Selama Lima tahun Berlian hidup bersama sang anak. Hidupnya sangat sulit hingga akhirnya ia mendapat perkejaan di sebuah perusahaan sebagai office girl. namun, tanpa di sangka olehnya ia kembali bertemu dengan pria yang pernah singgah di hatinya. namun,pria itu kini terlihat dingin dan sudah memiliki tunangan. bagaimana nasib Berlian yang ingin sekali mengatakan pada Jonatan tentang Cinta, anak perempuan yang ia lahiran tanpa dia tahu.
View More“Hei, ini lift khusus karyawan! Office Girl cuma boleh lewat tangga atau lift barang. Sana jauh-jauh!”
Mendengar hal itu, Berlian langsung buru-buru mundur dan menyingkir, memberikan jalan agar kedua pegawai perempuan yang menegurnya tersebut bisa lewat. Wanita dengan seragam biru dongker tersebut bisa melihat orang yang tadi menegurnya mencibir tidak suka dan bahkan menutup hidungnya ketika ia melewati Berlian.“Lagian, harusnya sadar dong kalo naik lift karyawan, yang ada situ malah bikin liftnya bau dan nggak nyaman!”Sekali lagi, Berlian tidak bisa melakukan apa pun dan hanya bisa tersenyum sopan tanpa melawan hinaan mereka. Toh dirinya juga salah. Sebelumnya, Berlian tidak pernah bekerja sebagai office girl dan ini baru hari ketiganya bekerja di gedung perusahaan megah ini. Salahnyalah kurang menyadari posisi terbarunya.Lagi pula, setelah dipecat dari pekerjaan lamanya, tidak mungkin ia melakukan kesalahan yang akan membuat dirinya kehilangan pekerjaan lagi padahal ada sang anak yang harus ia hidupi.Bayangan putrinya membuat Berlian meneguhkan hatinya dan berjalan menuju tangga darurat untuk naik ke lantai atas.“Minggir, punya telinga enggak sih?”Berlian pun mundur dan melangkah menjauh dari lift dan menuju tangga darurat. Ia menarik napas dalam, hinaan demi hinaan yang diterimanya cukup membuat hatinya begitu sakit. Namun, mau bagaimana pun dirinya harus kuat.Langkahnya pelan menaiki anak tangga, lagi-lagi ia harus kuat mengingat ada Cinta sang buah hati yang harus dihidupinya.“Lian, tolong kamu ke lantai 25. Si Neni enggak masuk. Gantikan dia rapikan ruangan bekas meeting sekaligus ruangan Pak Bos Jo.” Bu Heni langsung memintanya saat tidak sengaja mereka bertemu di tangga darurat.“Iya, Bu.”Berlian sedikit berpikir, apa ia harus naik tangga darurat juga untuk naik ke lantai 25 itu atau nekat naik lift saja pikirnya.“Jangan lupa, pokoknya harus bersih. Jangan ada yang kotor,” perintah Bu Heni. “Bangku dan meja juga kamu tata rapi karena besok pagi ruang meeting akan dipakai lagi. Kerjakan malam ini saja. Bisa?”“Bisa.” Berlian mengangguk pasrah akan lembur malam ini.Bu Heni langsung meninggalkan Berlian setelah memberikan tugas. Wanita tua itu pun tidak peduli bagaimana pikiran Berlian. Yang ia tahu, ruangan itu bersih dan rapi besok pagi.Berlian pun membalikkan badan, ia memilih menaiki lift barang saja ke lantai yang ia tuju sekarang daripada kakinya sudah lelah sebelum ia berberes ruangan bosnya sepulang kerja nanti.Waktu berjalan sangat cepat, tanpa terasa jam pulang sejak tadi sudah terlewat. Berlian pun gegas merapikan pekerjaannya dan menuju lantai 25 sesuai dengan perintah Bu Heni tadi.Kebetulan lobi sudah sepi, ia bisa naik lift tanpa takut ada yang melarang karena lift barang sedang tidak berfungsi. Berlian merasa lega, saat sedang menunggu lift, seorang wanita cantik dan seksi lewat di hadapannya. Mereka berbarengan menaiki lift.Sesekali ia melirik ke arah wanita itu, Berlian pun berandai-andai hidupnya tanpa beban. Memakai baju bagus juga make up agar terlihat cantik. Segala harta pun bisa membuat sang anak tercukupi, tanpa harus lelah mencari uang.Berlian menarik napas, ia harus terbangun dari lamunan karena lift sudah berhenti di lantai yang ia pilih. Ia pun tidak menyangka jika akan turun bersamaan dengan wanita itu.Namun, wanita cantik itu melangkah memasuki ruangan sang bos, sedangkan dirinya harus membersihkan ruangan meeting juga. Ia mulai dengan menyapu, mengepal lantai juga merapikan bangku yang berantakan.Namun, ketika ia tengah membersihkan ruangan, gerakannya terhenti saat mendengar kedua orang sedang berbincang.“Siapa mereka berdua?” Berlian bergumam pelan. Tampaknya bukan hanya ia yang harus lembur malam ini.Ia pun mencoba memperjelas pendengaran dengan melangkah lebih dekat dengan ruangan yang tidak tertutup rapat itu. Sudah malam pikirnya kenapa sang bos belum juga pulang.“Sejak tadi aku mencoba menghubungi kamu, tidak ada jawaban. Ya, sudah aku ke sini saja.”Berlian mendengar suara manja seorang wanita yang tengah merengek .“Hmm.”“Sayang, kita lanjutkan perbincangan kita waktu itu.” Wanita itu Kembali merengek. “Ehm, tentang pernikahan sepertinya aku mau langsung menikah saja tanpa ada pertunangan.”“Cukup, Alea!” Berlian terkejut ketika mendengar seorang pria menanggapi rengekan tersebut dengan keras. “Nanti saja kita bicarakan!”Anehnya, Berlian merasa seperti mengenal suara pria itu.Tiba-tiba saja Berlian mendengar suara derap langkah ke luar ruangan. Buru-buru Berlian menjauh dari ruangan itu karena takut ketahuan jika ia tidak sengaja mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Ia pun kembali merapikan beberapa pekerjaan termasuk mengelap kaca jendela.“Astaga, siapa yang menaruh ember di sini!?”Berlian tersentak ketika mendengar suara tinggi Alea, menghardik penuh emosi. Baru saat itu Berlian menyadari bahwa ember berisi air kotor belas mengepel tertingal di depan ruangan CEO tadi.Dengan cepat Berlian membalikkan badan berniat mengambilnya ember dan meminta maaf, tapi dirinya seolah-olah tak bisa bergerak saat melihat siapa yang berada di hadapannya. Pria gagah yang menjadi pengisi hari-hari indahnya di masa lalu berdiri tegap di hadapannya“Kamu?”6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments