Erlan mulai membaca situasi butik itu. Dia melihat sang mami dan Oma Rini sedang sibuk berbincang-bincang dengan desainer itu. Erlan pun kembali tersenyum licik. Dia berpikir jika situasi sungguh sangat kondusif saat ini. Lalu tanpa diketahui oleh semuanya. Erlan mengikuti langkah Mitha menuju ke arah toilet berada. Erlan lalu menunggu Mitha tepat di depan pintu toilet. Dia sudah tidak tahan lagi. Hasratnya yang membara lebih mengalahkan akal sehatnya kali ini. Dengan santainya, tanpa rasa curiga sedikit pun, Mitha mulai ke luar dari kamar mandi. Dia tidak tahu saja jika seseorang sedang menunggunya di depan toilet itu. Sosok pria itu bertubuh tinggi besar, dialah Erlan. Namun belum sempat setengah badannya ke luar dari kamar mandi, Erlan malah meraih tangannya dengan paksa lalu menarik kembali tubuh Mitha untuk masuk ke dalam toilet itu. Alangkah kagetnya Mitha saat merasakan sebuah tangan besar dan kokoh kembali membawanya masuk ke dalam toilet itu. Sosok itu bertubuh tinggi,
Setelah menetralisir degupan jantungnya, Erlan pun ke luar dari dalam toilet."Aduh, Lan! Kamu dari mana saja? Mami mencarimu dari tadi." keluh Mami Anisa."Aku baru dari toilet, Mami." jawabnya santai. Lalu Erlan melirik ke arah Mitha yang sedang minum air satu gelas penuh, yang langsung dihabiskan olehnya."Apakah, dia sangat kehausan? Kok dia banyak banget minum airnya?" tanyanya dalam hati.Tentu saja saat ini, Mitha sangat haus. Dia kehabisan banyak energi gara-gara ulah Erlan kepadanya."Urusan gaun sudah beres kan? Setelah ini, kita akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin kawin untuk kalian berdua." sahut sang mami lagi."Tapi, Nisa. Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Mitha dan Erlan pasti sedang kelaparan juga, sekarang." tutur Oma Rini."Wah sepertinya itu ide yang bagus, Oma. Baiklah kita makan dulu." tukas Mami Anisa.Sementara Mitha terlihat banyak menunduk, karena Erlan yang dari tadi terus melirik ke arahnya. "Mas Erlan kok lihatin aku terus, sih? Bikin aku ris
Setelah dia rasa semua telah terlihat sempurna, Mitha lalu melangkah ke luar dari kamar mandi itu.Kemudian dia mulai melangkah untuk kembali ke meja di mana ada Erlan dan yang lainnya sedang menyantap makan siang mereka.Tiba-tiba dari kejauhan seorang pria tegap berpapasan dengannya. Pria itu menatap wajah Mitha penuh dengan kerinduan yang mendalam.Sejak dulu, sang pria sangat mengagumi sosok Mitha. Pria itu sangat memujanya. Mitha adalah gadis impiannya. Sudah bertahun-tahun lamanya, dia memendam rasa kepada Mitha. Sampai saat ini, rasa itu tetap sama, hanya untuk Mitha semata. Walaupun sang pria terkenal sebagai pemain wanita. Begitu banyak para perempuan yang telah naik ranjang dengannya, namun rasa cinta terdalamnya, hanya untuk Mitha Alena, seorang.Para wanita murahan itu hanya dia jadikan sebagai alat penghangat ranjangnya saja untuk menyalurkan hasrat liarnya. Bahkan disaat dirinya menaiki para wanita itu, wajah Mitha lah yang dia bayangkan. Fantasi terliarnya adalah mem
Sensasi berbeda dirasakan oleh Erlan saat ini. Karena Mitha yang memeluknya sangat erat.Jordan seketika kaget dengan tindakan Mitha yang memeluk pria asing tepat di depan matanya. Bahkan pelukannya di punggung pria itu terasa sangat erat.Ingin rasanya Jordan menghajar Erlan karena membuat gadis yang dirinya cintai itu, sampai memohon-mohon kepadanya.Namun lagi-lagi Jordan tak berdaya menunjukkan sifat berangnya di hadapan gadis itu.Seketika saja, emosi di hati Erlan memudar secara perlahan. Karena pelukan Oliv di tubuh bagian belakangnya. Terasa hangat dan sangat menggoda jiwa raganya.Secara perlahan, Erlan melepas cengkraman tangannya dari kerah baju Jordan. Lalu menurunkan kepalan tangannya, yang ingin dirinya layangkan di wajah pria itu. Sebenarnya Erlan ingin sekali menghajar Jordan Akan tetapi hal itu urung dia lakukan karena pelukan Mitha dan tangisannya yang benar-benar membuat Erlan tak berdaya.Dia lalu menghentak tubuh Jordan dengan kasar dan mulai menjauh darinya.Er
Setelah agak jauh dari toilet. Erlan segera melepas genggaman tangannya dari Mitha. Sembari berkata, "Dasar wanita genit! Gampangan banget kamu, main peluk-peluk pria lain! Dasar jalang!" marahnya sambil menatap tajam ke arah Mitha. Gadis itu seketika tersentak mendengar ucapan Erlan yang begitu menusuk. Dia menatap pria itu lagi-lagi dengan tatapan terluka. "Apa Lo, lihat-lihat gue! Apa Lo mau gue terkam?" kesalnya Erlan lagi. Entah kenapa darah Erlan tiba-tiba sangat mendidih saat melihat Mitha berpelukan dengan Jordan. Ingin rasanya, dia menghajar pria itu sampai babak belur dan tak berbentuk. Karena berani menyentuh wanitanya. "Mas ... kamu jadinya kok ngomongnya kasar begitu kepada ku? Tadi kan aku sudah jelasin, jika Jordan sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri.""Cih! Saudara sendiri! Memangnya Lo sama kambing congek itu bersaudara kandung? Tidak kan? Murahan banget Lo! Main peluk sana-sini! Dasar gampangan!" serunya semakin lantang. "Mas Erlan cukup! Berhentilah me
"Ke luar kalian semua!" usir Jordan kepada beberapa wanita panggilan yang ingin memuaskan hasratnya.Hasrat bercintanya yang tadinya bertubi-tubi, tiba-tiba hilang begitu saja. Mendengar nasib perusahaannya.Terlebih tadi, sang ayah menelponnya dan menyuruhnya agar segera melakukan meeting mendadak untuk membereskan kekacauan yang telah dia lakukan."Shitt! Aku harus mencari cara untuk membuat Erlan Levin hancur berkeping-keping! Tunggu saja pembalasan dari ku!" tegasnya dalam hati.Jordan pun mulai menyusun rencana jahat dalam hatinya untuk menghancurkan Erlan. Saat ini, dia sedang menelpon seorang preman terkenal di Kota Jakarta. Untuk menghancurkan Erlan.Setelah selesai menelepon orang itu, Jordan tersenyum lega."Rasain Lo, Erlan Levin! Kali ini, Lo akan mendapatkan balasanmu, karena berani mempermainkan gue!" ketusnya dalam hati.Di sebuah toko perhiasan, Mami Anisa, Oma Rini, Mitha dan juga Erlan, saat ini sedang berada di sebuah toko, yang menjual cincin berlian."Bagaimana
"Sialan! Kok aku jadi ingat terus saat dia berpelukan dengan pria itu?" Tiba-tiba Erlan mengepalkan tangannya, menahan emosi yang terpendam di dalam jiwanya.Mami Anisa pun melihat wajah anaknya. Bukannya berhenti marah. Malah sang ibu merasakan jika Erlan malah semakin emosi.Lalu dia pun berkata,"Sudah, Mit. Kamu jangan mikirin Erlan, yang marah-marah nggak jelas gitu. Ayo kita fokus cari cincin saja.""I ... iya, Mami." jawabnya singkat."Ayo, Mitha, pilih lah cincin yang kamu sangat sukai. Kali ini, kamu yang memilih." tukas Mami Anisa.Lalu pelayan di toko cincin itu mulai menampilkan kembali koleksi cincin berlian yang harganya selangit. Kali ini, sang empunya toko sengaja mengeluarkan koleksi cincin edisi terbatas, yang diciptakan beberapa saja.Pemilik toko sengaja melakukan itu, karena dia sedikit tersinggung dengan omongan Erlan yang sembarangan mengatakan, jika koleksi cincin berlian di tokonya terlihat tak bermutu semua. Padahal toko berlian miliknya adalah salah satu t
"Kamu, ikut aku. Cepat!" ucap Erlan, lalu mulai melangkah dengan segera, dan tidak menghiraukan Mitha yang jalan sempoyongan mengikuti langkah panjangnya."Mas ... bisakah kamu memelankan jalanmu? Kaki ku sakit, Mas." lirihnya sambil menahan rasa sakit di kaki dan juga jidatnya."Kamu ini, sangat manja! Kurangi tuh sedikit gayamu! Jalan aja sangat pelan! Kayak siput saja!" kesalnya."Kaki ku sedikit keselo, Mas. Aku bukannya sengaja berjalan lebih lambat." serunya mencoba untuk menjelaskan semuanya, kepada calon suaminya.Saat ini keduanya sedang berada di dalam mobil. Erlan yang mengendarai mobil itu.Mitha yang duduk di sebelahnya, mulai merasakan jika jalan yang mereka tempuh bukanlah menuju ke rumah. Dia pun mulai bertanya kepada Erlan."Mas, kita mau ke mana? Kenapa jalannya berbeda dengan jalan yang biasa di tempuh?""Diam dan tenanglah! Jangan banyak bacot! Aku tidak akan membawamu ke neraka!" ketus Erlan, lalu kembali fokus menyetir.Bagaimana dia tidak ketus begitu, Mitha ter