Alva harus menuruti Cantika yang mau makan ketan susu. Tak di turuti, kasihan lihat wajah sedihnya lagi pula nanti anaknya ileran. Ia tidak mau jika harus memiliki anak seperti itu."Enak sekali ini. Aku suka," ujar Cantika yang membayangkan makanan tersebut.Dirinya heran Cantika lahir dari keluarga kaya, tetapi wanita yang ada di samping yaitu begitu sangat sederhana. Bahkan menurutnya jika Cantika itu terkesan polos dan juga bodoh tetap saja menganggapnya sebagai pelayan cafe dan tidak menyadari jika dirinya juga sama halnya seperti Jonathan yang memiliki kekuasaan.Akan tetapi Alva lebih menyukai hal ini karena, karena dapat terlihat dengan jelas tentang ketulusan orang tua Cantika yang memperlakukannya seperti apa saat belum mengetahui jika dirinya bukan lah seorang karyawan cafe biasa.Sementara itu acara berlangsung hikmah, setelah akad nikah terbitlah resepsi megah di gedung itu. Walau Berlian meminta pada ayah sambungnya untuk tidak terlalu megah, tetapi nyatanya tetap saja a
Keluarga Cantika memberikan selamat pada Berlian dan Jonathan. Sebagai calon besan, jadi mereka semua menghadiri acara pernikahan itu. Mereka kira jika acaranya akan biasa-biasa saja ternyata acaranya begitu mewah."Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah, semoga selalu diberikan kebahagiaan di pernikahan kalian berdua."Berlian tersenyum, lalu dirinya mengucapkan terima kasih kepada Vera dan juga ibunya."Mereka semua adalah keluarga dari Cantika," bisik Berlian kepada Jonathan.Jonathan mengangguk rasa penasarannya telah sirna, karena sebelumnya ia tidak pernah melihat orang-orang tersebut, mereka juga bukan dari rekan bisnis ayahnya ataupun pak Hardian. Lelaki itu menebar senyum.Vera yang melihat senyum itu malah meleleh dan terpesona. Ia berandai-andai dirinya yang sedang berada di pelaminan itu bersama Jonathan. Pasti dirinya akan menjadi wanita paling bahagia karena mendapatkan suami paket lengkap selain tampan juga kaya raya. Mungkin hidupnya akan berasa di s
Hari bahagia Berlian dan Jonathan ternoda dengan kehadiran Anggun. Wajah bahagia Berlian sirna seketika ketika melihat kehadiran Anggun, orang yang sama sekali tidak dirinya harapkan untuk datang di dalam pesta pernikahannya.Wanita itu segera menatap sang suami, ia berpikir apakah Anggun datang karena undangan Jonathan, pada hal keduanya sudah sepakat untuk tidak mengundang Anggun.Jonathan yang mengerti arti tatapan dari sang istri, lelaki itu mengangkat bahu jika dirinya tidak tahu menahu perihal itu.Bu Maya yang datang bersama dengan anaknya pun menyapa bu Santi. Sedikit merasa tidak enak dengan Jonathan, ia lupa jika mengundang bu Maya karena mereka saling kenal. "Hai Bu Santi, maaf ya saya dan anggun datangnya terlambat semoga saja pestanya belum selesai," ujar Bu Maya.Dari atas pelaminan, berlian menatap interaksi antara ibu mertuanya dan juga Anggun beserta ibunya. Wajah berlian sudah menunjukkan ketidaksukaan kepada wanita itu, dirinya memiliki sebuah feeling jika Anggun m
Bu Santi langsung menghampiri bu Maya dan Anggun yang sedang mencicipi hidangan. Mendengar apa yang diucapkan oleh besannya membuat dirinya harus waspada.Jika benar apa yang diucapkan oleh bu Shafira tentang perubahan raut wajah berlian karena mereka berdua, dirinya tidak akan memaafkan mereka berdua. Dirinya lah yang bersalah karena dengan ceroboh sudah mengundang mereka berdua untuk datang ke pesta pernikahan ini."Apa kabar Tante?" Anggun langsung menyambut ramah kehadiran bu Santi. Jadinya harus mendapatkan simpati wanita itu agar bisa mempermudah jalannya merebut Jonathan dari sisi Berlian.Bu Santi tidak menanggapinya, ia bahkan tidak membalas senyuman Anggun. Memilih untuk tidak memperhatikannya."Saya harap kedatangan kalian berdua ini hanya untuk memenuhi undangan saya dan tidak memiliki maksud lainnya lagi apalagi berniat untuk membuat masalah dihubungan Berlian dan Jo," ungkap Bu Santi to the point.Melihat gelagat dari kedua orang itu membuat dirinya sadar telah melakuka
Pesta pernikahan mereka membuat keduanya merasakan lelah di tubuh. berlian sejenak merebahkan tubuh di kasur dengan masih mengenakan baju pengantin dan riasan yang melekat di wajah. sudah satu jam ia tertidur saat Jonatan pamit untuk keluar menemui beberapa tamu yang datang ke rumahnya karena tak bisa hadir di pestanya tadi pagi.Jonathan masuk ke kamar setelah para tamunya pulang. ia melihat berlian masih tertidur pulas, Jonathan tak berniat membangunkannya hanya saja saya masih menggunakan baju pengantin.Perlahan ia membangunkannya dengan lembut, lalu berbisik pelan di telinganya. "Sayang ganti bajunya dulu, tidur lagi." Berlian membuka mata perlahan lalu ia terkaget saat melihat Jonathan berada di kamar itu. "Kamu --" "Lupa kalau kita sudah menikah?" tanya Jonathan."Astaga, maaf Jo. Mungkin aku terlalu lelah jadi belum konsen," ucap Berlian."Enggak apa, aku paham. Kalau mau tidur, mandi ganti baju dulu. Masa kamu mau tidur dengan baju kotor dan wajah masih penuh make up. Nant
Jonathan dan juga Berlian melangkah bersama ke arah keluarga yang sudah berkumpul di meja makan. Dari kejauhan nenek Lastri dan juga yang lainnya sudah memperhatikan keduanya yang tengah tertawa bersama. Mereka langsung bergabung dengan keluarga untuk makan pagi."Selamat pagi Mama Papa." Cinta menyapa kedua orang tuanya. Gadis itu langsung mendapatkan sebuah kecupan hangat dari Jonathan. Berlian juga mengelus puncak kepala anaknya, ternyata Cinta bisa menjadi seorang gadis yang mandiri tanpa ada dirinya."Selamat pagi semua," ujar Berlian.Sama halnya dengan berlian dan Jonathan yang menyapa mereka semua. Nenek Lastri, pak Hardian, bu Shafira dan juga Alva tersenyum melihat tingkah kaku berlian, wanita itu beberapa kali membuang muka saat tidak sengaja berpapasan mata dengan keluarganya.Berlian merasa jika tatapan keluarganya tidak sama seperti biasanya tetapan mereka seperti penuh curiga bahkan membuat dirinya sangat malu."Apa kalian berdua semalam bisa tidur nyenyak?" tanya Nene
Berlian tidak fokus bekerja, dirinya terus memikirkan obrolan pagi tadi dengan sang suami. Jonathan mengajaknya untuk tinggal di rumah Pak Ferdinand sementara waktu sambil menunggu renovasi rumah baru mereka selesai. Dirinya juga sadar jika di rumah pak Hardian pasti suaminya itu tidak merasa nyaman.Namun, apakah jika dirinya tinggal di rumah orang tua Jonathan akan merasa nyaman? Tinggal satu atap dengan Pak Ferdinand ayah Jonathan yang selalu berusaha untuk memisahkan mereka berdua dengan berbagai macam cara. Bahkan lelaki itu masih sempat-sempatnya mencarikan jodoh untuk Jonathan padahal sudah jelas mereka akan segera menikah. Apakah dirinya masih bisa bersikap ramah seperti tidak ada apa-apa? Sedikit malas ia berada dalam satu rumah dengan pria yang berulang kali mencoba memisahkan mereka. Berlian menghela nafasnya panjang, ia menetap ke arah pintu yang memperlihatkan sosok bu Shafira yang baru saja datang."Ada apa Lian mengapa wajahmu terlihat seperti murung?" tanya Bu Shafira
Alva menarik napas dalam, di hatinya ia ingin sekali tertawa dengan apa yang di katakan Vera dengan ibunya. Belum waktunya mengatakan sebenarnya tentang dirinya. Lagi pula, ia tak mau membuat mereka berpikir dirinya kaya padahal semua milik orang tuanya. Alva meminum es Milo milik Cantika yang sejak tadi sudah mencair. Cantika merajuk karena Alva meminum minumannya tanpa bilang. "Alva, punya aku." "Aku haus mendengarkan cerita kamu," ujar Alva."Harusnya aku yang haus, bukan kamu." Cantika berubah masam.Alva meminta karyawannya memesan Milo kembali untuk mengganti punya Cantika yang ia minum. Alva menatap gadis itu, bibirnya maju dan dia merajuk membuat Alva gemas ingin mencuil hidung mancungnya. Cantika sedikit malu saat ia memergoki Alva sedang menatapnya dengan senyum. pria berlesung pipi berambut kecoklatan itu ternyata jika dipandang begitu mempesona dengan ketampanannya yang selama ini Cantika tak pernah melihatnya secara jelas. Pantas saja sejak awal bertemu Vera tak berh
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi