"Anda memang bukan anak kecil, Bos. Tapi tingkah Anda yang seperti anak kecil!" tukas, Dio."Apa, Lo bilang? Sialan! Lo memang benar-benar ingin dihajar, rupanya!" seru Erlan lalu melangkah menghampiri Dio dan ingin menghajarnya.Namun tiba-tiba ponsel Dio berdering dan ada nama Arjuna di layar ponsel-nya, itu.Dia pun segera berkata kepada Erlan,"Sebentar, Bos. Tahan dulu, Bos.""Kenapa, hah?" hardik Erlan."Ini, Tuan Arjuna. Sedang menelepon. Saya angkat dulu, siapa tahu penting. Nanti kita lanjutkan lagi bercandanya, setelah ini." ucap Dio mencoba merayu Erlan agar menahan emosinya.Dio merasa sangat lega, saat mengetahui jika Arjuna menelponnya. Akhirnya dia bisa lepas dari amukan sang atasan yang sedang marah besar itu."Ngapai kutu kupret itu menelponmu?""Saya juga kurang tahu, Bos. Saya angkat dulu ya, Bos. Siapa tahu penting." tuturnya lagi."Aktifkan mode loudspeaker!" perintahnya, kepada sang asisten."Siap, Bos. Laksanakan!" ucapnya lagi. Dio pun segera mengaktifkan mode
"Arjuna, akan tetap berada di sini, sampai seluruh urusan hari ini selesai semua." ucap, Mami Anisa. "Tapi, Mi! Aku nggak suka jika dia berada di sini!" Erlan terus saja mencoba untuk protes kepada ibundanya. "Tidak bisa, Lan. Juna akan tetap berada di sini. Lagian kenapa sih, jika Ajuna juga ikutan berada di butik ini. Dia nggak ganggu, kok. Justru Juna sangat berguna, berada di sini." tukas sang mami, lagi. "Berguna bagaimana sih, Mi. Alasan saja, deh!" "Ini bukan hanya sekedar alasan, Lan. Apa kamu nggak mikir, sudah berapa jam kami menunggu mu untuk datang? Arjuna bahkan sudah berkali-kali mondar- mandir ke kafe di depan sana, untuk membelikan kami makanan karena kelaparan dan kehausan menunggumu, datang." tukas Mami Anisa mencoba menjelaskan kepada anaknya, yang sangat keras kepala itu. "Kan aku sibuk meeting, Mi!" bela Erlan. "Sial! Jadi dari tadi, Si nyamuk cikungunya ini berada di sini? Enak banget dia bisa bebas memandang wajah Mitha yang cantik itu!" geramnya, dalam hat
"Wow, sang mempelai pria sudah bucin banget ya sama calon istrinya? Sampai senyum-senyum, begitu?" goda sang desainer kemayu itu, kepada ErlanMendengar ucapan pria itu. Erlan segera mengkondisikan wajahnya, berubah menjadi garang. Namun tidak bisa. Yang ada malah wajahnya semakin berseri-seri. Untuk menghalau semua itu, Erlan lebih memilih untuk menundukkan kepalanya. Karena semua mata orang yang ada di ruangan itu, tertuju kepadanya.Tak terkecuali Mitha yang mulai mencuri-curi pandang ke arah Erlan. Mungkin saja ntuk mencari kebenaran dari ucapan pria kemayu itu. Namun yang dirinya dapati, Erlan malah berwajah datar saat ini.Sejenak pandangan mereka beradu. Namun Mitha dengan segera menyudahi aksi saling tatap itu. Karena dia sudah berikrar dalam hatinya untuk mulai menekan perasaannya kepada pria itu."Postur tubuh Anda sangat bagus, Tuan Muda. Terkesan macho! Jadi gemes deh!" serunya, lalu dengan cepat ingin memeluk tubuh Erlan.Namun dengan cepat juga Erlan menghindar, lalu b
Mendengar ucapan yang berbau ancaman dari anaknya. Mami Anisa segera bertindak, karena dia mengetahui bagaiman keras kepalanya, putranya itu.Mami Anisa pun mulai angkat bicara, "Dio, Arjuna. Kalian menunggunya di luar saja, ya. Bisa dipastikan kami aman di dalam sini.""Siap, Aunty. Tanpa disuruh pun aku akan keluar dari sini. Aku cukup tahu diri, kok. Hanya saja, aku tidak mau bersifat kekanakkan seperti orang, itu!" tunjuknya sinis, kepada Erlan."Sialan, Lo! Kutu kuprey! Berani Lo, ama gue?" balas Erlan emosi!" Namun Arjuna tak menggubris ucapan Erlan. Dia malah berkata kepada Asisten Dio,"Ayo kita cabut dari sini! Ntar bekicot sawah akan buat rusuh," sindir Arjuna lagi."Ha-ha-ha." Asisten Dio kembali tertawa mendengar ucapan Arjuna yang terus saja mengejek atasannya."Sialan Lo, Dio! Lo berani nertawain gue? Gue akan potong gaji Lo selama dua tahun!" ketus Erlan marah.Mendengar hal itu, nyali Asisten Dio menjadi menciut. "Maaf, Bos. Saya tidak akan tertawa lagi. Tolong jang
"Ya mau bagaimana dong, Mami. Gaunnya kuno semua tidak ada menariknya sama sekali, menurutku." ucap Erlan sesuka hatinya."Terus gaun yang seperti apa yang Anda mau, Tuan Muda?" tanya sang desainer kecewa, karena Erlan tidak menyukai gaun-gaun rancangannya."Aku ingin gaun yang lebih berkilau, bercahaya, elegan dan terkesan mewah!" serunya sambil mulai berkeliling butik itu untuk mencari sendiri gaun yang dirinya sukai, untuk dipakai oleh Mitha.Sang calon istri menjadi harap-harap cemas dengan gaun yang akan dipilih oleh Erlan kepadanya. Karena dia tahu jika pria itu tidak bisa dibantah."Semoga saja Mas Erlan bisa memilih gaun yang benar-benar cocok untuk ku pakai." harapnya, dalam hati.Sementara Mami Anisa dan Oma Rini terlihat pasrah dengan Erlan. Mereka sudah sangat capek dengan tingkah Erlan. Jadi keduanya memberi wewenang penuh kepada pria itu untuk memilih sendiri gaun yang akan dipakai oleh Mitha nantinya, di acara pernikahan mereka."Sial! Kenapa gaun pengantin di butik ini
Ternyata benar kata pepatah,Yang mengatakan, "like father, like son.Seperti halnya yang terjadi kepada putranya. Ternyata sifat posesif sang suami, Tuan Fred diwarisi oleh Erlan.Dari sifat Erlan, tidak ada sedikit pun kesan ramah kepada semua orang. Dia malah terlihat sangat angkuh, keras kepala dan arogan. Semua sifat Erlan di atas benar-benar dirinya turunkan dari ayahnya, Tuan Fred.Nyonya Anisa menghela napasnya panjang lalu berkata pelan,Tak terasa putra mereka telah dewasa dan sebentar lagi akan memiliki kehidupan pernikahannya sendiri.Yang tersisa nantinya tinggal dirinya dan sang suami yang masih terlihat mesra, walaupun usia mereka sudah tidak muda lagi.Erlan menatap wajah ibunya yang terlihat mulai sendu. Dia pun segera berkata, "Mami kenapa? Kok wajah Mami menjadi bersedih begitu?" tanyanya kepada ibunya."Mami nggak apa-apa kok, Lan. Mami hanya ingat masa-masa saat kamu masih kecil dulu. Ternyata sekarang kamu sudah dewasa dan sebentar lagi, kamu juga akan berumah
Erlan mulai membaca situasi butik itu. Dia melihat sang mami dan Oma Rini sedang sibuk berbincang-bincang dengan desainer itu. Erlan pun kembali tersenyum licik. Dia berpikir jika situasi sungguh sangat kondusif saat ini. Lalu tanpa diketahui oleh semuanya. Erlan mengikuti langkah Mitha menuju ke arah toilet berada. Erlan lalu menunggu Mitha tepat di depan pintu toilet. Dia sudah tidak tahan lagi. Hasratnya yang membara lebih mengalahkan akal sehatnya kali ini. Dengan santainya, tanpa rasa curiga sedikit pun, Mitha mulai ke luar dari kamar mandi. Dia tidak tahu saja jika seseorang sedang menunggunya di depan toilet itu. Sosok pria itu bertubuh tinggi besar, dialah Erlan. Namun belum sempat setengah badannya ke luar dari kamar mandi, Erlan malah meraih tangannya dengan paksa lalu menarik kembali tubuh Mitha untuk masuk ke dalam toilet itu. Alangkah kagetnya Mitha saat merasakan sebuah tangan besar dan kokoh kembali membawanya masuk ke dalam toilet itu. Sosok itu bertubuh tinggi,
Setelah menetralisir degupan jantungnya, Erlan pun ke luar dari dalam toilet."Aduh, Lan! Kamu dari mana saja? Mami mencarimu dari tadi." keluh Mami Anisa."Aku baru dari toilet, Mami." jawabnya santai. Lalu Erlan melirik ke arah Mitha yang sedang minum air satu gelas penuh, yang langsung dihabiskan olehnya."Apakah, dia sangat kehausan? Kok dia banyak banget minum airnya?" tanyanya dalam hati.Tentu saja saat ini, Mitha sangat haus. Dia kehabisan banyak energi gara-gara ulah Erlan kepadanya."Urusan gaun sudah beres kan? Setelah ini, kita akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin kawin untuk kalian berdua." sahut sang mami lagi."Tapi, Nisa. Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Mitha dan Erlan pasti sedang kelaparan juga, sekarang." tutur Oma Rini."Wah sepertinya itu ide yang bagus, Oma. Baiklah kita makan dulu." tukas Mami Anisa.Sementara Mitha terlihat banyak menunduk, karena Erlan yang dari tadi terus melirik ke arahnya. "Mas Erlan kok lihatin aku terus, sih? Bikin aku ris