Hari bahagia Berlian dan Jonathan ternoda dengan kehadiran Anggun. Wajah bahagia Berlian sirna seketika ketika melihat kehadiran Anggun, orang yang sama sekali tidak dirinya harapkan untuk datang di dalam pesta pernikahannya.Wanita itu segera menatap sang suami, ia berpikir apakah Anggun datang karena undangan Jonathan, pada hal keduanya sudah sepakat untuk tidak mengundang Anggun.Jonathan yang mengerti arti tatapan dari sang istri, lelaki itu mengangkat bahu jika dirinya tidak tahu menahu perihal itu.Bu Maya yang datang bersama dengan anaknya pun menyapa bu Santi. Sedikit merasa tidak enak dengan Jonathan, ia lupa jika mengundang bu Maya karena mereka saling kenal. "Hai Bu Santi, maaf ya saya dan anggun datangnya terlambat semoga saja pestanya belum selesai," ujar Bu Maya.Dari atas pelaminan, berlian menatap interaksi antara ibu mertuanya dan juga Anggun beserta ibunya. Wajah berlian sudah menunjukkan ketidaksukaan kepada wanita itu, dirinya memiliki sebuah feeling jika Anggun m
Bu Santi langsung menghampiri bu Maya dan Anggun yang sedang mencicipi hidangan. Mendengar apa yang diucapkan oleh besannya membuat dirinya harus waspada.Jika benar apa yang diucapkan oleh bu Shafira tentang perubahan raut wajah berlian karena mereka berdua, dirinya tidak akan memaafkan mereka berdua. Dirinya lah yang bersalah karena dengan ceroboh sudah mengundang mereka berdua untuk datang ke pesta pernikahan ini."Apa kabar Tante?" Anggun langsung menyambut ramah kehadiran bu Santi. Jadinya harus mendapatkan simpati wanita itu agar bisa mempermudah jalannya merebut Jonathan dari sisi Berlian.Bu Santi tidak menanggapinya, ia bahkan tidak membalas senyuman Anggun. Memilih untuk tidak memperhatikannya."Saya harap kedatangan kalian berdua ini hanya untuk memenuhi undangan saya dan tidak memiliki maksud lainnya lagi apalagi berniat untuk membuat masalah dihubungan Berlian dan Jo," ungkap Bu Santi to the point.Melihat gelagat dari kedua orang itu membuat dirinya sadar telah melakuka
Pesta pernikahan mereka membuat keduanya merasakan lelah di tubuh. berlian sejenak merebahkan tubuh di kasur dengan masih mengenakan baju pengantin dan riasan yang melekat di wajah. sudah satu jam ia tertidur saat Jonatan pamit untuk keluar menemui beberapa tamu yang datang ke rumahnya karena tak bisa hadir di pestanya tadi pagi.Jonathan masuk ke kamar setelah para tamunya pulang. ia melihat berlian masih tertidur pulas, Jonathan tak berniat membangunkannya hanya saja saya masih menggunakan baju pengantin.Perlahan ia membangunkannya dengan lembut, lalu berbisik pelan di telinganya. "Sayang ganti bajunya dulu, tidur lagi." Berlian membuka mata perlahan lalu ia terkaget saat melihat Jonathan berada di kamar itu. "Kamu --" "Lupa kalau kita sudah menikah?" tanya Jonathan."Astaga, maaf Jo. Mungkin aku terlalu lelah jadi belum konsen," ucap Berlian."Enggak apa, aku paham. Kalau mau tidur, mandi ganti baju dulu. Masa kamu mau tidur dengan baju kotor dan wajah masih penuh make up. Nant
Jonathan dan juga Berlian melangkah bersama ke arah keluarga yang sudah berkumpul di meja makan. Dari kejauhan nenek Lastri dan juga yang lainnya sudah memperhatikan keduanya yang tengah tertawa bersama. Mereka langsung bergabung dengan keluarga untuk makan pagi."Selamat pagi Mama Papa." Cinta menyapa kedua orang tuanya. Gadis itu langsung mendapatkan sebuah kecupan hangat dari Jonathan. Berlian juga mengelus puncak kepala anaknya, ternyata Cinta bisa menjadi seorang gadis yang mandiri tanpa ada dirinya."Selamat pagi semua," ujar Berlian.Sama halnya dengan berlian dan Jonathan yang menyapa mereka semua. Nenek Lastri, pak Hardian, bu Shafira dan juga Alva tersenyum melihat tingkah kaku berlian, wanita itu beberapa kali membuang muka saat tidak sengaja berpapasan mata dengan keluarganya.Berlian merasa jika tatapan keluarganya tidak sama seperti biasanya tetapan mereka seperti penuh curiga bahkan membuat dirinya sangat malu."Apa kalian berdua semalam bisa tidur nyenyak?" tanya Nene
Berlian tidak fokus bekerja, dirinya terus memikirkan obrolan pagi tadi dengan sang suami. Jonathan mengajaknya untuk tinggal di rumah Pak Ferdinand sementara waktu sambil menunggu renovasi rumah baru mereka selesai. Dirinya juga sadar jika di rumah pak Hardian pasti suaminya itu tidak merasa nyaman.Namun, apakah jika dirinya tinggal di rumah orang tua Jonathan akan merasa nyaman? Tinggal satu atap dengan Pak Ferdinand ayah Jonathan yang selalu berusaha untuk memisahkan mereka berdua dengan berbagai macam cara. Bahkan lelaki itu masih sempat-sempatnya mencarikan jodoh untuk Jonathan padahal sudah jelas mereka akan segera menikah. Apakah dirinya masih bisa bersikap ramah seperti tidak ada apa-apa? Sedikit malas ia berada dalam satu rumah dengan pria yang berulang kali mencoba memisahkan mereka. Berlian menghela nafasnya panjang, ia menetap ke arah pintu yang memperlihatkan sosok bu Shafira yang baru saja datang."Ada apa Lian mengapa wajahmu terlihat seperti murung?" tanya Bu Shafira
Alva menarik napas dalam, di hatinya ia ingin sekali tertawa dengan apa yang di katakan Vera dengan ibunya. Belum waktunya mengatakan sebenarnya tentang dirinya. Lagi pula, ia tak mau membuat mereka berpikir dirinya kaya padahal semua milik orang tuanya. Alva meminum es Milo milik Cantika yang sejak tadi sudah mencair. Cantika merajuk karena Alva meminum minumannya tanpa bilang. "Alva, punya aku." "Aku haus mendengarkan cerita kamu," ujar Alva."Harusnya aku yang haus, bukan kamu." Cantika berubah masam.Alva meminta karyawannya memesan Milo kembali untuk mengganti punya Cantika yang ia minum. Alva menatap gadis itu, bibirnya maju dan dia merajuk membuat Alva gemas ingin mencuil hidung mancungnya. Cantika sedikit malu saat ia memergoki Alva sedang menatapnya dengan senyum. pria berlesung pipi berambut kecoklatan itu ternyata jika dipandang begitu mempesona dengan ketampanannya yang selama ini Cantika tak pernah melihatnya secara jelas. Pantas saja sejak awal bertemu Vera tak berh
"Maaf Al," ujar Cantika. Wanita itu merasa bersalah kepada Alva.Alva sangat kesal sudah seharian bekerja, banyak sekali masalah yang harus diselesaikan. Lantas memikirkan pernikahan mereka, berusaha untuk mendapatkan hati orang tuanya. Bahkan dirinya berusaha menuruti ngidamnya Cantika, tetapi justru wanita itu seperti mempermainkannya. Dirinya juga sangat lelah, ingin istirahat, tetapi mengapa Cantika justru bersikap seperti kekanak-kanakan. Wanita itu menganggap dirinya seperti robot yang harus mengikuti apa yang dirinya mau.Alva terdiam mendengar permintaan maaf dari wanita itu. Mengapa wanita sangat sulit dimengerti. Padahal dirinya sudah mencoba untuk berbuat baik, tetapi apa balasannya dari wanita itu berlaku sesuka hatinya saja tanpa memikirkan perasaannya."Maafkan aku, Al," ungkap Cantika kembali saat Alva tidak menggubrisnya.Cantika meminta maaf karena bersikap kekanakan. Bukan karena dia tak menghargai apa yang lakukan oleh Alva, melainkan ada pria yang pernah menggores
"Kamu tidak perlu takut seharusnya lelaki itu diberitahu jika kamu telah mengandung anaknya agar dia berpikir tidak sembarangan berbuat," ungkap Alva kembali.Dirinya heran mengapa laki-laki seperti orang yang telah menodai cantikkah itu ada di bumi ini.Cantika menahan Alva, wanita itu menggeleng. Dirinya menginginkan jika Rey selamanya tidak mengetahui tentang kehamilan bahkan tentang anak yang tengah dirinya kandung adalah darah dagingnya sendiri."Jangan, aku takut jika dia tahu dia akan merebut anakku. Orang tuanya memiliki kekuasaan dan harta," ungkap Cantika.Hal itulah yang sebenarnya dirinya takutkan, takut jika Rei mengetahui tentang kehamilannya maka lelaki itu berusaha akan merebut anaknya setelah lahir. Dirinya tidak akan mau jika anaknya dibesarkan oleh lelaki seperti itu mau jadi apa kelak anaknya nanti.Mendengar hal itu dari Cantika, membuat Alva ingin tertawa."Yang berkuasa itu adalah orang tuanya bukan lelaki itu. Jadi kamu tidak perlu takut dengannya," ujar Alva.