Alva sudah menduga jika sang ibu akan mengaku protes. Skak tetapi, ia tak bisa melakukan apa pun karena Tuan Rafa, ayahnya Cantika tak mau di bantah. "Soalnya ayahnya lagi di Jakarta, lusa balik lagi ke Bandung." Alva mencoba mencari alasan.Terlihat sang ibu tak begitu saja percaya, tapi Alva mencoba meyakinkannya. Untung saja Bu Shafira tak bertanya kembali. "Ya sudah, nanti Mama bilang ke papa. Kamu itu bikin kepala sakit saja, Al." Berlian mengelus pundak sang ibu, ia takut terjadi sesuatu padanya. Mungkin terlihat jelas raut wajah Bu Shafira yang terlihat tidak suka. "Ma, dalam kandungan Cantika ada anak Alva. Mau enggak mau, Mama harus terima. Kasian anak itu," ujar Berlian. Alva yang mendengar itu merasa jijik. Apalagi saat menyebut dirinya ayah dari bayi yang sama sekali tidak di kenal.Beruntungnya Berlian pun ikut memberikan penjelasan hingga sang ibu mulai mengerti. Alva pun ke luar dari ruangan itu. Isi kepalanya mulai suntuk apalagi memikirkan pernikahan itu.Di ruan
Jonathan kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh Arnold. Belum mulai saja, pernikahan yang akan berlangsung dalam beberapa hari saja sudah banyak godaannya. Memang sangat sulit untuk menuju sesuatu yang indah, banyak rintangan di jalan yang harus dirinya lewati."Ah."Jonathan bangkit dia melangkah menuju sebuah taman dirinya mencari kesegaran untuk pikirannya yang begitu padat membuat ia bekerja pun tak mampu berkonsentrasi.Anggun, nama wanita yang dulu selalu berada di pikiran Jonathan setelah ia tahu jika Berlian menghilang dan tak ada kabar. kesehariannya bersama Anggun membuatnya ia jatuh hati. Entahlah perasaannya kepada wanita itu seperti terbakar kembali, benih-benih cinta seakan mulai tumbuh lagi di dalam hatinya. Namun, dirinya ingat jika anggun itu hanyalah sebuah masa lalu, menurut sang kakak jika dirinya terus bersama anggun itu akan menjadi duri dalam hubungan dirinya dan juga Berlian nanti.Apalagi Anggun sangat baik dan suka bergaul. Saat di luar negri orang pertam
Pak Ferdinand diam seketika saat Jonathan marah. Heran kenapa anaknya itu bisa semarah itu. Begitu sangat membela wanita yang membuatnya begitu kesal.Apa hebatnya wanita itu sehingga sampai tergila-gila kepadanya, dirinya sudah melakukan berbagai cara untuk memisahkan mereka berdua. Namun, permintaan keduanya semakin dekat.Mulai dari Alea hingga sekarang Anggun tak mampu meluluhkan hati Jonathan. Apalagi sekarang, hari pernikahan mereka semakin dekat membuat dirinya tidak tenang. Dia tidak mau kalah dari Berlian, bisa-bisa wanita itu akan mempermalukannya."Jo, cobalah pertimbangkan Anggun. Wanita itu lebih segalanya daripada Berlian," ungkap Pak Ferdinand.Jonathan bangkit dia menggebrak meja hingga membuat Pak Ferdinand mundur karena terkejut oleh tingkah anaknya itu.Entah kenapa harusnya pak Ferdinand tak bicara hal yang mengundang kemarahan sang anak. Namun, seolah-olah tak kapok, sang ayah terus membuat anaknya marah.Tangan Jonathan mengepal, merah ia benar-benar tidak menget
Alva Sampai di rumah setelah menemui sang ayah, ia pun kini memerkirakan mobilnya di halaman. Setelah mendapatkan jawaban dari sang ayah, Alva pun langsung menghubungi Cantika lewat pesan singkat. Senyum itu tak lepas dari bibirnya, tapi ia sadar kenapa bisa dirinya sesenang itu saat ayahnya mau menemui keluarga cantika. Padahal pernikahan mereka adalah sebuah drama yang sudah mereka tanda tangani sesuai dengan kesepakatan. Alva mengacak-acak rambut, ia mulai merasa ada yang aneh dalam dirinya. Alva turun dari mobil melangkah masuk dan bertemu dengan Berlian dan Cinta."Hai, Om." Cinta menyapa Alva."Hai, cantik. Dari mana, mau ke mana nih?" tanya Alva dengan gayanya yang sok asik. "Mau ke Indomarco, mau beli es cream sama mama. Om mau ikut?" tanya Cinta dengan polos."Hmm, kayanya enggak. Kamu saja sama mama kamu, om belum mandi masih bau asem," ujar Alva sembari memperagakan mencium bajunya.Cinta tertawa, lalu mengangguk dan melihat sang ibu. "Al, bagaimana dengan Papa? Apa se
"Buat apa iri," ujar Vera. Wajah Vera memerah saat Cantika sengaja mengejeknya. Saudara sepupunya Cantika memang sejak lama selalu iri dengan apa yang dimiliki oleh dirinya. Vera tidak terima jika Cantika kau lebih dulu menikah daripada dirinya. Apalagi Cantika yang baru saja lulus sekolah.Vera sengaja datang ingin tahu bagaimana wajah dan pekerjaan calon dari sepupunya itu. "Kamu yakin menikah muda, bukannya kamu ingin kuliah?" "Harus yakinlah Ver. Lagi pula calon aku enggak masalah jika aku menikah lalu berkuliah." Cantika kembali memperlihatkan senyum manisnya. Cantika yakin setelah ia melahirkan anaknya, sang ayah akan memintanya untuk berkuliah dan meneruskan cita-citanya. Ayahnya tidak begitu saja membiarkan dirinya menjadi ibu rumah tangga tanpa pendidikan."Kok bisa Om Rafa menyetujui kamu menikah dengan pacar kamu, emangnya pacar kamu kaya Raya atau sengaja menumpang hidup karena tahu papa kamu kaya?" Pertanyaan Vera seolah-olah menyindirnya, Cantika tahu apa yang dimak
Alva begitu gugup saat melihat dirinya di cermin dengan menggunakan kemeja batik yang disiapkan oleh sang ibu. Hari ini mereka akan mendatangi keluarga Cantika, tapi ia tidak mengerti kenapa yang begitu merasa ada yang aneh. "Ini hanya pernikahan kontrak, aku seolah-olah seperti ingin melamar wanita yang benar-benar aku cintai." Alva bergumam sendiri sembari menatap cermin.Alva menarik nafas dalam lalu bersiap keluar kamar untuk menemui kedua orang tuanya sudah siap untuk berangkat. Bu Safira melihat Alva dengan teliti, dari ujung kaki hingga kepala sang anak terlihat sangat tampan dan sempurna. Lagi-lagi ia merasa Cantika tidak pantas untuk anaknya yang sudah dewasa dan matang."Ada apa Ma?" tanya Alva. "Eh, enggak kok. Cuma kaget aja lihat kamu begitu tampan.""Ah mama bisa saja." Alva menggaruk kepalnya yang tak gatal. Pak Hardian dan langsung mengajak untuk secepatnya berangkat karena ia tidak bisa lama-lama bertemu dengan keluarga Cantika. Ada rapat dapat dengan rekan bisnis
Pesona Pak Hardian tidak lepas dari pandangan beberapa adik perempuan Tuan Rafa dan keluarganya yang lebih muda. ayah dari Alva itu memang sejak dulu selalu membuat setiap orang yang bertemu dengannya kagum apalagi saat ia berbicara dengan sopan dan santun. Belum mengatakan jika dirinya ada pengusaha sukses di beberapa kota dan juga memiliki banyak perusahaan. Dari cara berbicaranya dia sangat berwibawa apalagi saat memulai untuk meminta maaf atas perbuatan Alva terhadap Cantika hingga membuat malu keluarganya."Saya secara langsung minta maaf, apa yang dilakukan oleh Alva tidak benar. Kami langsung saja datang ke sini untuk mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan oleh anak saya," ujar Pak Hardian.Berlian menatap Pak Hardian yang sangat santai dalam menyampaikan dan tujuan mereka datang. ayah sambungnya terlihat sangat marah saat awal pertama kali Alva mengatakan jika dia menghamili Cantika. Namun, saat berhadapan dengan Tuan Rafa Ayah sambungnya itu terlihat sangat santai dan t
"Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba datang dan mengatakan ingin bersamaku padahal saat di luar negeri ia menolak perhatian dariku. Saat ini dia malah datang menghampiri dan menawarkan sesuatu yang tak mungkin aku jalani.""Hah, serius kamu? Ih, aduh kok mama enggak mikir kalau ada udang di balik batu. Besok mama pulangin deh, atau kamu transfer uang ke mama deh buat bayar semua ini," ujar Bu Santi."Iya, Ma. Tenang, nanti aku transfer."Calon pengantin baru itu masih saja bekerja, padahal besok dirinya harus segar saat acara berlangsung. Namun, Jonathan masih saja meeting dengan beberapa kliennya."Kamu yakin enggak mau istirahat, besok acara kamu sakit atau capek kan enggak lucu," ujar Bu Santi."Ma, santai saja. Lagi pula ini tander penting, mana bisa di lepas begitu saja." "Mau jadi menantu pengusaha besar kok masih bekerja, nikmatin aja sih." Jonathan hanya bisa tersenyum menanggapi sang ibu. Ia pun sadar ketika menjadi menantu Pak Hardian, mungkin ia akan semakin sibuk dan banyak