Lima tahun kemudian...“Semua orang sudah berkumpul?” Sutradara itu memperhatikan sekeliling dan mengangguk puas saat tidak ada yang kurang. “Kalian melihat keranjang ubi didepan? Nah, tugas setiap tim adalah membawa ubi itu ke pasar dan melakukan barter. Apapun yang kalian dapat dari barter itu akan menjadi bahan makan malam kalian. Jadi lakukan yang terbaik!”Setelah Sutradara menyelesaikan ucapannya, Rivano segera mengangkat tangannya.“Yak, apa yang ingin ditanyakan aktor muda menjanjikan kita ini?” Sutradara berucap dengan nada bercanda.“Bisakah kita barter dengan uang?” tanya Rivano dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.“Apa itu masih disebut barter? Lewati pertanyaan tidak masuk akal ini. Yang lain bagaimana?” Sutradara melambaikan tangannya.“Oh, sepertinya kita akan sengsara disini. Sutradara Danang sangat kejam.” Keluh Rivano.“Kau yang sengsara. Kami sangat patuh pada sutradara, jadi tidak akan sengsara.” Sahut Dena, seorang anggota grup idol populer yang debut hampir du
Ketika Raya berbalik, dia melihat Noval berlari. “Nono!” Panggilnya sembari bergegas mengikuti putranya itu. Sementara itu, Noval sudah memegang kaki Kal yang saat ini menatap kebawah agak tak berdaya. “Jadi, kau kabur dari ibumu lagi?” tanya Kal dengan nada geli yang langka. Dia meletakkan bungkusan ayam ke keranjang ubi yang dibawa Rivano dan mengangkat Noval. Menggendongnya. Kali ini tanpa keraguan. “Si kecil ini memanggilmu papa lagi. Kak, kau benar-benar mencurigakan.” Rivano tertawa. Sebelum Kal membalas ucapan Rivano, suara Raya terdengar lebih dulu. “Maaf. Aku sungguh-sungguh meminta maaf sudah mengganggu rekamanmu.” Raya tergopoh-gopoh meminta maaf dan mengulurkan tangannya untuk mengambil alih putranya. “Tidak apa-apa. Dia tidak mengganggu.” Kal berniat membiarkan Raya mengambil Noval. Namun si kecil ini memeluk lehernya, membuat posisi mereka menjadi canggung. “Nono, ayo sama bubu.” Bujuk raya setengah memelototi putranya yang tidak sopan ini. “Papa...” bisik Nova
“Hei, apakah kru tv itu sudah datang?” tanya Raya pada Hani keesokan harinya ketika mereka duduk di lounge.Lima tahun berlalu sejak dia pindah ke kota ini dan mendapatkan pekerjaan ini. Beberapa karyawan datang dan pergi. Hingga pada akhirnya tersisa Raya, Hani dan Adnan sebagai karyawan senior.“Harusnya tidak lama lagi.”“Sebenarnya acara tv macam apa yang akan datang ke toko? Bos bermain misterius denganku.” Raya setengah berbisik berusaha mengorek informasi dari Hani.Wanita yang sudah menikah dua tahun lalu ini lebih senior darinya. Tentu saja bos menaruh lebih banyak kepercayaan padanya dibanding yang lain.Hani tertawa menatap ekspresi penasaran Raya.“Apa? Memangnya selebriti mana yang kau harapkan datang?” goda Hani.“Aktor besar. Yang debutan diatas lima tahun. Jika semua yang datang selebriti baru dan aku tidak mengenal mereka, betapa tidak menariknya itu.”Awalnya dia hanya antusias menantikan melihat proses syuting di toko. Namun setelah bertemu Kal kemarin, dia berharap
“Pertama-tama, kalian bisa membersihkan daun dibagian bawah batang dan durinya.” Raya memberi arahan. Rivano memulai dengan bersemangat. Dia bahkan melukai tangannya beberapa kali karena duri mawar. “Tidak perlu buru-buru. Berhati-hati saja.” Raya mengingatkan. Dia agak mengernyit melihat cara Rivano bekerja yang mengkhawatirkan. Disaat yang sama, Kal bekerja dengan tenang namun mantap. Kecepatannya tidak lebih rendah dibanding Rivano, namun gerakannya terlihat lebih terstruktur. “Apakah kau bekerja disini hingga sore?” tanya Kal selagi tangannya sibuk. Rivano menoleh terkejut mendengar pertanyaan Kal pada Raya, akibatnya dia kembali tertusuk duri yang membuatnya mendesis kesal. “Apakah kau baik-baik saja?” tanya Raya khawatir. “Aku baik-baik saja. Sungguh.” Jawab Rivano cepat. Pikirannya saat ini justru berkeliaran ngeri saat membayangkan Kal tertarik pada istri orang yang bahkan baru ditemuinya dua kali! Rivano menatap Raya dan berpikir lagi, meskipun istri orang ini cantik,
“Aku pulang dulu ya.” Raya berpamitan kepada Hani setelah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya hari ini.“Ya. Hati-hati dijalan, dan selamat bersenang-senang dengan Nono. Sampaikan padanya jika aku merindukannya.” Hani melambai pada Raya.“Akan ku sampaikan.”Raya bergegas pulang. Hari ini dia akan membawa Noval ke pasar malam. Setelah diingat lagi, sudah hampir dua bulan sejak dirinya mengajak Noval bermain.“Bubu pulang,” Seru Raya saat membuka pintu.“Bubu! Bubu! Bubu....” Teriakan panjang bersemangat terdengar bersamaan langkah kaki berlarian dari dalam.Noval menghambur memeluk kaki Raya. Dengan sayang Raya membelai kepalanya, “apa yang dilakukan bayi Bubu hari ini?”“Teratatay etay.” Sahut Noval.Raya tertawa. Dia memberikan sebungkus permen jely pada putranya itu sebelum menatap Yasnuar yang bersiap pulang.“Besok aku libur kerja. Kamu tidak perlu datang,” ucapnya.Yasnuar mengangguk. Kemudian berpamitan.Raya memandikan Noval setelah putranya itu selesai dengan permen jelynya.
“Apa saja yang sudah Nono makan?” tanya Kal. Agak canggung. Karena dia hampir tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil.“Ha?” Noval memasang ekspresi bertanya menatap Kal penasaran.Raya segera mendekat, memegang tangan Noval dan mengulangi, “tadi Nono sudah makan apa saja?”“Janjan.” Sahut Noval.“Dia sudah makan jajan.” Raya mengulangi untuk Kal.“Oke. Jadi apa yang akan kalian lakukan sekarang?” tanya Kal. Dia memilih berbicara dengan Raya yang lebih mudah dimengerti olehnya. Dia pikir lain kali akan mencari informasi cara berbicara dengan anak kecil agar lebih mudah mengerti apa yang dikatakan Noval.“Tidak ada. Kami hanya akan menunggu drama cahaya dimulai. Itu tidak akan lama lagi.” Kal mengangguk. Kerumunan disekitar mereka sudah cukup banyak. Untungnya tidak terlalu padat sehingga banyak ruang antara satu orang dan lainnya.Yah, bagaimanapun ini kan ada setiap malam. Jadi tidak akan mengundang antusias yang berlebihan.“Apakah tidak masalah kau disini? Mungkin Rivano dan
Pada jam tiga pagi, tidak banyak netizen yang masih membuka mata. Namun bukan berarti tidak ada. Terlebih setelah kehebohan tentang seorang aktor besar seperti Kal El. Pembahasan dipindahkan dari arus utama ke forum-forum kecil. Menghindari postingan menghilang tiba-tiba. [Aku sudah menscreenshoot postingan itu sebelum hilang. Aku pikir aku telah menemukan dimana foto itu diambil. Ini adalah pasar malam kota F (foto) (foto)] Foto pertama yang dilampirkan adalah foto yang membuat jaringan ribut. Sementara foto kedua adalah pemadangan pasar malam kota F. Terlihat bahwa suasana sekitar sangat mirip. [Apakah ini berarti wanita dan anak itu berada di kota F? Apakah ini nyata? (Patah hati)] [Yang tinggal dikota F temukan wanita dan anak itu. Konfirmasi langsung apakah mereka kekasih dan anak Kal El yang nyata atau bukan?!] [Bahkan jika nyata, itu adalah hak Kal El untuk memilikinya. Penggemar diatasku, tolong lebih masuk akal] [Aku merasa mengenali wanita dan anak itu. Dia adalah tet
Hari ini Raya tidak bekerja, tapi rutinitasnya masih sama dengan biasanya. Mengantar Noval ke sekolah. Itu karena hari liburnya bukan saat akhir minggu. “Nanti bibi Nuar tidak akan menjemput Nono ya. Tapi bubu yang akan menjemput Nono. Nono dengar?” ucap Raya sembari memakaikan sepatu putranya.“Hmm hmm.” Noval mengangguk dua kali.“Dengar?” goda Raya sembari menangkup kedua pipi Noval.“Iya,” Sahut Noval penuh penekanan yang membuat Raya tertawa lucu.Setelah selesai berurusan dengan sepatu, Raya menggandeng putranya keluar pintu.Baru saja dua langkah, mereka dihadang oleh beberapa orang gadis.Raya tersenyum sopan, berniat melewati mereka bersama putranya. Dia pikir, mungkin ini segerombolan gadis yang membolos dan berniat main ke tempat temannya.Tapi saat dia akan lewat, salah seorang yang paling depan mendorongnya hingga termundur.Bahkan Noval jatuh terduduk. Dengan cepat Raya membantu putranya bangun dan menghiburnya agar tidak menangis. Disaat bersamaan dia mendengar salah
Suara lembut Kal yang membacakan dongeng untuk Noval menjadi lebih pelan. Kemudian, saat pria itu melirik si kecil yang meringkuk dipelukan Raya dengan mata terpejam dan nafas teratur, dia berhenti membaca.“Dia tertidur.” Gumam Kal lembut. Pria itu menundukkan kepalanya dan mencium puncak kepala Noval.“Ya. Karena kau pintar membacakan cerita dengan berbagai suara dan emosi.” Puji Raya sambil menggaruk lembut rambut Noval.Setelah mencium kepala Noval, Kal mendongak. Sehingga posisinya kini satu garis lurus dan ambigu dengan wajah Raya. Senyumnya mengembang main-main terutama saat melihat rona malu-malu Raya.“Karena kau ada disini sehingga membuatnya merasa aman. Raya, kau ibu yang baik.” Ucap Kal.Dia ingin memberi segala jenis pujian untuk wanitanya ini, sehingga Raya bisa penuh percaya diri dalam mengasuh putranya. Melepaskan apapun yang membelenggunya dan menghalangi kasih sayangnya untuk secara utuh diberikan kepada Noval.Mendengar ucapan Kal, senyum Raya menegang. Dia yang pa
Raya menggandeng Noval keluar dari bandara. Dia menghela nafas. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali ke sini. Tempat yang pernah dia tinggalkan dengan membawa luka.Dalam lima tahun, ada banyak tempat baru yang tidak Raya kenali. Namun tentu saja banyak tempat lama yang familiar bagi Raya.Setelah ragu-ragu sesaat, pada akhirnya Raya berkata pada teman Doni yang menyetir, “bisakah kita berputar melewati jalan S?”Meski Raya tidak begitu yakin tentang tujuan mereka, karena Kal telah meyakinkannya bahwa semua hal sudah diurus, maka dia tidak perlu memikirkan apapun lagi. Dengan begitu, pikirannya yang tidak sibuk memiliki waktu luang memikirkan masa lalu.Tentu saja masa lalu ini dia pilah. Hanya kenangan bahagianya saja yang dia pikirkan.“Oke.” Sahut Hari, supir yang dikirim Kal menjemput Raya yang juga merangkap sebagai salah satu bodyguard Raya kedepannya.Sebenarnya Raya agak tidak nyaman dengan pria-pria baru yang Kal tempatkan disekitarnya. Bersama Doni, dia sedang be
“Aku menyarankan untuk memberikan buket anyelir. Itu melambangkan penghormatan. Bagaimana menurutmu?” Ucap Raya berusaha ramah meski kesannya pada Hans sudah jatuh ke titik terendah sejak Hani mengakan pria ini mungkin menyukainya.“Itu bagus. Buat saja sesuai rekomendasimu.” Ucap Hans dengan senyum ramah. “Kudengar, karyawan disini memiliki libur sesuai tanggal. Apakah benar?”“Itu benar.” Raya mengangguk sambil memilih bunga anyelir.“Lalu tanggal berapa biasanya hari liburmu?” Tanya Hans.Gerakan Raya terhenti saat mendengar pertanyaan Hans. Matanya menyipit tajam. Seolah dia akan meremas bunga cantik ditangannya karena marah. Ya, Raya tidak suka jika ada pria yang tidak dia kehendaki memberikan perhatian ekstra padanya. Dia tidak ingin disukai oleh orang yang tidak dia sukai. “Raya?” panggil Hans dengan ragu.Mengingat saat ini dia sedang bekerja, Raya menahan semua ketidaksenangannya dan menatap Hans dengan senyum kaku.“Tunggu sebentar, aku akan memberikan pita dan buketnya se
Raya melambaikan tangannya pada Noval dan Yasnuar yang pergi ke sekolah. Setelah keduanya tidak terlihat lagi, dia masuk dan mulai berganti pakaian, siap-siap pergi bekerja.Juleha yang baru menghabiskan sarapannya menoleh saat melihat Raya masuk. “Mereka sudah berangkat?” tanyanya.“Ya. Apa kegiatanmu hari ini?” Raya balik bertanya sambil masuk ke dalam kamarnya.Berbicara agak keras, Juleha menyahut, “Aku akan menyelesaikan pembayaran tempat calon cafenya.”“Berapa sewanya setahun?” “Raffa bilang lebih hemat membelinya saja. Jadi aku membelinya.” Ucap Juleha sambil beranjak ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapannya.Raya terdiam. Baiklah, otaknya masih berpikir sesuai standarnya sendiri yang sama sekali tidak berlaku untuk Juleha. Selesai bersiap, Raya keluar dan mendapati Juleha sudah duduk manis disofa, menggeser-geser layar ponselnya.“Jam berapa kau pergi?” “Masih jam sepuluh nanti. Raya, suamimu mendepak Niana dari kru film.” Ucap Juleha tiba-tiba.“Berhenti bicara sem
“Dikeluarkan dari kru?!” Tanya Zaki dengan suara yang semakin suram. “Ya, hari ini baru saja aku bersiap untuk syuting namun asisten sutradara menyampaikan pemutusan kontrak dan penggantian kerugian. Jika aku tidak mau meninggalkan kru secara sukarela, mereka mengatakan bahwa aku pada akhirnya akan pergi tanpa uang ganti rugi sepeserpun! Mereka mengancamku! Beraninya mereka mengancamku! Kakak lakukan sesuatu untukku!” Niana berkata dengan marah. Dia sangat marah sampai-sampai merasa kepalanya akan meledak karena terlalu mendidih.Zaki terdiam. Dengan apa yang terjadi pada Niana, sudah dipastikan bahwa semua skandal yang meledak adalah ulah Kal. Pria itu marah padanya karena sesuatu yang berhubungan dengan Niana.“Aaggh! Kal bajingan!” raung Zaki sambil melemparkan ponsel ditangannya sebagai luapan dari kekesalannya yang seolah banjir bandang. Meluluh lantakkan pikiran dan moodnya.Dia membuka laci lainnya dan meraih ponsel cadangan. Setelah mengutak-atik sebentar, dia menghubungi ora
“Apa yang kau inginkan dengan menjemputku secara pribadi?” tanya Kal dingin pada Seno.“Bos, biarkan aku yang menangani Zaki? Aku sudah gatal karena terlalu lama tidak membuat masalah.” Gerutu Seno sembari menginjak pedal gas meninggalkan bandara dan menuju lokasi syuting.Tiwi yang duduk dengan tenang dikursi paling belakang hanya bisa membatin, berapa banyak didunia ini orang yang ingin hidup tenang? Tapi Seno justru pusing karena hidup tenang. Sangat diluar kebiasaan.“Tidak diperlukan. Kali ini bukan untuk membuatnya tidak bisa bangkit. Hanya sedikit mencederainya saja.” Gumam Kal tanpa fluktuasi sembari sibuk dengan ponselnya. Omong-omong dia perlu melapor pada pacar tercintanya.[Aku sudah keluar bandara dan hampir sampai ke lokasi syuting. Apa yang sedang kau lakukan?]Tidak terlalu lama balasan Raya datang.[Membereskan mainan Nono yang hampir tidak memiliki tempat untuk meletakkannya. Tadi, aku sedikit berdiskusi dengan Juleha tentang calon cafenya.]“Lalu kapan kau akan menj
Karena pemanjaan Kal, pada akhirnya Noval memboyong beberapa mainan besar. Raya hanya bisa menghela nafas tak berdaya. Dia ingin mengguncang kepala putranya agar segera sadar jika pria kecil itu bukan pangeran dari suatu negri yang bebas menghabiskan uang.“Jangan menatap Noval seperti itu. Kau bisa melubangi tubuhnya dengan tatapanmu.” Kekeh Kal. Dia memeluk Noval seolah melindungi si kecil dari monster jahat.Raya tertawa hambar. Baiklah, tidak perlu berdebat dengan orang kaya tentang apa yang bisa dan tidak bisa dibeli. Mereka tidak akan mengerti.Barang-barang Noval diberikan pada jasa pengiriman dan akan diantarkan pada sore hari. Jadi mereka bertiga bisa melenggang santai mencoba berbagai jajanan. Ketika hampir waktunya, mereka pergi ke bandara. Kal memeluk Noval dan mencium kepalanya. “Sampai jumpa lain kali. Mungkin sebulan kemudian.”“Bulan... Taimaiteroy?” ucap Noval dengan wajah bingung.Kal tertawa dan mencubit pipi anak itu gemas, “rajinlah ke sekolah. Ketika kau bisa me
Pagi itu, Juleha mengantar Raffa ke bandara. Sementara Raya, Kal dan Noval pergi sarapan. Mereka memasuki toko sarapan sederhana yang ramai. Raya yang merekomendasikan tempat ini.“Bagaimana menurutmu?” tanya Raya ketika Kal mencicipi pancake dengan sirup maple. “Enak.” Sahut Kal. Rasanya masih standar. Bisa dimakan. Jadi dia mengatakan enak.“Beberapa kali Hani memesan takeaway dari sini. Aku cukup menyukainya. Rasanya enak dan harganya lebih murah.” Celoteh Raya.“Bu, bu, es lim.” Pinta Noval sambil menarik-narik tangan Raya.“Nono, ini masih pagi. Nanti sakit perut. Makan siang nanti bubu belikan es krim, oke?” bujuk Raya.“Es Lim.” Pinta Noval dengan wajah cemberut dan mata mulai berkaca-kaca.Raya mendesah. Ini dia, scene dimana semua orang akan begitu bersimpati dan menganggap Raya sebagai penjahat dimulai. Noval dengan kesengsaraannya yang tak tertandingi.“Nono.” Desan Raya tak berdaya.Tapi pria kecil itu sepertinya sangat bertekad untuk mendapatkan es krim. Dia tidak mengam
Raffa tertawa mendengar ucapan Juleha. Dia mengulurkan tangan mengusap pipi lembut gadis itu.“Khawatir padaku?” Tanyanya.Juleha berdecak. “Apa tidak merasa canggung kalian dua pria besar tidur disofa kecil itu? Lagipula yang benar-benar panjang hanya satu. Sisanya tidak sepanjang itu.”“Kalau begitu biarkan aku tidur dikamarmu. Jadi aku tidak perlu tidur disofa yang canggung.” Ucap Raffa dengan tatapan main-main.Juleha menatap Raffa nyalang selama hampir satu menit. Raffa sendiri sangat sabar. Mendapatkan tatapan ganas itu, dia hanya tersenyum menunggu keputusan Juleha.Kemudian wanita itu berbalik, masuk ke dalam kamar tanpa menutup pintu. Tentu saja dengan senang hati Raffa mengekorinya. Masuk ke dalam kamar Juleha dan menutup pintu. Sepertinya malam ini dia akan bermimpi indah.Sementara itu, dikamar lain, Kal membaringkan Noval dengan hati-hati. Raya melepaskan sepatu anak itu, kemudian mengelap tangan dan kakinya dengan handuk basah.Setelah selesai mengurus Noval, Raya berbal