miliknya, ternyata Raka yang menelpon.
Aku mematikan handphone Cassandra, biarlah ia tenang dulu. Aku tak ingin Cassy terganggu di sini. Setelah mengembalikan ponselnya di tempat semula. Aku menatap Gadis berwajah oval itu.
Tidurnya tampak pulas, saat terlelap seperti ini tak nampak sama sekali sakit yang ia rasa. Ada kedamaian dalam wajah itu, Aku tersenyum kecil.
"Cassy jika saja Kamu tahu bagaimana perasaanku Padamu ... Aku tak ingin Kamu terluka ... tolong untuk tetap tersenyum ... jika Pria B*engs*k itu mendekatimu bahkan mencoba untuk menyakiti Kamu lagi, Aku tak akan segan untuk membuatnya merasakan sakit yang tak akan pernah ia lupa seumur hidupnya dan menyesal pernah dilahirkan ke Dunia ini. Aku JANJI akan selalu menjagamu seumur hidupku.'
Ucapku pelan sambil memperbaiki rambutnya yang menutupi wajah manisnya dengan gerakan yang sangat pelan, agar ia tak terjaga dari tidur lelapnya.
Aku pun keluar dari dalam mobil, agak menjauh dari posisi mobilku sekarang. Lalu menghubungi Riko.
"Gimana Ko, sudah ada perkembangan dengan rencana Kita?"
"Beres Dim, Raka akan gigit jari nanti. Aku sudah atur semuanya."
"Bagus, dan untuk Mona?"
"Semoga Gadis itu bisa lebih menghargai persahabatan nanti. Tapi ... apakah Cassy akan baik-baik saja? Maksudku ... Kamu tahu sendiri bagaimana Gadis itu? Meski pun ia sudah disakiti, Aku khawatir Cassy masih tak tega jika melihat Sahabatnya hancur."
"Aku mengerti maksud Kamu Ko, tapi Aku yakin kali ini akan berbeda. Jangan sampai Cassy tahu rencana Kita ini, lagi pula sebentar lagi Cassy balik ke Aussie. Jadi, sebaiknya Kita melaksanakan rencana saat ia kembali saja."
"Kalo itu Aku setuju Dim, yang jadi pertanyaanku sekarang adalah kenapa Cassy tak melabrak mereka? Ya ... minimal memberikan bogem mentah untuk dua manusia yang m*nj*ji*an itu. Kamu tahu kan maksudku?"
"Tentu saja Aku tahu Ko ... Aku pun masih bingung dengan sikap Cassy yang memilih pergi dari Apartemen Raka, tanpa memberitahu kehadirannya di sana. Entah apa yang ada di benak Gadis itu."
"Apakah sekarang Kalian masih bersama?"
"Iya, tepatnya Kami ada di Pantai yang sering Aku kunjungi. Tapi Gadis itu malah tertidur pulas sekarang ... " jawabku sambil melihat ke arah Cassy yang masih tertidur di dalam mobil.
"Baiklah, semoga semua berjalan dengan lancar. Nanti Kita bahas rencana selanjutnya setelah Cassy balik ...."
"Okay .... " sambungan telepon terputus.
Aku mengehela nafas berat, semoga semua bisa berjalan dengan lancar.
Saat hendak kembali ke mobil, Aku melihat Cassy yang mulai terbangun. Aku sengaja berlindung di sebuah pohon yang cukup besar. Tapi dari posisiku sangat terlihat pergerakan dari Cassay, Aku hanya ingin melindunginya dari jauh.Gadis itu tampak meregangkan otot dan melihat sekeliling. Lalu ia keluar dari mobil, tanpa alas kaki. Aku hanya bisa tersenyum saat ia tampak menikmati berada di Pantai ini.Gadis itu telah berjalan hingga sampai ke depan air laut. Lalu ia berteriak. Aku mendengar dengan jelas semua teriakan putus asanya. Aku hanya bisa ikut menangis dari tempatku bersembunyi.Aku sengaja membiarkannya sendiri, agar ia bisa melampiaskan rasa sakit yang ada. Walau cara ini berhasil, nyatanya sakit yang ku rasa dalam hati tak berkurang tapi malah bertambah.Setelah agak tenang, Aku keluar dari tempatku dan mengambil air mineral yang kusimpan di bagasi mobil. Aku selalu punya persediaan air dalam kardus yang selalu kuletakkan dalam bagasi.Cassy yang
CASSY POVWaktu terus berjalan seiring dengan perasaan yang gamang hingga tak terasa telah sampai di ujung senja. Aku masih duduk di pasir putih ini dengan di temani Dimas yang kini mulai membuka nostalgia tentang masa di Sekolah Dasar dulu. Setidaknya cerita itu mampu menghadirkan senyum dalam hati yang sakit.Saat tengah asyik berbincang, hand phone Dimas berdering. Dimas langsung mengambil benda pipih itu dari saku celananya. Setelah pamit sebentar, Dimas pun beranjak dari sampingku untuk menjawab panggilan telepon yang ... entah dari siapa. Aku kembali sendiri di sini.Karena terlalu menikmati sentuhan angin laut yang terasa dingin di kulitku, Aku bahkan tak sadar saat Dimas kembali ke tempatnya, tapi ia tak segera duduk."Cassy, Kita balik yuk ... udah mulai gelap juga kan ... tadi yang nelpon Mama, nanyain kalo Aku ketemu sama Kamu atau enggak. Soalnya Mama Kamu gak bisa hubungin hand phone Kamu ... ""Hape? Mama? Astaga ... Aku lupa Dim, haru
DIMAS POVDi dalam Ruang tamu Cassy, sedang duduk kedua Orangtuanya, dan dua orang yang paling kubenci sekarang. Siapa lagi kalau bukan Raka dan Mona. Para penghianat itu, dengan berani datang ke Rumah Cassy.Pantas saja Cassy hanya berdiri mematung sekarang, Aku mengerti perasaannya. Ditambah lagi semua mata di Ruangan itu kini terarah padanya."Sayang, Kamu udah sampai ya ... Nih ada Mona dan Raka ... Tadi Mereka langsung ke sini loh waktu tahu Kamu pulang .... " ucap Mamanya Cassy sambil tersenyum."Iya Cassy, Aku kangen banget sama Kamu. Tumben Kamu gak ngabarin Aku" ujar Mona sambil tersenyum lebar, Gadis itu bahkan sudah dalam posisi akan berdiri dari tempatnya."Aku juga khawatir sama Kamu Cassy, tadi Mama Kamu nelpon Aku nanyain Kamu. Aku k
Cassy PoVEntah berapa lama tak sadarkan diri, Aku tak tahu. Aku hanya ingat bagaimana bencinya Aku melihat Raka dan Mona. Luka yang kurasakan beberapa saat lalu semakin terasa pedihnya.Aku tak ingat sama sekali peristiwa setelah Aku terjatuh. Tapi yang pasti saat membuka mata, Aku hanya ingin melihat Dimas. Aku tak tahu mengapa. Mungkin karena Dimas yang menemaniku seharian ini. Iya, bisa saja itu alasannya.Mona dan Raka.Mereka berdua masih ada di kamarku, tapi Aku tak bisa menyembunyikan rasa kesalku pada Mereka. Jika bukan karena Mama, Aku sudah menampar keduanya. Darahku seperti mendidih melihat mereka. Tapi, Aku masih memikirkan Mama. Entah bagaimana caraku menjelaskan pada Mama nanti tentang penghianatan ini. Mama sangat dekat dan sayang pada Mona.Beruntung kedua 'Penghianat' itu akhirnya pergi juga dari kamarku. Aku bisa sedikit bernafas lega.Se
Papa Mengantarkan Dimas turun ke bawah, sambil bercerita tentang ... Aku tak tahu. Tapi sepertinya Dimas cukup nyambung dengan Papa, salah satu hal yang tak pernah Aku temui saat bersama Raka.Duh, lagi-lagi bandingin Raka dan Dimas ... Sadar Cassy, Raka itu cocoknya ke laut aja ... gak sebanding lah sama Dimas."Sayang, kok melamun? Lagi mikirin Raka atau Dimas nih?" kelakar Mama sambil mengerlingkan sebelah matanya untuk meledekku."Apa sih Ma?" jawabku Malu atas lelucon Mama barusan."Jadi sebenarnya hubungan Kamu sama Raka gimana? Tadi Mama liat, Kamu lebih peduli sama Dimas daripada Raka? Bukannya pagi ini Kamu mau ngasih kejutan buat Raka? Kok malah jalan bareng Dimas? Mama jadi bingung deh sama Kamu Sayang?""Pelan-pelan Ma ... jangankan Mama, Cassy juga bingung sendiri. Tapi sekarang, Cassy mau istirahat dulu aja. Nanti deh kalo udah tenang, pasti Cassy cerita ke Mama.""Ya udah kalo gitu, Kamu istirahat aja sekarang ya ... semoga gak saki
Hari yang berat telah berlalu, tapi luka itu masih ada. Setidaknya Cassy masih bisa terlelap juga pada akhirnya. Saking lelapnya ia tidur, hari ini bangun kesiangan lagi. Bedanya hari ini ia bangun sendiri, tampaknya sang Mama tak ingin mengganggu tidur Putrinya yang sempat pingsan semalam.Cassy bangun dari tempat tidurnya, ia membuka jendelanya agar udara bisa masuk. Sambil membuka daun jendela, ia menghirup udara yang masuk. Beruntung matahari tak menyengat hari ini. Hanya angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Cassy menutup matanya, seolah angin yang menerpa mampu membawa sesak yang tengah ia rasa. Tapi sayangnya, tak ada perubahan yang terjadi. Tanpa bisa dicegah bulir bening dari matanya mulai mengalir dengan pelan. Penghianatan yang dilakukan Raka dan Mona tergambar dengan jelas dalam ingatannya. Meski kemarin sempat sedikit terlupakan karena ada Dimas di sa
Dari suaranya, Cassy bisa menebak jika saat ini sahabatnya itu tengah panik. Karena mendengar itu, Cassy pun pamit pada Mamanya untuk pergi ke Kamarnya dengan bahasa isyarat. Winda pun mengerti dan menganggukan kepala sebagai jawaban.Cassy pergi ke Kamarnya sambil mendengarkan penjelasan Tiara."Nilai ku Cass ... Mr. Richard belum menginputnya ... Hari ini adalah batas akhir, tepatnya satu jam lagi ....""Kamu udah hubungin Mr. Richard atau Asistennya belum?""Udah Cass, tapi nomernya Mr. Richard gak aktif dan Asistennya juga gak bisa hubungin. Jadi sekarang satu-satunya harapanku tinggal Kamu Cass ...""Gimana Aku bisa bantu Kamu Ra? Aku kan lagi ada di Indo sekarang?" tanya Cassy bingung."Justru itu Cass, Mr. Richard juga lagi ada di sana sekarang. Sedang mengikuti pertemuan penting. Menurut informasi dari Asistennya sih harusnya seb
Cassy tampak sempat berfikir, Saat ia tengah bergulat dengan pikirannya sendiri seseorang menyebut namanya, lebih tepatnya berteriak memanggil Cassy. Gadis itu segera menoleh kepada sang empunya suara yang baru saja keluar dari dalam Restoran. "Cassy ... kok diam aja? Gimana keadaan Kamu? Udah baikan? Ngapain ke sini? Mau ketemu Aku? Udah kangen ya .... " Serentetan pertanyaan keluar dari bibir Pria yang saat ini paling tak ingin Cassy temui. Gadis itu hanya menatap Pria yang kini tengah tersenyum lebar saat menatapnya. Sebaliknya Cassy sangat benci dengan Pria yang sudah menghianatinya itu. "Raka ... Kamu ngapain di sini?" bukannya menjawab pertanyaan Raka, Cassy malah balik bertanya. Yah, walaupun ia sangat membenci Raka, tapi setidaknya ia masih menggunakan akal sehatnya se