Erlan Levin, seorang CEO ternama berwajah tampan dan berwibawa. Yang merupakan pemilik sebuah perusahaan besar di Jakarta. Saat ini sedang menuju kantor kebesarannya.
Suasana kantor mulai padat pagi ini. Beberapa karyawan menyapanya ramah dan hanya dibalas anggukan oleh Erlan.Sang CEO terus berjalan masuk ke dalam kantor. Lalu dia berhenti tepat di depan lift utama yang menghubungkannya dengan kantornya, yang berada di lantai paling atas."Selamat pagi, Tuan Erlan." sapa Rani, sekretaris setia yang mendampinginya selama ini.Erlan hanya mengangguk."Saya punya jadwal apa hari ini, Rani?""Tidak ada yang mendesak, Bos." jawab, Rani. Hanya saja Tuan dan Nyonya Besar sedang menunggu Anda di ruangan saat ini."Papi dan Mami lagi di sini? Sejak kapan mereka sampai?" tanyanya."Sejak tadi pagi, Bos." jawab Rani."Baiklah, tolong katakan kepada Dio untuk menyiapkan mobil dengan segera. Saya ingin meninjau lokasi proyek yang ada di Tangerang." Setelah berkata begitu, Erlan langsung masuk ke dalam ruangan kebesarannya."Pagi, semua." sapanya dingin kepada kedua orang tuanya. Lalu Erlan pun duduk di kursi kebesarannya."Ya ampun, Erlan! Kamu ini tidak sopan, ya? Masa kamu menyapa Papi dan Mami dengan cara seperti itu?" protes Nyonya Anisa."Aku sibuk, Mi." alasannya.Sesibuk apa sih kamu, sampai-sampai tidak ada waktu untuk mengenal wanita?" Kali ini, Tuan Fred yang angkat bicara."Kok malah melenceng ke wanita sih, Pi?" Kesal Erlan."Lho kenapa memangnya? Kamu itu nggak ingat umur apa? Tahun ini kamu genap berumur tiga puluh tahun. Akan tetapi kamu belum juga menikah. Para sepupumu semua telah menikah. Tinggal kamu yang belum, Erlan!" Tutur, sang mami."Apa kamu belum juga move on dari wanita itu? Atau jangan-jangan kamu menunggu mantanmu itu menjadi janda kah, baru kamu menikahinya?" Cecar sang mami lagi.Dulu ada seorang wanita yang sangat Erlan kagumi. Namun sayangnya, wanita itu telah lebih dulu menikah dengan pria yang dirinya cintai. Dia hanya menganggap Erlan sebagai teman semata."Ini tidak ada hubungannya dengan dia, Mi! Tolong jangan kait-kaitkan dia lagi denganku! Dia sudah bahagia dengan keluarganya, jadi stop membahasnya!" Kesal Erlan kepada ibunya."Terus jika bukan karena perempuan itu, kenapa kamu masih belum juga menikah? Apakah kamu menunggu dia punya cucu dulu, baru kamu akan menikahi cucunya? Begitu kah maksud kamu, Erlan?" sergah sang mami, semakin kesal dengan anaknya."Mami!" hardiknya, semakin marah."Hei, kamu kok jadi membentak Mami?" tukas Tuan Fred membela istrinya."Papi dan Mami tidak mau tahu! Tahun ini kamu harus menikah! Jika tidak, Papi akan mencopot jabatanmu dan semua fasilitasmu akan Papi sita! Kali ini Papi serius! Tidak ada pengampunan lagi bagimu jika kamu membohongi Papi! Sudah cukup tahun lalu kamu mempermalukan Papi dan Mami dengan lari di hari perjodohanmu!" tegas Tuan Fred kepada putra semata wayangnya itu."Erlan, coba kamu berpikir sedikit. Kamu itu putra kami satu-satunya. Umurmu sudah semakin tua. Kapan kamu bisa memberi kami cucu? Apakah kamu tidak pernah berpikir, siapa nantinya yang mewarisi perusahaan kakekmu? Jika kamu masih betah sendiri? Mau sampai kapan kamu seperti ini, Erlan?" isak sang mami yang sungguh sangat menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.Tak terkecuali Erlan, yang langsung terdiam dan merasa terenyuh mendengar tangisan ibunya. Dia tidak mendengar jika ibunya menangis. Membuat hatinya menjadi sedih.Erlan ingat betul saat ibunya menangisi dirinya yang mabuk-mabukkan saat masih belum bisa melupakan mantannya.Erlan lalu mendekati ibundanya dan berkata,"Mi, berhentilah menangis, aku ... aku akan menuruti perintah Mami kali ini." ujarnya terbata."Kamu pasti akan berbohong lagi! Seperti yang lalu-lalu, iya kan? Jujur saja kamu!Kamu itu hanya tahunya menyenangkan hati Mami dalam waktu singkat saja." isaknya semakin menjadi-jadi."Nggak, Mi. Kali ini aku akan menuruti perintah Mami." Ujarnya pasrah, karena dia juga sudah capek kucing-kucingan dengan kedua orang tuanya perihal jodoh."Apakah benar perkataanmu kali ini, Erlan?" Tanya Tuan Fred kepada anaknya."Iya, Pi. Kali ini aku serius." Serunya, lagi."Baiklah, kali ini Papi pegang kata-katamu! Tapi ngat, jika kamu berbohong, kamu tahu kan ancaman Papi, bukan sekedar ancaman lagi! Tapi Papi akan benar-benar melakukannya!" Seru Tuan Fred."Iya, Pi. Aku akan mencari jodohku secepatnya. Papi dan Mami tenang saja." jawabnya."Oma Rini dan Opa Robi juga sudah sangat ingin melihat cicit darimu, Erlan. Jangan kecewakan mereka!" sahut Mami Anisa, lagi."Iya Pi, Mi. Oh, ya. Aku harus ke Tangerang mau meninjau proyek di sana." pamit Erlan kepada kedua orang tuanya.Sepeninggal Erlan, Tuan dan Nyonya Levin segera menyudahi sandiwara mereka."Erlan sudah pergi, Pi?" tanya Nyonya Anisa."Baru saja pergi, Mi. Semoga kali ini, anak itu bisa memegang perkataannya." Seru Tuan Fred."Awas saja jika dia berani membohongi kita lagi!Papi sungguh-sungguh, kan dengan ancaman papi itu?""Ancaman yang mana, Mi?""Ya ampun Papi! Belum juga lima menit Erlan pergi, Papi malah sudah lupa dengan omongan Papi sendiri." Kesal sang istri."Papi mana berani melakukan ancaman itu, Mi. Nanti yang ada perusahaan akan bangkrut. Terus kelangsungan hidup anak cucu kita kelak bagaimana dong, Mi?" Tanya Tuan Fred ragu."Dasar kamu, Pi! Nggak bisa dipercaya! Kamu sama saja kayak anakmu!" Kali ini Nyonya Anisa benar-benar kesal. Dia lalu keluar dari ruangan putranya, meninggalkan suaminya sendiri."Mi, tunggu Mi." Panggil Tuan Fred, kepada istrinya."Rani, sekretaris Erlan hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua bosnya itu.Tuan Fred segera menyusul istrinya yang sudah lebih dulu turun ke lobi dan langsung menuju ke parkiran."Semoga, aku nggak ditinggal lagi!" Tuan Fred bagai dikejar binatang buas, lari secepat mungkin untuk menyusul istrinya."Mi ... Mami! Jangan tinggalkan Papi, Mi!" teriaknya sesaat setelah sampai di parkiran perusahaan AF TBK yang dikelola anaknya.Namun apa daya, teriakannya tidak digubris sama sekali oleh istrinya."Jalan, Pak!" seru Nyonya Anisa kepada sopir pribadi mereka.Alhasil, Tuan Fred tertinggal sendirian di area parkiran.Dia segera menelpon sopirnya yang lain.Tidak berapa lama, sopir datang dengan membawa mobil baru. Tuan Fred segera masuk ke dalam mobil lalu berkata,"ikuti ke mana mobil istri saya pergi.""Baik, Tuan." seru sang sang sopir. Lalu melajukan mobil itu mengikuti ke mana mobil yang membawa Nyonya Anisa pergi.Sementara Erlan yang sedang bad mood karena dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Memilih untuk menghabiskan waktu di sebuah bar sambil menikmati secangkir kopi di siang itu."Woi, Bro! Sendirian saja, Lo!" sapa Fadli rekan bisnis dari Erlan."Mari gabung, kita ngopi-ngopi!" ucap Erlan mengajak temannya."Maaf, Bro. Gue sedang buru-buru. Oh iya, nanti malam Lo jadi datang kan, ke pesta ulang tahun rekan bisnis kita?" tanya Fadli, kepada Erlan."Jadi, Bro. Gue telah mengosongkan jadwal gue."jawabnya."Ya sudah, sampai jumpa nanti malam, Bro!" sahut Fadli lalu segera berlalu dari kafe itu.Erlan pun berpikir di dalam hatinya. Apakah yang akan terjadi nanti malam? kenapa firasat buruk menjadi menderanya saat ini."Nona cantik, ayo Ke sini sebentar ..." seru seorang pria memanggil Mitha, gadis asal Bandung yang bekerja di sebuah pub di Kota Jakarta."Sa ... saya, maksud Anda, Tuan?" tanya Mitha, takut.Malam ini adalah malam pertama, dirinya bekerja di Pub untuk menggantikan temannya yang sedang sakit. Mitha terpaksa menerima pekerjaan ini, karena ayahnya yang memiliki bisnis kecil-kecilan dikabarkan telah bangkrut beberapa minggu yang lalu. Mitha yang kuliah di salah satu universitas di kota Jakarta membutuhkan sejumlah uang untuk menyambung hidupnya. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya namun masih belum diwisuda. Ijazah dari kampusnya juga belum keluar, sedikit menyulitkan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan."Iya, kamu! Ayo, buruan ke mari?" Mitha semakin takut. karena yang dia tahu, ada beberapa wanita yang ada di sekitarnya."Namamu, siapa?" tanya orang yang memanggilnya."Nama saya, Mitha." jawabnya gugup. Sambil menundukkan kepalanya."Mitha, temui tamu itu. Saya akan membayarmu lebi
Mitha mulai merasakan sensasi panas yang membara, dari dalam tubuhnya."Pa ... panas! Ha-us!" lirihnya."Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" serunya kepada temannya."Boleh juga ide mu! Bos masih dalam perjalanan ke sini." ucap yang lain."Ayo, kita sikat dia!" tukas orang itu."Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" jerit Mitha takut, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.Teriakan yang menyayat dari bibir Mitha menggelitik telinga Erlan.Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.Erlan lalu mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti salah seorang wanita.Dengan cepat, Erlan menendang pintu kamar itu."Hei! Apa yang hendak kalian lakukan? Dasar bajingan!" teriak Erlan. Lalu mulai melakukan penyerangan, kep
Namun entah sudah berapa kali, Mitha merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya. Tubuhnya bagai tersengat arus listrik beribu-ribu ampere, selalu terus bergetar.Melihat reaksi gadis itu, Erlan juga semakin penasaran. Dia mulai memasukkan senjata pamungkas andalannya, ke dalam gua sempit milik Mitha."Akh ..!" Sa ... sakit!" jerit Mitha sambil menitikkan air mata, yang begitu deras.Erlan menatap gadis itu dalam-dalam, lalu dia membelai lembut wajahnya. Lalu setelah itu Erlan melumat kembali bibirnya yang ranum. Sambil terus mencoba kembali memasukkan alat tempurnya yang sedang mengamuk itu, ke dalam liang kenikmatan milik Mitha.Erlan terus saja mencobanya untuk beberapa kali. Namun tetap saja gagal. Lalu dia menghentikan gempurannya terlebih dahulu karena melihat gadis itu, yang sangat kesakitan.Erlan mulai menyeka air mata Mitha. Lalu berkata,"Apakah sangat sakit?" tanyanya, dan dibalas anggukkan lemah oleh gadis itu."Terus bagaimana? Apakah kita hentikan saja semuanya, sekara
Lalu dengan sisa-sisa tenaganya, Mitha berusaha untuk tetap sadar saat ini. Bagaimana tidak, lelaki itu melakukannya hampir semalaman. Mitha mulai merasakan kelelahan yang sangat dan hampir menggerogoti tulang-tulangnya."Akh ...!" erang keduanya serentak.Pertanda mereka kembali mencapai puncak kenikmatan, surga dunia itu.Gadis itu sudah tak sadarkan diri lagi. Dia langsung tertidur pulas.Demikian halnya dengan Erlan. Dia pun tertidur sambil memeluk erat tubuh polos Mitha yang telah dia tutupi selimut.Akan tetapi tanpa keduanya ketahui, ada seseorang yang diam-diam telah menyelinap masuk ke dalam kamar mereka dan merekam seisi kamar yang sangat berantakan itu.Tidak lupa, orang itu juga mengambil beberapa foto Erlan dan Mitha yang sedang tertidur pulas di atas ranjang yang dipenuhi bercak darah.Setelah tugasnya selesai, orang itu pun keluar dari kamar tersebut.Sesampai di luar kamar seseorang menghampirinya, dan berkata, "Ini bayaran untukmu! Menghilang lah dari kota ini, denga
Sesampai di butik, kedua menantu dan ibu mertua itu semakin heboh, mempersiapkan baju-baju bermerk untuk calon menantu Keluarga Levin."Oma senang banget. Akhirnya kita bisa menjerat Erlan dalam sebuah pernikahan!" Seru sang ibu mertua."Iya, Oma. Aku juga merasa senang. Semoga usaha Erlan tadi malam segera membuahkan hasil." harap Nyonya Anisa."Iya, Anisa. Oma juga berharap begitu. Jadi Oma bisa segera melihat cicit dari Erlan." seru Oma Rini.Lalu tiba-tiba dering ponsel Nyonya Anisa mulai terdengar, dan panggilan itu berasal dari suaminya.Nyonya Anisa"Hallo, Papi. Bagaimana? Apakah sudah ada kabar tentang Erlan?"Tuan Fred"Sudah, Mi. Kamu dan Oma segera lah ke sana. Kita bareng-bareng menggerebek kamar Erlan."Nyonya Anisa"Baiklah, Pi. Sampai jumpa di sana."Nyonya Anisa segera menutup panggilan dari suaminya. Lalu mengabarkan berita gembira itu kepada sang ibu mertua."Oma, Papi Fred baru saja menelponku, dia berkata kalau tempat Erlan menginap sudah ditemukan." serunya kepad
Seketika Mitha segera menyembunyikan tubuhnya rapat-rapat di balik selimut. Tinggal wajahnya yang sedikit kelihatan. Bagaimana tidak, sehelai benang pun tidak melekat di tubuhnya. Tubuhnya masih Terbaring lemah di atas kasur. Seluruh badannya remuk redam akibat ulah Erlan tadi malam.Sementara, pria itu telah memakai kembali celana boxernya, saat pintu kamar terbuka lebar."Erlan Levin! Apa yang telah kamu lakukan!" hardik Tuan Fred marah kepada putrinya.Sementara Erlan sangat kaget melihat keluarganya, yang saat ini telah berada di depan matanya, tepatnya di salah satu kamar yang ada di pub itu."Erlan! Apa yang telah kamu lakukan, Nak? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga kita!" isak tangis Nyonya Anisa, mulai terdengar menggema di dalam kamar itu."Erlan! Opa sangat kecewa kepadamu!" Ternyata Opa Robi juga ikut hadir menggerebek cucu tertuanya itu."Oma juga kecewa kepadamu, Erlan!" ketus Oma Rini.Melihat keluarganya datang semua ke tempat itu, membuat dirinya menjadi frustas
Bersamaan dengan itu, Erlan ke luar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Sementara pakaian bagian bawahnya telah dia pakai.Erlan sedang asyik bersiul-siul ria saat ini. Seolah-olah dirinya tidak memiliki beban apa pun.Setelah pertempuran ranjang yang dia lakukan tadi malam, tubuhnya terasa sangat segar hari ini.Tiba-tiba saja dada bidangnya menghujam penglihatan Mitha. Begitu banyak hasil cakaran kukunya yang menghiasi dada dan punggung pria itu."Apakah itu semua bekas kukuku?" Mitha segera mengalihkan pandangannya darinya, saat pemuda itu melangkah menuju cermin yang ada di dekat ranjang."Aduh ... perih!'Erlan meringis sakit akibat bekas cakaran kuku Mitha di beberapa bagian tubuhnya. Akan tetapi badannya sudah mulai segar kembali setelah berendam lama di dalam bathtub.Sang mami dan sang Oma melihat ke arah dada Erlan yang penuh dengan bekas cakaran. Mereka pun jadi senyum-senyum sendiri."Pasti terjadi pertempuran sengit tadi malam." pikir keduanya."Erlan, kamu sudah s
"Mami ...! Mami ganggu banget, deh!" kesal Erlan kepada ibunya."Erlan! Kamu apain Mitha? Kamu, ini! Jangan lakukan apa pun lagi kepadanya!" tegur sang ibu."Aku hanya menciumnya, Mi!" bela, Erlan."Itu sama saja kamu telah menyentuhnya. Kamu tidak boleh menyentuh Mitha lagi sebelum kalian resmi menjadi suami dan istri!" tegas sang ibu, lagi."Apa-apaan sih, Mami! Peraturan dari mana tuh?" Jelas saja Erlan tidak mau. Karena baginya, tubuh Mitha bagai mainan baru yang sangat berguna untuk menjinakkan alat tempurnya, jika sedang dalam mode mengamuk."Peraturan dari Mami dan seluruh Keluarga besar Levin. Sana kamu, ke luar dari sini!" Erlan pun terpaksa keluar dari kamar mandi itu dengan muka penuh amarah.Bagaimana tidak, hasratnya tak tersalurkan saat ini.Sesampai di dalam kamar, sang Oma berkata, "Lan, lihat itu bajumu telah basah. Kamu ganti dulu. Karena setelah kamu dan Mitha sarapan, Keluarga Levin akan melakukan konferensi pers untuk mengumumkan hari pernikahan kalian." tutur sa