Alva Sampai di rumah setelah menemui sang ayah, ia pun kini memerkirakan mobilnya di halaman. Setelah mendapatkan jawaban dari sang ayah, Alva pun langsung menghubungi Cantika lewat pesan singkat. Senyum itu tak lepas dari bibirnya, tapi ia sadar kenapa bisa dirinya sesenang itu saat ayahnya mau menemui keluarga cantika. Padahal pernikahan mereka adalah sebuah drama yang sudah mereka tanda tangani sesuai dengan kesepakatan. Alva mengacak-acak rambut, ia mulai merasa ada yang aneh dalam dirinya. Alva turun dari mobil melangkah masuk dan bertemu dengan Berlian dan Cinta."Hai, Om." Cinta menyapa Alva."Hai, cantik. Dari mana, mau ke mana nih?" tanya Alva dengan gayanya yang sok asik. "Mau ke Indomarco, mau beli es cream sama mama. Om mau ikut?" tanya Cinta dengan polos."Hmm, kayanya enggak. Kamu saja sama mama kamu, om belum mandi masih bau asem," ujar Alva sembari memperagakan mencium bajunya.Cinta tertawa, lalu mengangguk dan melihat sang ibu. "Al, bagaimana dengan Papa? Apa se
"Buat apa iri," ujar Vera. Wajah Vera memerah saat Cantika sengaja mengejeknya. Saudara sepupunya Cantika memang sejak lama selalu iri dengan apa yang dimiliki oleh dirinya. Vera tidak terima jika Cantika kau lebih dulu menikah daripada dirinya. Apalagi Cantika yang baru saja lulus sekolah.Vera sengaja datang ingin tahu bagaimana wajah dan pekerjaan calon dari sepupunya itu. "Kamu yakin menikah muda, bukannya kamu ingin kuliah?" "Harus yakinlah Ver. Lagi pula calon aku enggak masalah jika aku menikah lalu berkuliah." Cantika kembali memperlihatkan senyum manisnya. Cantika yakin setelah ia melahirkan anaknya, sang ayah akan memintanya untuk berkuliah dan meneruskan cita-citanya. Ayahnya tidak begitu saja membiarkan dirinya menjadi ibu rumah tangga tanpa pendidikan."Kok bisa Om Rafa menyetujui kamu menikah dengan pacar kamu, emangnya pacar kamu kaya Raya atau sengaja menumpang hidup karena tahu papa kamu kaya?" Pertanyaan Vera seolah-olah menyindirnya, Cantika tahu apa yang dimak
Alva begitu gugup saat melihat dirinya di cermin dengan menggunakan kemeja batik yang disiapkan oleh sang ibu. Hari ini mereka akan mendatangi keluarga Cantika, tapi ia tidak mengerti kenapa yang begitu merasa ada yang aneh. "Ini hanya pernikahan kontrak, aku seolah-olah seperti ingin melamar wanita yang benar-benar aku cintai." Alva bergumam sendiri sembari menatap cermin.Alva menarik nafas dalam lalu bersiap keluar kamar untuk menemui kedua orang tuanya sudah siap untuk berangkat. Bu Safira melihat Alva dengan teliti, dari ujung kaki hingga kepala sang anak terlihat sangat tampan dan sempurna. Lagi-lagi ia merasa Cantika tidak pantas untuk anaknya yang sudah dewasa dan matang."Ada apa Ma?" tanya Alva. "Eh, enggak kok. Cuma kaget aja lihat kamu begitu tampan.""Ah mama bisa saja." Alva menggaruk kepalnya yang tak gatal. Pak Hardian dan langsung mengajak untuk secepatnya berangkat karena ia tidak bisa lama-lama bertemu dengan keluarga Cantika. Ada rapat dapat dengan rekan bisnis
Pesona Pak Hardian tidak lepas dari pandangan beberapa adik perempuan Tuan Rafa dan keluarganya yang lebih muda. ayah dari Alva itu memang sejak dulu selalu membuat setiap orang yang bertemu dengannya kagum apalagi saat ia berbicara dengan sopan dan santun. Belum mengatakan jika dirinya ada pengusaha sukses di beberapa kota dan juga memiliki banyak perusahaan. Dari cara berbicaranya dia sangat berwibawa apalagi saat memulai untuk meminta maaf atas perbuatan Alva terhadap Cantika hingga membuat malu keluarganya."Saya secara langsung minta maaf, apa yang dilakukan oleh Alva tidak benar. Kami langsung saja datang ke sini untuk mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan oleh anak saya," ujar Pak Hardian.Berlian menatap Pak Hardian yang sangat santai dalam menyampaikan dan tujuan mereka datang. ayah sambungnya terlihat sangat marah saat awal pertama kali Alva mengatakan jika dia menghamili Cantika. Namun, saat berhadapan dengan Tuan Rafa Ayah sambungnya itu terlihat sangat santai dan t
"Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba datang dan mengatakan ingin bersamaku padahal saat di luar negeri ia menolak perhatian dariku. Saat ini dia malah datang menghampiri dan menawarkan sesuatu yang tak mungkin aku jalani.""Hah, serius kamu? Ih, aduh kok mama enggak mikir kalau ada udang di balik batu. Besok mama pulangin deh, atau kamu transfer uang ke mama deh buat bayar semua ini," ujar Bu Santi."Iya, Ma. Tenang, nanti aku transfer."Calon pengantin baru itu masih saja bekerja, padahal besok dirinya harus segar saat acara berlangsung. Namun, Jonathan masih saja meeting dengan beberapa kliennya."Kamu yakin enggak mau istirahat, besok acara kamu sakit atau capek kan enggak lucu," ujar Bu Santi."Ma, santai saja. Lagi pula ini tander penting, mana bisa di lepas begitu saja." "Mau jadi menantu pengusaha besar kok masih bekerja, nikmatin aja sih." Jonathan hanya bisa tersenyum menanggapi sang ibu. Ia pun sadar ketika menjadi menantu Pak Hardian, mungkin ia akan semakin sibuk dan banyak
Berlian terbangun saat alarm berbunyi, Ia pun bergegas untuk mempersiapkan diri karena hari ini adalah hari yang paling spesial baginya. sebuah kebahagiaan yang akhirnya muncul di hidupnya, akad nikah yang akan dilangsungkan bersama dengan orang yang selalu ia sebut doanya selama beberapa tahun ini.Berlian menatap Cinta putrinya yang masih tertidur pulas, ia bisa membawa ayahnya ke pelukan mereka. Jika tidak ada halangan hari ini status Berlian akan berubah menjadi seorang istri dari pria bernama Jonathan. kekasih Masa lalu yang selalu ada di ingatannya. Sebuah panggilan masuk berdering di ponsel berlian. nama Jonathan terlihat jelas di layar itu. Berlian pun cepat mengambil ponsel dan menerima panggilan."Pagi Sayang, sudah bangun?" Suara lembut dari ujung telepon membuatnya merasa sangat dicintai. "Baru saja bangun sebentar lagi aku akan bersiap mandi dan mungkin kami semua akan berangkat ke gedung. Bagaimana dengan kamu?" kalian bertanya kembali."insya Allah kami semua sudah si
Mereka sampai di gedung pernikahan, pukul 08.00 acara akan di mulai. 30 menit lagi, Jonathan begitu gugup, tangannya dingin apalagi saat melihat Berlian muncul dengan sangat cantik menggunakan kebaya putih yang membuatnya sangat anggun. Jonathan sampai terpesona melihat calon istrinya yang begitu cantik. Berlian juga tidak kalah gugup, bahkan tubuhnya seketika lemas saat perias berhasil mendandani dirinya. Benar apa yang dikatakan oleh ibunya jika sebelum pernikahan dirinya harus benar-benar sehat dan mengkonsumsi vitamin ternyata ini yang dimaksud.Bu Shafira membantu Berlian untuk duduk di sebelah Jonathan."Jo, awas kalau salah," bisik Arnold.Sebelum pernikahan dan menunggu penghulu untuk datang, Arnold meminta agar Jonathan dan Berlian berfoto terlebih dahulu.Jonathan melirik ke arah sang kakak bisa-bisanya di saat serius seperti ini kakaknya masih membuat lelucon yang sangat menjengkelkan."Jo, jangan lupa nanti malam kau langsung buat adik untuk Cinta," bisik Arnold kembali
Alva harus menuruti Cantika yang mau makan ketan susu. Tak di turuti, kasihan lihat wajah sedihnya lagi pula nanti anaknya ileran. Ia tidak mau jika harus memiliki anak seperti itu."Enak sekali ini. Aku suka," ujar Cantika yang membayangkan makanan tersebut.Dirinya heran Cantika lahir dari keluarga kaya, tetapi wanita yang ada di samping yaitu begitu sangat sederhana. Bahkan menurutnya jika Cantika itu terkesan polos dan juga bodoh tetap saja menganggapnya sebagai pelayan cafe dan tidak menyadari jika dirinya juga sama halnya seperti Jonathan yang memiliki kekuasaan.Akan tetapi Alva lebih menyukai hal ini karena, karena dapat terlihat dengan jelas tentang ketulusan orang tua Cantika yang memperlakukannya seperti apa saat belum mengetahui jika dirinya bukan lah seorang karyawan cafe biasa.Sementara itu acara berlangsung hikmah, setelah akad nikah terbitlah resepsi megah di gedung itu. Walau Berlian meminta pada ayah sambungnya untuk tidak terlalu megah, tetapi nyatanya tetap saja a
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi