Share

Calon Iparku Adalah Ayah Anakku
Calon Iparku Adalah Ayah Anakku
Penulis: Rayi kri

Bab 1: Hancur

Penulis: Rayi kri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kau mengatakan untuk bersikap sopan? Betapa lucunya!” Gin dengan ceria mengangkat dagu Raya menggunakan ujung jarinya.

Gadis ini baru ditandatangani oleh perusahaan hiburan kelas dua yang biasa memberi Gin semacam 'upeti' demi mendapatkan keuntungan.

Terlihat kecil, murni, polos dan rapuh. Sangat cantik dan menarik.

Inilah mengapa Gin menyukai calon bintang ataupun bintang kecil. Mereka kebanyakan masih murni dan menyegarkan. Sangat enak dilihat.

Raya cepat-cepat mundur. Menjauh dari sentuhan Gin yang membuat nalurinya diserbu oleh rasa takut. Dia ingin berlari, cepat pergi menjauh dari tempat ini.

“Tolong jangan sentuh aku.” Bisik Raya. Gugup, kesal dan sedikit gemetar.

“Aku sudah membelimu. Bagaimana mungkin aku tidak menyentuhmu?” gumam Gin penuh godaan.

Raya ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Tubuhnya gemetaran. Bagaimanapun dia mengepalkan tangannya ingin meredakan getaran tubuhnya, itu tak berhasil. Raya takut. Sangat takut dengan apa yang didengarnya.

Kebahagiaannya akan menjadi aktris muda mulai retak. Didalam hatinya dia masih memiliki harapan jika kebahagiaannya tidak boleh hancur.

Dia tidak rela. Dia baru saja menandatangi kontrak. Dia seharusnya datang kesini untuk mendapatkan satu peran dalam sebuah drama. Bukannya pelecehan!

“Tuan muda, kau tak bisa memaksaku! Ini adalah kriminal!” Jerit Raya. Matanya nyalang penuh amarah karena ketidakrelaannya.

Tapi seharusnya dia tahu ini sejak awal. Prilaku Soni sangat gamblang. Pria itu membawanya menemui sponsor yang bisa memberinya dukungan sumber daya. Tidak ada pertemuan sponsor dan artis yang murni.

Soni menjualnya!

fakta ini seolah menghancurkan harapan dalam ilusi Raya, menamparnya dengan kenyataan yang menyakitkan.

Gin memiringkan kepalanya. Matanya berkilat-kilat penuh lelucon saat menggosok bibirnya yang berdarah karena digigit Raya saat dia mencium gadis itu. Dia tersenyum menggoda dan berkata, “Kriminal itu jika ketahuan. Jika tidak, ini hanya disebut bersenang-senang.”

Raya menggelengkan kepalanya samar. Dia pikir jenis orang kebal hukum seperti Gin hanya akan ditemuinya di novel atau film. Ternyata dia langsung menemuinya dihari pertama menandatangani kontrak!

Seberapa besar rasa beruntung Raya bertemu Soni di awal, sebesar itu juga penyesalan Raya telah jatuh ke dalam bujuk rayu kata-kata manis Soni.

Pria itu jelas berjanji memberinya pekerjaan dengan cepat. Tapi kecepatan jenis ini sama sekali bukan yang diinginkan Raya. Dia ingin bekerja dengan bersih. Bukannya menjual tubuhnya demi peran dalam sebuah drama.

Raya tidak bisa menerima ini!

“Aku tidak menginginkan peran itu. Tuan muda, aku tidak akan mengambil peran itu. Tolong biarkan aku pergi.” Ucap Raya sengit, penuh amarah tapi juga bercampur rasa takut.

“Apa kau pikir aku membelimu hanya dengan peran itu?” Gin tertawa jenaka. Dia menggeleng tak berdaya melihat ketidaktahuan Raya, “peran itu hanya tambahan. Harga utama tentu saja dimiliki oleh bosmu. Omong-omong aku membelimu dengan harga mahal, jadi kau tidak perlu merasa rendah diri.”

Raya tercengang. Mulutnya terbuka tapi tak tahu harus berkata apa. Dia marah. Sangat marah. Terlalu marah hingga sulit menemukan kalimat untuk diucapkan yang bisa mewakili kemarahannya.

Pada akhirnya dia hanya ingin pergi dari tempat busuk yang didiami oleh bajingan menakutkan yang sekarang berdiri dan tersenyum didepannya.

“Tuan muda, biarkan aku....”

Sebelum Raya selesai bicara, tubuhnya sudah ditarik dan jatuh ke pelukan Gin Lagi. Kali ini, pria itu memegangnya dengan kuat.

“Lepaskan! Lepaskan aku!!” jerit Raya memberontak saat Gin mencium lehernya dan berusaha melucuti pakaiannya.

“Sistem kedap suara kamar ini sangat bagus. Jangan membuang tenaga,” ucap Gin dengan nada tak sabar.

“Aku mohon! Tuan, jangan perlakukan aku seperti ini! Aku mohon hentikan!” tangis histeris Raya memenuhi ruangan saat gadis itu berusaha mempertahankan pakaiannya yang akan dirobek Gin.

Raya merasa akan gila karena terlalu marah dan takut. Tubuhnya sudah gemetaran hebat. Membuatnya kesulitan mempertahankan cengkeramannya pada pakaiannya yang ditarik paksa oleh Gin.

Plak!

Suara tamparan bergema dipendengaran Raya. Tubuhnya membeku merasakan sakit yang menjalar dari pipi ke seluruh tubuhnya. Terutama hatinya.

Sudut bibir Raya berdarah karena kuatnya tamparan yang dilayangkan Gin. Raya merasa pikirannya kosong dan pandangannya menjadi gelap sesaat.

Entah bagaimana dalam keheningan beberapa detik itu, Raya tiba-tiba teringat ucapan Linda Mei saat mereka bertemu didepan perusahaan beberapa waktu lalu. Wanita itu berharap kebahagiaannya saat menandatangani kontrak bertahan selama beberapa hari.

Sayangnya, ini bahkan belum lewat sehari dan dia kehilangan rasa bahagianya.

Kebahagiaannya yang semula retak kini telah hancur berkeping-keping.

Disaat Raya mematung, suara Gin terdengar.

“Bukankah manajermu mengatakan agar kau patuh melayaniku? Konsekuensi menjadi tidak patuh benar-benar tidak baik,” ucap Gin dengan nada mencemooh. Tak lupa tangannya merobek pakaian Raya hingga memamerkan tubuh gadis itu.

“Lepaskan! Kau bajingan! Kau penjahat! Lepaskan!” Raung Raya saat pikirannya kembali bekerja. Amarahnya menyerbu kepalanya hingga terasa akan meledak.

Sayangnya, semakin Raya memberontak, semakin banyak luka yang didapat. Bahkan jika dia berhasil melayangkan satu atau dua pukulan dan gigitan, tenaganya sama sekali tidak sebanding dengan Gin. Tubuhnya masih berhasil dilemparkan ke kasur dan ditindih oleh Gin.

Disisi lain, kekeraskepalaan Raya dan pemberontakannya justru memancing amarah Gin. Dia ingin membuat gadis dibawahnya menangis hingga pingsan. Menikmati kesenangan dari jeritan pilu dan air matanya.

“Aaaaaaarrrgghhh!!!” Raya menjerit panjang kesakitan ketika Gin merampas paksa kehormatannya tanpa pemanasan apapun. Tubuhnya seperti terbelah dan menyemburkan darah. Kukunya melesak masuk ke lengan Gin akibat dari menahan rasa sakit tubuh dan hatinya.

Selanjutnya Gin menyiksanya sepanjang hari dan malam tanpa pengaman. Sama sekali tidak memikirkan akibat yang akan ditanggung Raya dimasa depan. Yah, bagi Gin selama dia senang, hal-hal lain berada diluar pertimbangannya. Bahkan pria itu masih melakukannya saat Raya jatuh pingsan.

Ketika dirinya diambang sadar dan tak sadar, Raya tiba-tiba ingat senyum meyakinkan dan percaya diri Soni ketika pria itu mengatakan akan membuatnya terkenal dalam satu tahun.

Raya merasa dirinya sangat konyol saat memuji Soni yang bersiap membawanya ke sponsor yang akan memberinya sebuah peran.

Semua mimpinya dihancurkan menjadi debu bahkan ketika itu masih sebatas mimpi dan angan-angan.

Raya sangat marah, ingin mencekik Soni sampai mati. Ingin menendang tuan muda yang saat ini berada diatasnya sampai mati. Dia bahkan merasa ingin mati. Berharap kematian bisa membuatnya berpikir bahwa ini hanyalah mimpi buruk.

Sayangnya mimpi buruk ini terlalu nyata.

Hari berikutnya Raya terbangun dengan tubuh babak belur. Dia menatap langit-langit kamar hotel. Diam-diam bulir air mata bergulir disudut matanya dan jatuh ke bantal.

Tidak ada Gin di ruangan itu. Mungkin pria itu sudah merasa puas dan pergi. Raya tak bisa peduli. Dia hanya merasa dunianya runtuh saat ini. Seolah tanpa harapan.

_

Bab terkait

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 2: Memutuskan Kontrak

    Raya mengingat kejadian tragis yang baru saja menimpanya. Seketika rasa sesak menyeruak didadanya. Membuatnya nyaris tidak bisa bernafas.Diiringi rasa sakit seolah tubuhnya remuk, Raya terduduk dan menangis histeris. Dia menjambak rambutnya, meratap kesakitan.“Ibu... aku sakit... Ibu... Tolong...” Ratap Raya pilu.Dia tak ingin mengeluh pada ibunya yang sudah meninggal dan membuat roh ibunya mungkin khawatir, tapi dia tidak tahu lagi bagaimana melampiaskan rasa sakitnya.“Ibu... Aku takut... Aku sakit.... Ibu... Aku ingin bertemu denganmu...” Ratapan Raya berubah menjadi rintihan yang menyayat hati.Tak lama kemudian rintihannya kembali berubah menjadi tangisan histeris. Raya menjerit, menjambak rambutnya, memukuli dadanya yang sesak, mencakar dan mengacak-acak hal-hal yang bisa dia jangkau demi melampiaskan rasa frustasinya. Dia merasa akan menjadi gila karena rasa marah, takut, benci dan semua emosi negatif melebur menjadi satu tanpa tempat untuk melampiaskan.Dia kesal pada kebod

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 3: Pindah

    “Bagaimana itu bisa menjadi sepuluh kali lipat?! Aku membacanya dan itu adalah tiga kali lipat!” marah Raya.“Yang kau baca tiga kali lipat, tapi yang kau tanda tangani adalah sepuluh kali lipat. Kau juga bisa memilih tidak membayar dan tetap bekerja disini.” Goda Beni. Beni akan untung bahkan jika Raya pergi. Namun jika Raya tinggal, itu adalah keuntungan yang lebih besar. Jadi tentu saja dia berharap Raya tetap tinggal.Mendengar ucapan santai Beni, Raya tercengang. Dia ingat saat itu memang tak langsung menandatanganinya ketika selesai membaca karena berbicara dengan Soni. Lalu saat dia menandatanganinya, tentu saja dia tidak memeriksa berkas itu lagi.Dengan jantung kesakitan seperti diremas, Raya melihat jumlah ganti rugi yang memang sepuluh kali lipat. Wajah Raya pucat pasi. Seperti bisa pingsan kapan saja.“Kalian menipuku!” Raya menggelengkan kepala tak percaya. Matanya mulai buram karna air mata yang menggenang.“Tidak ada yang menipumu. Kau hanya kurang teliti.” Beni terkek

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 4: Hamil

    “Raya, siapkan pesanan buket ini. Akan diambil jam dua siang nanti.” Nila, teman kerja Raya meletakkan kartu pesanan di meja.Raya yang sedang membuat buket bunga untuk pelanggan yang menunggu di hadapannya melirik jam tangannya, masih ada waktu empat jam. Kemudian menoleh ke arah Nila, “oke.”Toko bunga ini memiliki konsep rumah kaca. Jadi ketika masuk, pelanggan bisa memilih duduk di lounge saat mendiskusikan buket yang diinginkannya, atau bisa juga bicara sambil berjalan dirumah kaca dimana bunga hidup dalam perawatan yang teliti.Ada banyak karyawan disini. Dari yang bertugas merawat bunga, merangkai bunga, menerima pesanan sampai mengantar bunga.Raya adalah satu dari tiga orang yang bertugas merangkai bunga. Setelah mengantar pelanggan yang sudah mendapatkan buket bunganya pergi, Raya kembali masuk. Dia membaca kartu pesanan dan bersiap merangkai bunga selanjutnya.“Raya, apa yang kau makan akhir-akhir ini?” tanya Hani, teman kerjanya yang sedang merangkai bunga pesanan lain.

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 5: Sebuah Janji

    “Katakan.” Nada bicara Kal tidak panas atau dingin. Dia mendengarkan sambil tetap menatap naskahnya. Seolah-olah yang mendapatkan masalah bukanlah kakaknya, melainkan orang asing yang lewat.Yah, masalahnya adalah kakaknya terlalu sering memiliki masalah. Kal sudah terlalu terbiasa.“Kau tahu dia memiliki kebiasaan meniduri bintang kecil atau calon bintang kan? Nah kali ini calon bintang yang nyaris diperkosanya tenyata putri Grup Sendayu. Jadi orang tuanya bersikeras menjebloskan Gin ke penjara.”Kal terdiam sejenak sebelum bertanya. “Bagaimana dengan Ayah?”“Meskipun sangat marah pada Gin, tuan tidak bisa kehilangan wajahnya dengan memiliki anak kriminal. Jadi tentu saja tuan melawan.”“Kalau begitu biarkan saja ayah membela Gin sesukanya. Selama hal-hal tidak menjadi terlalu besar dan mempengaruhi perusahaan,” ucap Kal.“Oke.”Mereka berbicara tentang beberapa hal lainnya sebelum Kal memutuskan sambungan dan beranjak dari duduknya saat sutradara memanggilnya. Saat ini adalah gilira

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 6: Papa!

    Lima tahun kemudian...“Semua orang sudah berkumpul?” Sutradara itu memperhatikan sekeliling dan mengangguk puas saat tidak ada yang kurang. “Kalian melihat keranjang ubi didepan? Nah, tugas setiap tim adalah membawa ubi itu ke pasar dan melakukan barter. Apapun yang kalian dapat dari barter itu akan menjadi bahan makan malam kalian. Jadi lakukan yang terbaik!”Setelah Sutradara menyelesaikan ucapannya, Rivano segera mengangkat tangannya.“Yak, apa yang ingin ditanyakan aktor muda menjanjikan kita ini?” Sutradara berucap dengan nada bercanda.“Bisakah kita barter dengan uang?” tanya Rivano dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.“Apa itu masih disebut barter? Lewati pertanyaan tidak masuk akal ini. Yang lain bagaimana?” Sutradara melambaikan tangannya.“Oh, sepertinya kita akan sengsara disini. Sutradara Danang sangat kejam.” Keluh Rivano.“Kau yang sengsara. Kami sangat patuh pada sutradara, jadi tidak akan sengsara.” Sahut Dena, seorang anggota grup idol populer yang debut hampir du

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 7: Sangat Pintar dan Manis

    Ketika Raya berbalik, dia melihat Noval berlari. “Nono!” Panggilnya sembari bergegas mengikuti putranya itu. Sementara itu, Noval sudah memegang kaki Kal yang saat ini menatap kebawah agak tak berdaya. “Jadi, kau kabur dari ibumu lagi?” tanya Kal dengan nada geli yang langka. Dia meletakkan bungkusan ayam ke keranjang ubi yang dibawa Rivano dan mengangkat Noval. Menggendongnya. Kali ini tanpa keraguan. “Si kecil ini memanggilmu papa lagi. Kak, kau benar-benar mencurigakan.” Rivano tertawa. Sebelum Kal membalas ucapan Rivano, suara Raya terdengar lebih dulu. “Maaf. Aku sungguh-sungguh meminta maaf sudah mengganggu rekamanmu.” Raya tergopoh-gopoh meminta maaf dan mengulurkan tangannya untuk mengambil alih putranya. “Tidak apa-apa. Dia tidak mengganggu.” Kal berniat membiarkan Raya mengambil Noval. Namun si kecil ini memeluk lehernya, membuat posisi mereka menjadi canggung. “Nono, ayo sama bubu.” Bujuk raya setengah memelototi putranya yang tidak sopan ini. “Papa...” bisik Nova

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 8: Bertemu Lagi

    “Hei, apakah kru tv itu sudah datang?” tanya Raya pada Hani keesokan harinya ketika mereka duduk di lounge.Lima tahun berlalu sejak dia pindah ke kota ini dan mendapatkan pekerjaan ini. Beberapa karyawan datang dan pergi. Hingga pada akhirnya tersisa Raya, Hani dan Adnan sebagai karyawan senior.“Harusnya tidak lama lagi.”“Sebenarnya acara tv macam apa yang akan datang ke toko? Bos bermain misterius denganku.” Raya setengah berbisik berusaha mengorek informasi dari Hani.Wanita yang sudah menikah dua tahun lalu ini lebih senior darinya. Tentu saja bos menaruh lebih banyak kepercayaan padanya dibanding yang lain.Hani tertawa menatap ekspresi penasaran Raya.“Apa? Memangnya selebriti mana yang kau harapkan datang?” goda Hani.“Aktor besar. Yang debutan diatas lima tahun. Jika semua yang datang selebriti baru dan aku tidak mengenal mereka, betapa tidak menariknya itu.”Awalnya dia hanya antusias menantikan melihat proses syuting di toko. Namun setelah bertemu Kal kemarin, dia berharap

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 9: Tidak Mirip

    “Pertama-tama, kalian bisa membersihkan daun dibagian bawah batang dan durinya.” Raya memberi arahan. Rivano memulai dengan bersemangat. Dia bahkan melukai tangannya beberapa kali karena duri mawar. “Tidak perlu buru-buru. Berhati-hati saja.” Raya mengingatkan. Dia agak mengernyit melihat cara Rivano bekerja yang mengkhawatirkan. Disaat yang sama, Kal bekerja dengan tenang namun mantap. Kecepatannya tidak lebih rendah dibanding Rivano, namun gerakannya terlihat lebih terstruktur. “Apakah kau bekerja disini hingga sore?” tanya Kal selagi tangannya sibuk. Rivano menoleh terkejut mendengar pertanyaan Kal pada Raya, akibatnya dia kembali tertusuk duri yang membuatnya mendesis kesal. “Apakah kau baik-baik saja?” tanya Raya khawatir. “Aku baik-baik saja. Sungguh.” Jawab Rivano cepat. Pikirannya saat ini justru berkeliaran ngeri saat membayangkan Kal tertarik pada istri orang yang bahkan baru ditemuinya dua kali! Rivano menatap Raya dan berpikir lagi, meskipun istri orang ini cantik,

Bab terbaru

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 51: Bukan ibu yang baik

    Suara lembut Kal yang membacakan dongeng untuk Noval menjadi lebih pelan. Kemudian, saat pria itu melirik si kecil yang meringkuk dipelukan Raya dengan mata terpejam dan nafas teratur, dia berhenti membaca.“Dia tertidur.” Gumam Kal lembut. Pria itu menundukkan kepalanya dan mencium puncak kepala Noval.“Ya. Karena kau pintar membacakan cerita dengan berbagai suara dan emosi.” Puji Raya sambil menggaruk lembut rambut Noval.Setelah mencium kepala Noval, Kal mendongak. Sehingga posisinya kini satu garis lurus dan ambigu dengan wajah Raya. Senyumnya mengembang main-main terutama saat melihat rona malu-malu Raya.“Karena kau ada disini sehingga membuatnya merasa aman. Raya, kau ibu yang baik.” Ucap Kal.Dia ingin memberi segala jenis pujian untuk wanitanya ini, sehingga Raya bisa penuh percaya diri dalam mengasuh putranya. Melepaskan apapun yang membelenggunya dan menghalangi kasih sayangnya untuk secara utuh diberikan kepada Noval.Mendengar ucapan Kal, senyum Raya menegang. Dia yang pa

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 50:

    Raya menggandeng Noval keluar dari bandara. Dia menghela nafas. Setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia kembali ke sini. Tempat yang pernah dia tinggalkan dengan membawa luka.Dalam lima tahun, ada banyak tempat baru yang tidak Raya kenali. Namun tentu saja banyak tempat lama yang familiar bagi Raya.Setelah ragu-ragu sesaat, pada akhirnya Raya berkata pada teman Doni yang menyetir, “bisakah kita berputar melewati jalan S?”Meski Raya tidak begitu yakin tentang tujuan mereka, karena Kal telah meyakinkannya bahwa semua hal sudah diurus, maka dia tidak perlu memikirkan apapun lagi. Dengan begitu, pikirannya yang tidak sibuk memiliki waktu luang memikirkan masa lalu.Tentu saja masa lalu ini dia pilah. Hanya kenangan bahagianya saja yang dia pikirkan.“Oke.” Sahut Hari, supir yang dikirim Kal menjemput Raya yang juga merangkap sebagai salah satu bodyguard Raya kedepannya.Sebenarnya Raya agak tidak nyaman dengan pria-pria baru yang Kal tempatkan disekitarnya. Bersama Doni, dia sedang be

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 49: Kebahagiaan Seumur Hidup

    “Aku menyarankan untuk memberikan buket anyelir. Itu melambangkan penghormatan. Bagaimana menurutmu?” Ucap Raya berusaha ramah meski kesannya pada Hans sudah jatuh ke titik terendah sejak Hani mengakan pria ini mungkin menyukainya.“Itu bagus. Buat saja sesuai rekomendasimu.” Ucap Hans dengan senyum ramah. “Kudengar, karyawan disini memiliki libur sesuai tanggal. Apakah benar?”“Itu benar.” Raya mengangguk sambil memilih bunga anyelir.“Lalu tanggal berapa biasanya hari liburmu?” Tanya Hans.Gerakan Raya terhenti saat mendengar pertanyaan Hans. Matanya menyipit tajam. Seolah dia akan meremas bunga cantik ditangannya karena marah. Ya, Raya tidak suka jika ada pria yang tidak dia kehendaki memberikan perhatian ekstra padanya. Dia tidak ingin disukai oleh orang yang tidak dia sukai. “Raya?” panggil Hans dengan ragu.Mengingat saat ini dia sedang bekerja, Raya menahan semua ketidaksenangannya dan menatap Hans dengan senyum kaku.“Tunggu sebentar, aku akan memberikan pita dan buketnya se

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 48: Pelanggan

    Raya melambaikan tangannya pada Noval dan Yasnuar yang pergi ke sekolah. Setelah keduanya tidak terlihat lagi, dia masuk dan mulai berganti pakaian, siap-siap pergi bekerja.Juleha yang baru menghabiskan sarapannya menoleh saat melihat Raya masuk. “Mereka sudah berangkat?” tanyanya.“Ya. Apa kegiatanmu hari ini?” Raya balik bertanya sambil masuk ke dalam kamarnya.Berbicara agak keras, Juleha menyahut, “Aku akan menyelesaikan pembayaran tempat calon cafenya.”“Berapa sewanya setahun?” “Raffa bilang lebih hemat membelinya saja. Jadi aku membelinya.” Ucap Juleha sambil beranjak ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapannya.Raya terdiam. Baiklah, otaknya masih berpikir sesuai standarnya sendiri yang sama sekali tidak berlaku untuk Juleha. Selesai bersiap, Raya keluar dan mendapati Juleha sudah duduk manis disofa, menggeser-geser layar ponselnya.“Jam berapa kau pergi?” “Masih jam sepuluh nanti. Raya, suamimu mendepak Niana dari kru film.” Ucap Juleha tiba-tiba.“Berhenti bicara sem

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 47: Tanpa Perlindungan

    “Dikeluarkan dari kru?!” Tanya Zaki dengan suara yang semakin suram. “Ya, hari ini baru saja aku bersiap untuk syuting namun asisten sutradara menyampaikan pemutusan kontrak dan penggantian kerugian. Jika aku tidak mau meninggalkan kru secara sukarela, mereka mengatakan bahwa aku pada akhirnya akan pergi tanpa uang ganti rugi sepeserpun! Mereka mengancamku! Beraninya mereka mengancamku! Kakak lakukan sesuatu untukku!” Niana berkata dengan marah. Dia sangat marah sampai-sampai merasa kepalanya akan meledak karena terlalu mendidih.Zaki terdiam. Dengan apa yang terjadi pada Niana, sudah dipastikan bahwa semua skandal yang meledak adalah ulah Kal. Pria itu marah padanya karena sesuatu yang berhubungan dengan Niana.“Aaggh! Kal bajingan!” raung Zaki sambil melemparkan ponsel ditangannya sebagai luapan dari kekesalannya yang seolah banjir bandang. Meluluh lantakkan pikiran dan moodnya.Dia membuka laci lainnya dan meraih ponsel cadangan. Setelah mengutak-atik sebentar, dia menghubungi ora

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 46: Zaki Dalam Krisis

    “Apa yang kau inginkan dengan menjemputku secara pribadi?” tanya Kal dingin pada Seno.“Bos, biarkan aku yang menangani Zaki? Aku sudah gatal karena terlalu lama tidak membuat masalah.” Gerutu Seno sembari menginjak pedal gas meninggalkan bandara dan menuju lokasi syuting.Tiwi yang duduk dengan tenang dikursi paling belakang hanya bisa membatin, berapa banyak didunia ini orang yang ingin hidup tenang? Tapi Seno justru pusing karena hidup tenang. Sangat diluar kebiasaan.“Tidak diperlukan. Kali ini bukan untuk membuatnya tidak bisa bangkit. Hanya sedikit mencederainya saja.” Gumam Kal tanpa fluktuasi sembari sibuk dengan ponselnya. Omong-omong dia perlu melapor pada pacar tercintanya.[Aku sudah keluar bandara dan hampir sampai ke lokasi syuting. Apa yang sedang kau lakukan?]Tidak terlalu lama balasan Raya datang.[Membereskan mainan Nono yang hampir tidak memiliki tempat untuk meletakkannya. Tadi, aku sedikit berdiskusi dengan Juleha tentang calon cafenya.]“Lalu kapan kau akan menj

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 45: Panggilan yang Bermasalah

    Karena pemanjaan Kal, pada akhirnya Noval memboyong beberapa mainan besar. Raya hanya bisa menghela nafas tak berdaya. Dia ingin mengguncang kepala putranya agar segera sadar jika pria kecil itu bukan pangeran dari suatu negri yang bebas menghabiskan uang.“Jangan menatap Noval seperti itu. Kau bisa melubangi tubuhnya dengan tatapanmu.” Kekeh Kal. Dia memeluk Noval seolah melindungi si kecil dari monster jahat.Raya tertawa hambar. Baiklah, tidak perlu berdebat dengan orang kaya tentang apa yang bisa dan tidak bisa dibeli. Mereka tidak akan mengerti.Barang-barang Noval diberikan pada jasa pengiriman dan akan diantarkan pada sore hari. Jadi mereka bertiga bisa melenggang santai mencoba berbagai jajanan. Ketika hampir waktunya, mereka pergi ke bandara. Kal memeluk Noval dan mencium kepalanya. “Sampai jumpa lain kali. Mungkin sebulan kemudian.”“Bulan... Taimaiteroy?” ucap Noval dengan wajah bingung.Kal tertawa dan mencubit pipi anak itu gemas, “rajinlah ke sekolah. Ketika kau bisa me

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 44: Si Kecil yang Pandai Menarik Simpati

    Pagi itu, Juleha mengantar Raffa ke bandara. Sementara Raya, Kal dan Noval pergi sarapan. Mereka memasuki toko sarapan sederhana yang ramai. Raya yang merekomendasikan tempat ini.“Bagaimana menurutmu?” tanya Raya ketika Kal mencicipi pancake dengan sirup maple. “Enak.” Sahut Kal. Rasanya masih standar. Bisa dimakan. Jadi dia mengatakan enak.“Beberapa kali Hani memesan takeaway dari sini. Aku cukup menyukainya. Rasanya enak dan harganya lebih murah.” Celoteh Raya.“Bu, bu, es lim.” Pinta Noval sambil menarik-narik tangan Raya.“Nono, ini masih pagi. Nanti sakit perut. Makan siang nanti bubu belikan es krim, oke?” bujuk Raya.“Es Lim.” Pinta Noval dengan wajah cemberut dan mata mulai berkaca-kaca.Raya mendesah. Ini dia, scene dimana semua orang akan begitu bersimpati dan menganggap Raya sebagai penjahat dimulai. Noval dengan kesengsaraannya yang tak tertandingi.“Nono.” Desan Raya tak berdaya.Tapi pria kecil itu sepertinya sangat bertekad untuk mendapatkan es krim. Dia tidak mengam

  • Calon Iparku Adalah Ayah Anakku   Bab 43: Perekrutan

    Raffa tertawa mendengar ucapan Juleha. Dia mengulurkan tangan mengusap pipi lembut gadis itu.“Khawatir padaku?” Tanyanya.Juleha berdecak. “Apa tidak merasa canggung kalian dua pria besar tidur disofa kecil itu? Lagipula yang benar-benar panjang hanya satu. Sisanya tidak sepanjang itu.”“Kalau begitu biarkan aku tidur dikamarmu. Jadi aku tidak perlu tidur disofa yang canggung.” Ucap Raffa dengan tatapan main-main.Juleha menatap Raffa nyalang selama hampir satu menit. Raffa sendiri sangat sabar. Mendapatkan tatapan ganas itu, dia hanya tersenyum menunggu keputusan Juleha.Kemudian wanita itu berbalik, masuk ke dalam kamar tanpa menutup pintu. Tentu saja dengan senang hati Raffa mengekorinya. Masuk ke dalam kamar Juleha dan menutup pintu. Sepertinya malam ini dia akan bermimpi indah.Sementara itu, dikamar lain, Kal membaringkan Noval dengan hati-hati. Raya melepaskan sepatu anak itu, kemudian mengelap tangan dan kakinya dengan handuk basah.Setelah selesai mengurus Noval, Raya berbal

DMCA.com Protection Status