Calon Iparku Adalah Ayah Anakku

Calon Iparku Adalah Ayah Anakku

last updateLast Updated : 2023-10-26
By:  Rayi kri  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
51Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Berniat menjadi aktris, Raya justru harus mengalami pelecehan seksual. Kehormatannya dirobek dan dicabik tanpa ampun. Demi secuil harga diri yang tersisa, Raya mengorbankan segalanya dan pergi menjauh. Sayangnya Raya masih harus menerima fakta bahwa dia mengandung benih orang yang menyakitinya. Hingga seorang pria datang memberinya cinta dan kehangatan. Raya pikir hidup mereka akan indah. Namun, pada akhirnya pria yang melecehkannya juga kembali hadir dan menyatakan ketertarikannya pada Raya. Seketika, Raya merasakan hidupnya seperti jatuh ke neraka lagi. Seolah rasa sakitnya tidak cukup. Fakta pria yang dicintainya adalah keluarga pria yang melecehkannya membuat Raya frustrasi. Raya hanya bisa bertanya-tanya, kapan bahagia akan datang dan bertahan dihidupnya?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1: Hancur

“Kau mengatakan untuk bersikap sopan? Betapa lucunya!” Gin dengan ceria mengangkat dagu Raya menggunakan ujung jarinya. Gadis ini baru ditandatangani oleh perusahaan hiburan kelas dua yang biasa memberi Gin semacam 'upeti' demi mendapatkan keuntungan. Terlihat kecil, murni, polos dan rapuh. Sangat cantik dan menarik. Inilah mengapa Gin menyukai calon bintang ataupun bintang kecil. Mereka kebanyakan masih murni dan menyegarkan. Sangat enak dilihat. Raya cepat-cepat mundur. Menjauh dari sentuhan Gin yang membuat nalurinya diserbu oleh rasa takut. Dia ingin berlari, cepat pergi menjauh dari tempat ini. “Tolong jangan sentuh aku.” Bisik Raya. Gugup, kesal dan sedikit gemetar. “Aku sudah membelimu. Bagaimana mungkin aku tidak menyentuhmu?” gumam Gin penuh godaan. Raya ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Tubuhnya gemetaran. Bagaimanapun dia mengepalkan tangannya ingin meredakan getaran tubuhnya, itu tak berhasil. Raya takut. Sangat takut dengan apa yang dideng

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
51 Chapters

Bab 1: Hancur

“Kau mengatakan untuk bersikap sopan? Betapa lucunya!” Gin dengan ceria mengangkat dagu Raya menggunakan ujung jarinya. Gadis ini baru ditandatangani oleh perusahaan hiburan kelas dua yang biasa memberi Gin semacam 'upeti' demi mendapatkan keuntungan. Terlihat kecil, murni, polos dan rapuh. Sangat cantik dan menarik. Inilah mengapa Gin menyukai calon bintang ataupun bintang kecil. Mereka kebanyakan masih murni dan menyegarkan. Sangat enak dilihat. Raya cepat-cepat mundur. Menjauh dari sentuhan Gin yang membuat nalurinya diserbu oleh rasa takut. Dia ingin berlari, cepat pergi menjauh dari tempat ini. “Tolong jangan sentuh aku.” Bisik Raya. Gugup, kesal dan sedikit gemetar. “Aku sudah membelimu. Bagaimana mungkin aku tidak menyentuhmu?” gumam Gin penuh godaan. Raya ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Tubuhnya gemetaran. Bagaimanapun dia mengepalkan tangannya ingin meredakan getaran tubuhnya, itu tak berhasil. Raya takut. Sangat takut dengan apa yang dideng
Read more

Bab 2: Memutuskan Kontrak

Raya mengingat kejadian tragis yang baru saja menimpanya. Seketika rasa sesak menyeruak didadanya. Membuatnya nyaris tidak bisa bernafas.Diiringi rasa sakit seolah tubuhnya remuk, Raya terduduk dan menangis histeris. Dia menjambak rambutnya, meratap kesakitan.“Ibu... aku sakit... Ibu... Tolong...” Ratap Raya pilu.Dia tak ingin mengeluh pada ibunya yang sudah meninggal dan membuat roh ibunya mungkin khawatir, tapi dia tidak tahu lagi bagaimana melampiaskan rasa sakitnya.“Ibu... Aku takut... Aku sakit.... Ibu... Aku ingin bertemu denganmu...” Ratapan Raya berubah menjadi rintihan yang menyayat hati.Tak lama kemudian rintihannya kembali berubah menjadi tangisan histeris. Raya menjerit, menjambak rambutnya, memukuli dadanya yang sesak, mencakar dan mengacak-acak hal-hal yang bisa dia jangkau demi melampiaskan rasa frustasinya. Dia merasa akan menjadi gila karena rasa marah, takut, benci dan semua emosi negatif melebur menjadi satu tanpa tempat untuk melampiaskan.Dia kesal pada kebod
Read more

Bab 3: Pindah

“Bagaimana itu bisa menjadi sepuluh kali lipat?! Aku membacanya dan itu adalah tiga kali lipat!” marah Raya.“Yang kau baca tiga kali lipat, tapi yang kau tanda tangani adalah sepuluh kali lipat. Kau juga bisa memilih tidak membayar dan tetap bekerja disini.” Goda Beni. Beni akan untung bahkan jika Raya pergi. Namun jika Raya tinggal, itu adalah keuntungan yang lebih besar. Jadi tentu saja dia berharap Raya tetap tinggal.Mendengar ucapan santai Beni, Raya tercengang. Dia ingat saat itu memang tak langsung menandatanganinya ketika selesai membaca karena berbicara dengan Soni. Lalu saat dia menandatanganinya, tentu saja dia tidak memeriksa berkas itu lagi.Dengan jantung kesakitan seperti diremas, Raya melihat jumlah ganti rugi yang memang sepuluh kali lipat. Wajah Raya pucat pasi. Seperti bisa pingsan kapan saja.“Kalian menipuku!” Raya menggelengkan kepala tak percaya. Matanya mulai buram karna air mata yang menggenang.“Tidak ada yang menipumu. Kau hanya kurang teliti.” Beni terkek
Read more

Bab 4: Hamil

“Raya, siapkan pesanan buket ini. Akan diambil jam dua siang nanti.” Nila, teman kerja Raya meletakkan kartu pesanan di meja.Raya yang sedang membuat buket bunga untuk pelanggan yang menunggu di hadapannya melirik jam tangannya, masih ada waktu empat jam. Kemudian menoleh ke arah Nila, “oke.”Toko bunga ini memiliki konsep rumah kaca. Jadi ketika masuk, pelanggan bisa memilih duduk di lounge saat mendiskusikan buket yang diinginkannya, atau bisa juga bicara sambil berjalan dirumah kaca dimana bunga hidup dalam perawatan yang teliti.Ada banyak karyawan disini. Dari yang bertugas merawat bunga, merangkai bunga, menerima pesanan sampai mengantar bunga.Raya adalah satu dari tiga orang yang bertugas merangkai bunga. Setelah mengantar pelanggan yang sudah mendapatkan buket bunganya pergi, Raya kembali masuk. Dia membaca kartu pesanan dan bersiap merangkai bunga selanjutnya.“Raya, apa yang kau makan akhir-akhir ini?” tanya Hani, teman kerjanya yang sedang merangkai bunga pesanan lain.
Read more

Bab 5: Sebuah Janji

“Katakan.” Nada bicara Kal tidak panas atau dingin. Dia mendengarkan sambil tetap menatap naskahnya. Seolah-olah yang mendapatkan masalah bukanlah kakaknya, melainkan orang asing yang lewat.Yah, masalahnya adalah kakaknya terlalu sering memiliki masalah. Kal sudah terlalu terbiasa.“Kau tahu dia memiliki kebiasaan meniduri bintang kecil atau calon bintang kan? Nah kali ini calon bintang yang nyaris diperkosanya tenyata putri Grup Sendayu. Jadi orang tuanya bersikeras menjebloskan Gin ke penjara.”Kal terdiam sejenak sebelum bertanya. “Bagaimana dengan Ayah?”“Meskipun sangat marah pada Gin, tuan tidak bisa kehilangan wajahnya dengan memiliki anak kriminal. Jadi tentu saja tuan melawan.”“Kalau begitu biarkan saja ayah membela Gin sesukanya. Selama hal-hal tidak menjadi terlalu besar dan mempengaruhi perusahaan,” ucap Kal.“Oke.”Mereka berbicara tentang beberapa hal lainnya sebelum Kal memutuskan sambungan dan beranjak dari duduknya saat sutradara memanggilnya. Saat ini adalah gilira
Read more

Bab 6: Papa!

Lima tahun kemudian...“Semua orang sudah berkumpul?” Sutradara itu memperhatikan sekeliling dan mengangguk puas saat tidak ada yang kurang. “Kalian melihat keranjang ubi didepan? Nah, tugas setiap tim adalah membawa ubi itu ke pasar dan melakukan barter. Apapun yang kalian dapat dari barter itu akan menjadi bahan makan malam kalian. Jadi lakukan yang terbaik!”Setelah Sutradara menyelesaikan ucapannya, Rivano segera mengangkat tangannya.“Yak, apa yang ingin ditanyakan aktor muda menjanjikan kita ini?” Sutradara berucap dengan nada bercanda.“Bisakah kita barter dengan uang?” tanya Rivano dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.“Apa itu masih disebut barter? Lewati pertanyaan tidak masuk akal ini. Yang lain bagaimana?” Sutradara melambaikan tangannya.“Oh, sepertinya kita akan sengsara disini. Sutradara Danang sangat kejam.” Keluh Rivano.“Kau yang sengsara. Kami sangat patuh pada sutradara, jadi tidak akan sengsara.” Sahut Dena, seorang anggota grup idol populer yang debut hampir du
Read more

Bab 7: Sangat Pintar dan Manis

Ketika Raya berbalik, dia melihat Noval berlari. “Nono!” Panggilnya sembari bergegas mengikuti putranya itu. Sementara itu, Noval sudah memegang kaki Kal yang saat ini menatap kebawah agak tak berdaya. “Jadi, kau kabur dari ibumu lagi?” tanya Kal dengan nada geli yang langka. Dia meletakkan bungkusan ayam ke keranjang ubi yang dibawa Rivano dan mengangkat Noval. Menggendongnya. Kali ini tanpa keraguan. “Si kecil ini memanggilmu papa lagi. Kak, kau benar-benar mencurigakan.” Rivano tertawa. Sebelum Kal membalas ucapan Rivano, suara Raya terdengar lebih dulu. “Maaf. Aku sungguh-sungguh meminta maaf sudah mengganggu rekamanmu.” Raya tergopoh-gopoh meminta maaf dan mengulurkan tangannya untuk mengambil alih putranya. “Tidak apa-apa. Dia tidak mengganggu.” Kal berniat membiarkan Raya mengambil Noval. Namun si kecil ini memeluk lehernya, membuat posisi mereka menjadi canggung. “Nono, ayo sama bubu.” Bujuk raya setengah memelototi putranya yang tidak sopan ini. “Papa...” bisik Nova
Read more

Bab 8: Bertemu Lagi

“Hei, apakah kru tv itu sudah datang?” tanya Raya pada Hani keesokan harinya ketika mereka duduk di lounge.Lima tahun berlalu sejak dia pindah ke kota ini dan mendapatkan pekerjaan ini. Beberapa karyawan datang dan pergi. Hingga pada akhirnya tersisa Raya, Hani dan Adnan sebagai karyawan senior.“Harusnya tidak lama lagi.”“Sebenarnya acara tv macam apa yang akan datang ke toko? Bos bermain misterius denganku.” Raya setengah berbisik berusaha mengorek informasi dari Hani.Wanita yang sudah menikah dua tahun lalu ini lebih senior darinya. Tentu saja bos menaruh lebih banyak kepercayaan padanya dibanding yang lain.Hani tertawa menatap ekspresi penasaran Raya.“Apa? Memangnya selebriti mana yang kau harapkan datang?” goda Hani.“Aktor besar. Yang debutan diatas lima tahun. Jika semua yang datang selebriti baru dan aku tidak mengenal mereka, betapa tidak menariknya itu.”Awalnya dia hanya antusias menantikan melihat proses syuting di toko. Namun setelah bertemu Kal kemarin, dia berharap
Read more

Bab 9: Tidak Mirip

“Pertama-tama, kalian bisa membersihkan daun dibagian bawah batang dan durinya.” Raya memberi arahan. Rivano memulai dengan bersemangat. Dia bahkan melukai tangannya beberapa kali karena duri mawar. “Tidak perlu buru-buru. Berhati-hati saja.” Raya mengingatkan. Dia agak mengernyit melihat cara Rivano bekerja yang mengkhawatirkan. Disaat yang sama, Kal bekerja dengan tenang namun mantap. Kecepatannya tidak lebih rendah dibanding Rivano, namun gerakannya terlihat lebih terstruktur. “Apakah kau bekerja disini hingga sore?” tanya Kal selagi tangannya sibuk. Rivano menoleh terkejut mendengar pertanyaan Kal pada Raya, akibatnya dia kembali tertusuk duri yang membuatnya mendesis kesal. “Apakah kau baik-baik saja?” tanya Raya khawatir. “Aku baik-baik saja. Sungguh.” Jawab Rivano cepat. Pikirannya saat ini justru berkeliaran ngeri saat membayangkan Kal tertarik pada istri orang yang bahkan baru ditemuinya dua kali! Rivano menatap Raya dan berpikir lagi, meskipun istri orang ini cantik,
Read more

Bab 10: Dimana Papanya?

“Aku pulang dulu ya.” Raya berpamitan kepada Hani setelah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya hari ini.“Ya. Hati-hati dijalan, dan selamat bersenang-senang dengan Nono. Sampaikan padanya jika aku merindukannya.” Hani melambai pada Raya.“Akan ku sampaikan.”Raya bergegas pulang. Hari ini dia akan membawa Noval ke pasar malam. Setelah diingat lagi, sudah hampir dua bulan sejak dirinya mengajak Noval bermain.“Bubu pulang,” Seru Raya saat membuka pintu.“Bubu! Bubu! Bubu....” Teriakan panjang bersemangat terdengar bersamaan langkah kaki berlarian dari dalam.Noval menghambur memeluk kaki Raya. Dengan sayang Raya membelai kepalanya, “apa yang dilakukan bayi Bubu hari ini?”“Teratatay etay.” Sahut Noval.Raya tertawa. Dia memberikan sebungkus permen jely pada putranya itu sebelum menatap Yasnuar yang bersiap pulang.“Besok aku libur kerja. Kamu tidak perlu datang,” ucapnya.Yasnuar mengangguk. Kemudian berpamitan.Raya memandikan Noval setelah putranya itu selesai dengan permen jelynya.
Read more
DMCA.com Protection Status