Share

CHAT NAKAL ISTRIKU
CHAT NAKAL ISTRIKU
Penulis: Rafasya

Chat nakal

[Aku sangat puas kemarin, Ayah sangat perkasa. Tunggu Mas Aidan pergi dulu, nanti kita bertemu lagi. I love you!]

Mataku memanas membaca pesan yang dikirim Namira—istriku tersebut.

Dadaku terasa sesak, apalagi membaca nama yang tertera di layar 'Ayah Mertua' itu artinya Namira berselingkuh dengan Ayahku sendiri.

Aku anak tunggal, dan ayahku memang seorang duda, sejak 10 tahun yang lalu. Aku tidak menyangka istri yang baru ku nikahi satu tahun itu berselingkuh dengan ayahku sendiri?

Tanganku terkepal. Hatiku berdenyut, sakit. Wanita yang kucintai tega menghianatiku,

Jika Namira berselingkuh dengan laki-laki lain aku tidak mengapa, aku pasti hanya akan menghajarnya lalu menceraikan Namira, tapi kenapa harus dengan Ayahku?!

KRIET!

Pintu kamar mandi terbuka, Namira keluar dari sana dengan rambut tergerai yang basah. Kami baru saja selelsai bercint*, ia menatapku kemudian tersenyum.

"Kenapa Mas? Ada apa?" tanyanya.

Aku menghela napas kemudian memandang ke arah lain.

Namira berjalan mendekatiku, kemudian memelukku dari belakang,

"Kenapa, kau mau lagi?"

Aku langsung menggeleng.

"Tidak,"

Aku menggenggam erat ponselnya, ingin aku tanyakan tetang pesan itu, namun aku yakin Namira pasti akan mengelak.

Jadi, ku putuskan untuk mengumpulkan banyak bukti terlebih dahulu.

Percuma aku tanyakan kebenarannya sekarang, peselingkuh pasti punya banyak alasan untuk mengelak.

***

Di kantor, aku sama sekali tidak fokus, pikiranku melambung pada pesan mesra Namira untuk ayah.

Argghhh! Aku mengacak rambut frustrasi, ini benar-benar tidak masuk akal.

CEKLEK!

Seseorang masuk ke dalam ruanganku, ia adalah Hana—sekertaris sekaligus sepupuku.

"Aidan Kau kenapa?"

Aku menggeleng.

"Sepertinya Kau banyak masalah," Hana mendekat, kemudian mengelus pundakku.

"Aku tidak apa-apa, Na, kepalaku hanya sedikit pusing,"

"Apa kamu ada masalah dirumah?"

Aku bergeming.

"Bertengkar dengan Namira, hem?"

Hana menatapku lekat.

"Apa Namira selingkuh?" tebaknya, dan itu sangat tepat.

"Apa maksudmu," tanyaku gugup.

"Tidak ada, aku hanya menebak,"

"Ti--tidak, tuduhanmu salah! Aku dan Namira baik-baik saja." Aku tersenyum, lalu bergumam dalam hati, ‘aku tidak ingin orang tahu tentang ini sebelum aku mencari tahu terlebih dahulu.’

"Oh iya, Han, Aku ingin pulang cepat hari ini, kau bisa menghandle semuanya 'kan?" pintaku, ragu. Entah kenapa aku ingin pulang cepat.

"Em, baiklah," Hana mengangguk.

Aku bergegas merapikan barangku untuk pulang ke rumah, pikiranku mulai tak tenang membayangkan kemungkinan yang terjadi disana.

Setelah menempuh jarak selama 30 menit, Akhirnya aku tiba di rumah.

Baru membuka pintu utama, aku di suguhi suara yang aneh.

"Awh, ahh ... pelan-pelan, Ayah!" suara desahan seorang wanita.

Tubuhku rasanya langsung menggigil, suara itu mirip dengan suara ... Namira.

Pikiranmu berkecamuk, membayangkan ap yang tengah mereka lakukan. Tanganku terkepal, napasku mulai memburu.

“Ouhh ...!”

Lagi, suara itu terdengar lagi.

Hatiku mulai memanas, aku mulai mencari sumber suara dengan emosi yang sudah meluap.

"Ahh ayah, hahaha,"

Langkahku terhenti, mempertajam Indra pendengaran. Suaranya berasal dari arah dapur.

Apa mereka melakukannya disana?

Cih, tidak tau malu!

Aku bergegas berjalan menuju dapur.

"Hei, sedang apa kalian?!" ucapku dengan suara lantang.

Kulihat ayah dan Namira terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba.

Aku memindai penampilan mereka yang sudah kacau.

Hatiku rasanya panas sekali, aku memejamkan mata sebentar, lalu mengembuskan napas kasar.

Kulihat wajah dan baju mereka basah, entah itu karena air atau ... peluh keringat?

Pikiranku sangat kacau saat ini.

"M--mas, K-kamu ...," Namira terlihat gugup

"Aidan, kamu sudah pulang?" sambung ayah.

"Kenapa? Hem, kalian tidak suka aku pulang cepat? Iya?!" sarkasku.

"Apa aku mengganggu aktifitas kalian?" sambungku lagi.

"Apa maksudmu, Aidan?" tukas ayah.

"B-Bukan begitu, Mas. Aku justru merasa senang," sambung Namira.

"Wow, benarkah?"

"Iya, Mas, kebetulan aku masak banyak hari ini, jadi masakanku tidak terbuang-buang seperti biasanya." ucap Namira, ia tersenyum ke arahku.

"Sejak kapan ayah kemari?"

Aku menelisik wajah mereka.

"Ayah baru saja sampai,"

"Hem, benarkah?" Aku tersenyum mengejek.

"Lalu sedang apa kalian di dapur? Dan kenapa kalian berkeringat?"

"Ka-kami ..." ucap Mereka berbarengan.

Wow menakjubkan! hatiku rasanya ... sakit sekali.

"Sudahlah, kau tidak senang memangnya jika ayah datang kemari?" ujar ayah, mengalihkan pembicaraanku.

"Senang," ucapku datar.

"Rencana ayah ingin menginap disini selama satu minggu,"

Mataku membola, Apa-apaan ini? Apa yang sedang mereka rencanakan di belakangku?

Itu artinya mereka punya banyak waktu untuk bersama, Cih! Tak akan aku biarkan!

"Kenapa?" tanyaku.

"Ayah kesepian disana, disini kan ramai, ada kamu ada Namira." terangnya.

"Sudahlah Mas, kasian Ayah! Biarkan Ayah tinggal disini untuk sementara waktu. Toh, kamar tamu kosong," sahut Namira.

Baiklah, akan aku ikuti cara main mereka. Sepandai apapun kalian menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga.

Awas kalian!

"Hem, baiklah," Aku mengangguk.

Kulihat wajah Namira berbinar.

***

Malam ini Namira begitu s3ksi sekali, ia mengenakan gaun malam yang sedikit rendah bagian dada.

Sebelum mengetahui perselingkuhannya dengan ayah aku merasa pria yang paling beruntung memiliki istri secantik Namira, tapi sekarang? Kecantikan istriku tidak ada apa-apanya.

Aku mendesah pelan, mengingat perselingkuhannya dengan ayahku sendiri.

"Mira ... diluar ada ayah, kenapa kamu memakai baju seperti itu,"

"Aku gerah, Mas. Lagipula ayah diluar bukan di sini,"

Aku memijat pelipis, tak kuasa mengetahui kenyataan yang pahit ini.

"Mira ... kemarilah," pintaku.

Mira tersenyum, kemudian mendekat ke arahku.

"Apa Mas?" tanya nya.

"Apa kamu masih mencintaiku?" gumamku.

Aku menanti jawabannya, Namira malah tertawa.

"Pertanyaan konyol, sudahlah lebih baik kita tidur saja."

Namira menarik selimut, kemudian membelakangiku.

Aku mengusap wajah gusar.

***

Aku terbangun saat mendapati ranjang di sebelahku kosong, aku melihat ke arah jam dinding, ternyata baru pukul 12 malam,

Aku mengernyitkan kening, mendapati Namira tidak ada di sebelahku.

"Dimana dia?" gumamku.

Aku turun dari ranjang dan bergegas keluar kamar, mencari Namira tanpa suara.

Mendadak perasaanku tak enak, aku mencari di semua ruangan tapi tidak menemukannya.

Lalu di mana istriku itu berada?

Jika Namira tidak ada di semua tempat, hanya ada satu kemungkinan.

Kamar tamu!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status