Berlian tidak fokus bekerja, dirinya terus memikirkan obrolan pagi tadi dengan sang suami. Jonathan mengajaknya untuk tinggal di rumah Pak Ferdinand sementara waktu sambil menunggu renovasi rumah baru mereka selesai. Dirinya juga sadar jika di rumah pak Hardian pasti suaminya itu tidak merasa nyaman.Namun, apakah jika dirinya tinggal di rumah orang tua Jonathan akan merasa nyaman? Tinggal satu atap dengan Pak Ferdinand ayah Jonathan yang selalu berusaha untuk memisahkan mereka berdua dengan berbagai macam cara. Bahkan lelaki itu masih sempat-sempatnya mencarikan jodoh untuk Jonathan padahal sudah jelas mereka akan segera menikah. Apakah dirinya masih bisa bersikap ramah seperti tidak ada apa-apa? Sedikit malas ia berada dalam satu rumah dengan pria yang berulang kali mencoba memisahkan mereka. Berlian menghela nafasnya panjang, ia menetap ke arah pintu yang memperlihatkan sosok bu Shafira yang baru saja datang."Ada apa Lian mengapa wajahmu terlihat seperti murung?" tanya Bu Shafira
Alva menarik napas dalam, di hatinya ia ingin sekali tertawa dengan apa yang di katakan Vera dengan ibunya. Belum waktunya mengatakan sebenarnya tentang dirinya. Lagi pula, ia tak mau membuat mereka berpikir dirinya kaya padahal semua milik orang tuanya. Alva meminum es Milo milik Cantika yang sejak tadi sudah mencair. Cantika merajuk karena Alva meminum minumannya tanpa bilang. "Alva, punya aku." "Aku haus mendengarkan cerita kamu," ujar Alva."Harusnya aku yang haus, bukan kamu." Cantika berubah masam.Alva meminta karyawannya memesan Milo kembali untuk mengganti punya Cantika yang ia minum. Alva menatap gadis itu, bibirnya maju dan dia merajuk membuat Alva gemas ingin mencuil hidung mancungnya. Cantika sedikit malu saat ia memergoki Alva sedang menatapnya dengan senyum. pria berlesung pipi berambut kecoklatan itu ternyata jika dipandang begitu mempesona dengan ketampanannya yang selama ini Cantika tak pernah melihatnya secara jelas. Pantas saja sejak awal bertemu Vera tak berh
"Maaf Al," ujar Cantika. Wanita itu merasa bersalah kepada Alva.Alva sangat kesal sudah seharian bekerja, banyak sekali masalah yang harus diselesaikan. Lantas memikirkan pernikahan mereka, berusaha untuk mendapatkan hati orang tuanya. Bahkan dirinya berusaha menuruti ngidamnya Cantika, tetapi justru wanita itu seperti mempermainkannya. Dirinya juga sangat lelah, ingin istirahat, tetapi mengapa Cantika justru bersikap seperti kekanak-kanakan. Wanita itu menganggap dirinya seperti robot yang harus mengikuti apa yang dirinya mau.Alva terdiam mendengar permintaan maaf dari wanita itu. Mengapa wanita sangat sulit dimengerti. Padahal dirinya sudah mencoba untuk berbuat baik, tetapi apa balasannya dari wanita itu berlaku sesuka hatinya saja tanpa memikirkan perasaannya."Maafkan aku, Al," ungkap Cantika kembali saat Alva tidak menggubrisnya.Cantika meminta maaf karena bersikap kekanakan. Bukan karena dia tak menghargai apa yang lakukan oleh Alva, melainkan ada pria yang pernah menggores
"Kamu tidak perlu takut seharusnya lelaki itu diberitahu jika kamu telah mengandung anaknya agar dia berpikir tidak sembarangan berbuat," ungkap Alva kembali.Dirinya heran mengapa laki-laki seperti orang yang telah menodai cantikkah itu ada di bumi ini.Cantika menahan Alva, wanita itu menggeleng. Dirinya menginginkan jika Rey selamanya tidak mengetahui tentang kehamilan bahkan tentang anak yang tengah dirinya kandung adalah darah dagingnya sendiri."Jangan, aku takut jika dia tahu dia akan merebut anakku. Orang tuanya memiliki kekuasaan dan harta," ungkap Cantika.Hal itulah yang sebenarnya dirinya takutkan, takut jika Rei mengetahui tentang kehamilannya maka lelaki itu berusaha akan merebut anaknya setelah lahir. Dirinya tidak akan mau jika anaknya dibesarkan oleh lelaki seperti itu mau jadi apa kelak anaknya nanti.Mendengar hal itu dari Cantika, membuat Alva ingin tertawa."Yang berkuasa itu adalah orang tuanya bukan lelaki itu. Jadi kamu tidak perlu takut dengannya," ujar Alva.
Jonathan mengurus perpindahan ke rumah orang tuanya. Hari ini ia sengaja meluangkan waktu dan mengosongkan jadwal untuk merapikan beberapa barang bersama Berlian. Dirinya juga sudah mengatakan hal tersebut kepada bu Santi agar ibunya mempersiapkan keperluannya di rumah itu.Memang saat mengatakan pertama kali, berlian terlihat seperti enggan. Istrinya itu mungkin masih merasa takut jika serumah bersama ayahnya."Hati-hati, ya."Bu Shafira memeluk sang anak. Selama rumah baru Jonathan dan berlian belum selesai direnovasi, nenek Lastri akan tinggal bersama bu Shafira. Berlian tidak enak jika neneknya harus ikut tinggal di rumah pak Ferdinand apalagi lelaki itu masih belum bisa menerimanya maka dari itu bu Shafira menyarankan agar nenek Lastri tetap tinggal bersama dengannya saja untuk menemaninya.Bu Shafira merasakan kesedihan, biasanya setiap hari dirinya bermain dengan sang cucu kini Cinta akan ikut bersama orang tuanya."Cinta jangan nakal ya, kalau cinta kangen nenek bakal langsun
Cinta menghampiri pak Ferdinand yang tengah membaca beberapa buku di ruang tv, anak itu duduk sambil memperhatikan kakeknya."Kakek." Cinta menyapa lelaki itu dengan sangat pelan sampai-sampai suaranya tidak dapat didengar oleh Pak Ferdinand.Dirinya heran, karena pak Ferdinand sejak datang tidak pernah menyapanya sama sekali. Tidak sama seperti pak Hardian yang langsung menyapanya menyambut dengan hangat dan mengajaknya bermain.Anak kecil lugu itu sama sekali tidak tahu jika kakaknya yang di hadapannya sama sekali tak menyukai kehadiran ibunya dan dirinya. Cinta terus saja memperhatikan wajah pak Ferdinand yang terlihat mirip dengan ayahnya Jonathan.Cinta lebih memberanikan diri, ia membuka mulutnya, tetapi tertutup kembali. Dirinya takut untuk mengatakan ataupun menyapa lelaki itu karena wajah Pak Ferdinand terlihat begitu tegas membuat dirinya sedikit takut."Hai kakek kenalkan aku cinta, ibuku namanya Berlian dan aku juga temannya Mischa," ujar Cinta.Cinta dan Mischa juga sudah
Pak Ferdinand menatap Cinta dan istrinya dari balkon. Rasanya ia ingin sekali bergabung dengan mereka, dirinya membayangkan betapa serunya jika dirinya bisa ikut bermain bersama Cinta dan juga bu Santi. Membayangkan hal itu membuat pak Ferdinand tersenyum, dirinya sama seperti seorang kakek yang disayangi oleh cucu-cucunya. Namun ego di dalam hati tak mengizinkan hal itu. Lelaki itu kembali menggeleng, bisa-bisanya dirinya membayangkan hal seperti itu mana mungkin dirinya akan menerima Cinta.Pak Ferdinand tetap kekeh untuk tidak menerima Cinta dan ibunya yaitu Berlian. Wanita itu bisa besar kepala jika dirinya berbuat baik kepada anaknya dan juga wanita itu. Pak Ferdinand tidak ingin dipermalukan oleh siapapun terutama oleh Berlian. Dirinya juga tidak mungkin bisa menerima wanita yang sangat menyebalkan membuat hubungan dirinya dan juga Jonathan renggang seperti ini. Kehadiran berlian menghancurkan mimpi-mimpinya yang sudah dirinya rangkai untuk masa depan Jonathan.Jonathan melihat
"Terimakasih, Pa," ujar Alva.Dirinya senang, karena ayahnya mau berdiskusi mengenai pernikahannya dan juga Cantika. Bahkan ayahnya itu memberikan pesan-pesan untuk dirinya. Alva juga berharap jika Pak Hardian benar-benar mau memberikan Restu, karena dirinya tidak ingin jika hubungannya dengan yang sang ayah yang selama ini terjalin harmonis harus renggang karena persoalan ini.Alva memilih untuk segera pamit dan keluar dari ruangan ayahnya itu. Saat di luar dirinya berpapasan dengan nenek Lastri. Dirinya memilih untuk mengobrol sebentar, karena nenek Lastri pun terlihat sangat merindukan cucunya yaitu Cinta."Selamat beristirahat Nek," ujar Alva.***Setelah semalam dirinya berbicara dengan sang ayah, Alva juga langsung mengirimi pesan kepada Cantika jika dirinya esok akan datang ke rumahnya untuk membicarakan perihal pernikahan mereka kepada tuan Rafa.Kedatangan Alva pun disambut oleh tuan Rafa dan juga cantik kak, Cantika membawakan minuman dan juga camilan."Semalam saya sudah be