Erlan Levin, seorang CEO ternama berwajah tampan dan berwibawa. Yang merupakan pemilik sebuah perusahaan besar di Jakarta. Saat ini sedang menuju kantor kebesarannya. Suasana kantor mulai padat pagi ini. Beberapa karyawan menyapanya ramah dan hanya dibalas anggukan oleh Erlan.Sang CEO terus berjalan masuk ke dalam kantor. Lalu dia berhenti tepat di depan lift utama yang menghubungkannya dengan kantornya, yang berada di lantai paling atas."Selamat pagi, Tuan Erlan." sapa Rani, sekretaris setia yang mendampinginya selama ini. Erlan hanya mengangguk."Saya punya jadwal apa hari ini, Rani?""Tidak ada yang mendesak, Bos." jawab, Rani. Hanya saja Tuan dan Nyonya Besar sedang menunggu Anda di ruangan saat ini."Papi dan Mami lagi di sini? Sejak kapan mereka sampai?" tanyanya."Sejak tadi pagi, Bos." jawab Rani."Baiklah, tolong katakan kepada Dio untuk menyiapkan mobil dengan segera. Saya ingin meninjau lokasi proyek yang ada di Tangerang." Setelah berkata begitu, Erlan langsung masuk
"Nona cantik, ayo Ke sini sebentar ..." seru seorang pria memanggil Mitha, gadis asal Bandung yang bekerja di sebuah pub di Kota Jakarta."Sa ... saya, maksud Anda, Tuan?" tanya Mitha, takut.Malam ini adalah malam pertama, dirinya bekerja di Pub untuk menggantikan temannya yang sedang sakit. Mitha terpaksa menerima pekerjaan ini, karena ayahnya yang memiliki bisnis kecil-kecilan dikabarkan telah bangkrut beberapa minggu yang lalu. Mitha yang kuliah di salah satu universitas di kota Jakarta membutuhkan sejumlah uang untuk menyambung hidupnya. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya namun masih belum diwisuda. Ijazah dari kampusnya juga belum keluar, sedikit menyulitkan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan."Iya, kamu! Ayo, buruan ke mari?" Mitha semakin takut. karena yang dia tahu, ada beberapa wanita yang ada di sekitarnya."Namamu, siapa?" tanya orang yang memanggilnya."Nama saya, Mitha." jawabnya gugup. Sambil menundukkan kepalanya."Mitha, temui tamu itu. Saya akan membayarmu lebi
Mitha mulai merasakan sensasi panas yang membara, dari dalam tubuhnya."Pa ... panas! Ha-us!" lirihnya."Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" serunya kepada temannya."Boleh juga ide mu! Bos masih dalam perjalanan ke sini." ucap yang lain."Ayo, kita sikat dia!" tukas orang itu."Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" jerit Mitha takut, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.Teriakan yang menyayat dari bibir Mitha menggelitik telinga Erlan.Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.Erlan lalu mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti salah seorang wanita.Dengan cepat, Erlan menendang pintu kamar itu."Hei! Apa yang hendak kalian lakukan? Dasar bajingan!" teriak Erlan. Lalu mulai melakukan penyerangan, kep
Namun entah sudah berapa kali, Mitha merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya. Tubuhnya bagai tersengat arus listrik beribu-ribu ampere, selalu terus bergetar.Melihat reaksi gadis itu, Erlan juga semakin penasaran. Dia mulai memasukkan senjata pamungkas andalannya, ke dalam gua sempit milik Mitha."Akh ..!" Sa ... sakit!" jerit Mitha sambil menitikkan air mata, yang begitu deras.Erlan menatap gadis itu dalam-dalam, lalu dia membelai lembut wajahnya. Lalu setelah itu Erlan melumat kembali bibirnya yang ranum. Sambil terus mencoba kembali memasukkan alat tempurnya yang sedang mengamuk itu, ke dalam liang kenikmatan milik Mitha.Erlan terus saja mencobanya untuk beberapa kali. Namun tetap saja gagal. Lalu dia menghentikan gempurannya terlebih dahulu karena melihat gadis itu, yang sangat kesakitan.Erlan mulai menyeka air mata Mitha. Lalu berkata,"Apakah sangat sakit?" tanyanya, dan dibalas anggukkan lemah oleh gadis itu."Terus bagaimana? Apakah kita hentikan saja semuanya, sekara
Lalu dengan sisa-sisa tenaganya, Mitha berusaha untuk tetap sadar saat ini. Bagaimana tidak, lelaki itu melakukannya hampir semalaman. Mitha mulai merasakan kelelahan yang sangat dan hampir menggerogoti tulang-tulangnya."Akh ...!" erang keduanya serentak.Pertanda mereka kembali mencapai puncak kenikmatan, surga dunia itu.Gadis itu sudah tak sadarkan diri lagi. Dia langsung tertidur pulas.Demikian halnya dengan Erlan. Dia pun tertidur sambil memeluk erat tubuh polos Mitha yang telah dia tutupi selimut.Akan tetapi tanpa keduanya ketahui, ada seseorang yang diam-diam telah menyelinap masuk ke dalam kamar mereka dan merekam seisi kamar yang sangat berantakan itu.Tidak lupa, orang itu juga mengambil beberapa foto Erlan dan Mitha yang sedang tertidur pulas di atas ranjang yang dipenuhi bercak darah.Setelah tugasnya selesai, orang itu pun keluar dari kamar tersebut.Sesampai di luar kamar seseorang menghampirinya, dan berkata, "Ini bayaran untukmu! Menghilang lah dari kota ini, denga
Sesampai di butik, kedua menantu dan ibu mertua itu semakin heboh, mempersiapkan baju-baju bermerk untuk calon menantu Keluarga Levin."Oma senang banget. Akhirnya kita bisa menjerat Erlan dalam sebuah pernikahan!" Seru sang ibu mertua."Iya, Oma. Aku juga merasa senang. Semoga usaha Erlan tadi malam segera membuahkan hasil." harap Nyonya Anisa."Iya, Anisa. Oma juga berharap begitu. Jadi Oma bisa segera melihat cicit dari Erlan." seru Oma Rini.Lalu tiba-tiba dering ponsel Nyonya Anisa mulai terdengar, dan panggilan itu berasal dari suaminya.Nyonya Anisa"Hallo, Papi. Bagaimana? Apakah sudah ada kabar tentang Erlan?"Tuan Fred"Sudah, Mi. Kamu dan Oma segera lah ke sana. Kita bareng-bareng menggerebek kamar Erlan."Nyonya Anisa"Baiklah, Pi. Sampai jumpa di sana."Nyonya Anisa segera menutup panggilan dari suaminya. Lalu mengabarkan berita gembira itu kepada sang ibu mertua."Oma, Papi Fred baru saja menelponku, dia berkata kalau tempat Erlan menginap sudah ditemukan." serunya kepad
Seketika Mitha segera menyembunyikan tubuhnya rapat-rapat di balik selimut. Tinggal wajahnya yang sedikit kelihatan. Bagaimana tidak, sehelai benang pun tidak melekat di tubuhnya. Tubuhnya masih Terbaring lemah di atas kasur. Seluruh badannya remuk redam akibat ulah Erlan tadi malam.Sementara, pria itu telah memakai kembali celana boxernya, saat pintu kamar terbuka lebar."Erlan Levin! Apa yang telah kamu lakukan!" hardik Tuan Fred marah kepada putrinya.Sementara Erlan sangat kaget melihat keluarganya, yang saat ini telah berada di depan matanya, tepatnya di salah satu kamar yang ada di pub itu."Erlan! Apa yang telah kamu lakukan, Nak? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga kita!" isak tangis Nyonya Anisa, mulai terdengar menggema di dalam kamar itu."Erlan! Opa sangat kecewa kepadamu!" Ternyata Opa Robi juga ikut hadir menggerebek cucu tertuanya itu."Oma juga kecewa kepadamu, Erlan!" ketus Oma Rini.Melihat keluarganya datang semua ke tempat itu, membuat dirinya menjadi frustas
Bersamaan dengan itu, Erlan ke luar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Sementara pakaian bagian bawahnya telah dia pakai.Erlan sedang asyik bersiul-siul ria saat ini. Seolah-olah dirinya tidak memiliki beban apa pun.Setelah pertempuran ranjang yang dia lakukan tadi malam, tubuhnya terasa sangat segar hari ini.Tiba-tiba saja dada bidangnya menghujam penglihatan Mitha. Begitu banyak hasil cakaran kukunya yang menghiasi dada dan punggung pria itu."Apakah itu semua bekas kukuku?" Mitha segera mengalihkan pandangannya darinya, saat pemuda itu melangkah menuju cermin yang ada di dekat ranjang."Aduh ... perih!'Erlan meringis sakit akibat bekas cakaran kuku Mitha di beberapa bagian tubuhnya. Akan tetapi badannya sudah mulai segar kembali setelah berendam lama di dalam bathtub.Sang mami dan sang Oma melihat ke arah dada Erlan yang penuh dengan bekas cakaran. Mereka pun jadi senyum-senyum sendiri."Pasti terjadi pertempuran sengit tadi malam." pikir keduanya."Erlan, kamu sudah s