Mitha mulai merasakan sensasi panas yang membara, dari dalam tubuhnya.
"Pa ... panas! Ha-us!" lirihnya."Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" serunya kepada temannya."Boleh juga ide mu! Bos masih dalam perjalanan ke sini." ucap yang lain."Ayo, kita sikat dia!" tukas orang itu."Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" jerit Mitha takut, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.Teriakan yang menyayat dari bibir Mitha menggelitik telinga Erlan.Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.Erlan lalu mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti salah seorang wanita.Dengan cepat, Erlan menendang pintu kamar itu."Hei! Apa yang hendak kalian lakukan? Dasar bajingan!" teriak Erlan. Lalu mulai melakukan penyerangan, kepada kedua pemuda itu.Erlan yang terbiasa dengan olah raga bela diri terlihat lebih kuat dua kali lipat, melawan para pria itu.Menyadari jika ada seorang pria yang hendak menolongnya, Mitha segera berkata,"Tu ... tuan tolong saya!" teriak Mitha, saat salah satu dari pria itu mulai merobek baju yang dia kenakan.Erlan segera menoleh ke arah pria itu. Laludengan satu tendangan, pria itu pun terjatuh. Lalu disaat situasi mulai lengah, Erlan segera meraih tangan Mitha dan membawanya keluar dari kamar itu."Sialan! Kejar mereka! Cepat!" seru salah satu dari pria itu.Namun terlambat. Para pria itu kehilangan jejak mereka. keduanya seperti telah hilang di telan bumi.Para pria itu kewalahan mencari Mitha. Namun tidak mereka dapati."Sial! Ke mana pria itu membawa wanita tadi? Kok mereka sangat cepat menghilangnya?" kesal para pria itu.Erlan saat ini sedang berada di salah satu kamar yang berjarak sangat dekat dengan kamar yang tadi di tempati oleh wanita itu.Dia terpaksa ikut serta membawa sang wanita ke dalam kamarnya. Demi untuk menyelamatkannya dari para pria tadi."Te-rima kasih, Tu-an. Anda telah menyelamatkan saya." ucapnya, sedikit lega.Erlan tidak menjawab perkataan wanita itu. Dia malah mulai sibuk menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya. Erlan mulai merasakan panas yang sangat dahsyat saat ini.Demikian halnya dengan Mitha. Gadis itu juga mulai membuka beberapa kancing bajunya."Pa-nas!" lirihnya.Melihat gadis itu juga turut menanggalkan bajunya. Erlan seketika langsung menatap tajam ke arahnya."Apakah perempuan ini, juga sudah dicekoki obat perangsang?" Alat tempur milik Erlan menjadi semakin tegak berdiri melihat bahu mulus milik gadis itu.Bahkan Erlan menelan ludahnya berkali-kali, karena melihat gerakan meliuk-liuk yang dilakukan oleh Mitha yang sedang duduk di sofa.Belum lagi dua bukit kembar milik Mitha yang sungguh begitu menggoda batinnya."Haus! haus! Aku sangat haus!" seru sang gadis lagi, sambil mulai memegang lehernya.Mendengar keluhan gadis itu, Erlan yang hanya memakai celana bokser pendek segera berjalan menuju ke arah kulkas berada lalu mengambil sebotol air mineral yang berada di dalamnya untuk diberikan kepada Mitha.Namun siapa sangka, gadis itu malah mengikuti langkah Erlan menuju kulkas dan meraih air mineral itu, lalu langsung meminumnya di depan sang pria.Akan tetapi rasa terbakar dari dalam tubuhnya tidak berhenti juga."Panas! Panas!" serunya, lagi.Lalu dengan berani, Mitha segera memeluk dada telanjang Erlan dengan tatapan penuh damba."Tu ... tuan, tolong saya! Sa ... saya tidak dapat menahannya lagi. Sa-ya hampir mati saat ini! Pa-nas!" ucapnya terbatas sambil mulai membelai punggung pria itu."Hei! Anda kenapa Nona?" tanyanya, kepada gadis itu. Erlan mulai mencoba melepas pelukan Mitha di tubuhnya."Sepertinya diminuman saya, telah dicampur sesuatu." lirihnya sambil menangis."Tolong saya, Tuan. Saya tidak dapat menahannya lagi." Air mata mulai mengalir di kedua pipinya."Nona, situasi kita hampir sama saat ini. Diminuman saya tadi, juga telah dimasukkan sesuatu. Jadi tolong jangan menggoda saya semakin jauh! Takutnya saya tidak bisa menahannya!" hardik Erlan lalu mulai mengendurkan pelukan gadis itu di tubuhnya."Tapi ... saya sudah tidak bisa menahannya lagi, Tuan! Ah ...!" Satu desahan lolos dari bibirnya.Keduanya terjatuh di ranjang akibat kaki Mitha yang tiba-tiba mulai lemas. Erlan selaku pria normal mulai tergoda dengan kemolekan tubuh gadis itu, yang saat ini sangat rapat dengan tubuhnya.Erlan malah telah menindih tubuh Mitha, dan mulai menciumnya. Bibir keduanya mulai bersentuhan.Entah siapa yang memulai, saat ini kedua bibir mereka saling melumat dan mulai terbuai dalam hasrat membara yang berasal dari dalam tubuh mereka.Tangan Erlan mulai bergerilya di atas dua gundukan milik gadis itu."Ah ... Oh ..." desahnya.Erlan semakin terbawa hasrat. Mendengar suara-suara aneh yang berasal dari bibir sang gadis. Lalu dengan kasar, Erlan menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuh gadis itu.Mitha yang merasa panas, terus meliuk-liukkan badannya, seperti ada yang hendak muncrat ke luar dari inti tubuhnya. Ada rasa menggelitik di sana.Dia seakan telah hilang urat malunya, saat pria itu telah berhasil menelanjanginya. Mitha seperti telah kehabisan akal.Sementara Erlan yang melihat kemolekan tubuh Mitha semakin membuat senjata pamungkas yang ada di balik celananya menjadi menegak.Erlan juga ikut menanggalkan semua pakaiannya.Lalu kemudian, dia mulai menghujani tubuh Mitha dengan ciuman bibirnya."Ah ... ah ... oh ..." Desahnya semakin menikmati semua sentuhan Erlan di tubuhnya.Erlan semakin kalap, dia pun mulai menjilati tubuh gadis itu dari atas sampai bawah. Tak lupa dia meninggalkan beberapa tato kepemilikan dari bibirnya, di atas tubuh putih bersih milik Mitha.Gadis itu tak kuasa menahan letupan demi letupan dari dalam tubuhnya, disaat tangan Erlan mulai bermain di kedua pucuk bukit kembarnya yang masih suci."Ah ... Oh ... Sssssshhh!" Mitha hanya mampu berdesis.Erlan semakin gila, setelah puas memilin-milin ujung bukit kembar milik Mitha. Kini giliran lidah Erlan yang sangat lihai menyentuh ujung dua gundukan milik gadis itu.Lagi-lagi, Mitha hanya mampu memejam kan matanya dan menikmati setiap permainan lidah pria itu.Erlan semakin lihai menjilat, menyedot bahkan menggigitnya."Akh ...!" Entah sudah berapa kali Mitha mencapai puncaknya hanya dengan permainan lidah Erlan.Tangan Erlan mulai meraba-raba paha Mitha dan menemukan sesuatu yang lembab di sana.Jari-jarinya mulai sibuk bermain di daerah favorit milik gadis itu."Ah ... ah ...!" desahnya sambil mencengkeram erat kain seprei yang mulai berantakan itu.Tubuhnya kembali bergetar dan pinggulnya mulai naik turun saat tangan Erlan semakin cepat bermain di daerah lembut itu.Serasa ada sesuatu yang muncrat dari dalam inti tubuhnya dan ini baru pertama kali Mitha rasakan.Pandangannya menjadi sayu menginginkan lebih dari sentuhan tangan Erlan.Namun tiba-tiba, Mitha tersentak kaget saat jari tengah milik Erlan mulai masuk ke dalam inti tubuhnya dan mulai melakukan gerakan maju mundur."Oh ...! Ah ...!" desahnya tak karuan.Ada sensasi baru, yang tidak pernah Mitha rasakan sepanjang hidupnya.Rasa terjepit, ngilu, sakit yang lama kelamaan berubah menjadi nikmat."Akh! Akh ...! Mmmmhhhpppp!" teriak Mitha saat kembali merasakan pelepasannya.Tidak sampai disitu saja, Erlan mulai melebarkan paha gadis itu dan melihat dengan seksama surga dunia, untuk pertama kalinya.Beberapa kali Erlan terlihat menelan ludahnya melihat keindahan alam itu. Inti tubuh milik Mitha yang masih berkedut-kedut akibat reaksi obat perangsang yang masih saja belum lepas pengaruhnya.Lagi-lagi, Mithq tersentak saat lidah Erlan mulai bermain dengan lihainya di liang kenikmatan miliknya."Ah, ah, ah ...!" rintihnya tak tertahankan lagi. Kedua tangan Erlan mulai membelai ujung bukit kembar milik Mitha. Dia meremasnya sesuka hatinya.Mitha semakin lupa diri. Dia tidak bisa memakai akal sehatnya saat ini, karena semua perbuatan pria itu di tubuhnya sungguh sangat nikmat baginya.Bahkan dirinya sudah sangat menginginkan setiap sentuhan yang telah dilakukan oleh Erlan pada tubuhnya.Sejujurnya Mitha ingin berontak. Akan Tetapi dia tetap tidak bisa melakukan apa pun. Dirinya memilih menyerah dan menikmati semua sentuhan Erlan di tubuhnya. Mitha hanya mampu menikmati setiap sentuhan dari pria itu.Lalu apakah yang akan terjadi kepada gadis itu selanjutnya?Namun entah sudah berapa kali, Mitha merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya. Tubuhnya bagai tersengat arus listrik beribu-ribu ampere, selalu terus bergetar.Melihat reaksi gadis itu, Erlan juga semakin penasaran. Dia mulai memasukkan senjata pamungkas andalannya, ke dalam gua sempit milik Mitha."Akh ..!" Sa ... sakit!" jerit Mitha sambil menitikkan air mata, yang begitu deras.Erlan menatap gadis itu dalam-dalam, lalu dia membelai lembut wajahnya. Lalu setelah itu Erlan melumat kembali bibirnya yang ranum. Sambil terus mencoba kembali memasukkan alat tempurnya yang sedang mengamuk itu, ke dalam liang kenikmatan milik Mitha.Erlan terus saja mencobanya untuk beberapa kali. Namun tetap saja gagal. Lalu dia menghentikan gempurannya terlebih dahulu karena melihat gadis itu, yang sangat kesakitan.Erlan mulai menyeka air mata Mitha. Lalu berkata,"Apakah sangat sakit?" tanyanya, dan dibalas anggukkan lemah oleh gadis itu."Terus bagaimana? Apakah kita hentikan saja semuanya, sekara
Lalu dengan sisa-sisa tenaganya, Mitha berusaha untuk tetap sadar saat ini. Bagaimana tidak, lelaki itu melakukannya hampir semalaman. Mitha mulai merasakan kelelahan yang sangat dan hampir menggerogoti tulang-tulangnya."Akh ...!" erang keduanya serentak.Pertanda mereka kembali mencapai puncak kenikmatan, surga dunia itu.Gadis itu sudah tak sadarkan diri lagi. Dia langsung tertidur pulas.Demikian halnya dengan Erlan. Dia pun tertidur sambil memeluk erat tubuh polos Mitha yang telah dia tutupi selimut.Akan tetapi tanpa keduanya ketahui, ada seseorang yang diam-diam telah menyelinap masuk ke dalam kamar mereka dan merekam seisi kamar yang sangat berantakan itu.Tidak lupa, orang itu juga mengambil beberapa foto Erlan dan Mitha yang sedang tertidur pulas di atas ranjang yang dipenuhi bercak darah.Setelah tugasnya selesai, orang itu pun keluar dari kamar tersebut.Sesampai di luar kamar seseorang menghampirinya, dan berkata, "Ini bayaran untukmu! Menghilang lah dari kota ini, denga
Sesampai di butik, kedua menantu dan ibu mertua itu semakin heboh, mempersiapkan baju-baju bermerk untuk calon menantu Keluarga Levin."Oma senang banget. Akhirnya kita bisa menjerat Erlan dalam sebuah pernikahan!" Seru sang ibu mertua."Iya, Oma. Aku juga merasa senang. Semoga usaha Erlan tadi malam segera membuahkan hasil." harap Nyonya Anisa."Iya, Anisa. Oma juga berharap begitu. Jadi Oma bisa segera melihat cicit dari Erlan." seru Oma Rini.Lalu tiba-tiba dering ponsel Nyonya Anisa mulai terdengar, dan panggilan itu berasal dari suaminya.Nyonya Anisa"Hallo, Papi. Bagaimana? Apakah sudah ada kabar tentang Erlan?"Tuan Fred"Sudah, Mi. Kamu dan Oma segera lah ke sana. Kita bareng-bareng menggerebek kamar Erlan."Nyonya Anisa"Baiklah, Pi. Sampai jumpa di sana."Nyonya Anisa segera menutup panggilan dari suaminya. Lalu mengabarkan berita gembira itu kepada sang ibu mertua."Oma, Papi Fred baru saja menelponku, dia berkata kalau tempat Erlan menginap sudah ditemukan." serunya kepad
Seketika Mitha segera menyembunyikan tubuhnya rapat-rapat di balik selimut. Tinggal wajahnya yang sedikit kelihatan. Bagaimana tidak, sehelai benang pun tidak melekat di tubuhnya. Tubuhnya masih Terbaring lemah di atas kasur. Seluruh badannya remuk redam akibat ulah Erlan tadi malam.Sementara, pria itu telah memakai kembali celana boxernya, saat pintu kamar terbuka lebar."Erlan Levin! Apa yang telah kamu lakukan!" hardik Tuan Fred marah kepada putrinya.Sementara Erlan sangat kaget melihat keluarganya, yang saat ini telah berada di depan matanya, tepatnya di salah satu kamar yang ada di pub itu."Erlan! Apa yang telah kamu lakukan, Nak? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga kita!" isak tangis Nyonya Anisa, mulai terdengar menggema di dalam kamar itu."Erlan! Opa sangat kecewa kepadamu!" Ternyata Opa Robi juga ikut hadir menggerebek cucu tertuanya itu."Oma juga kecewa kepadamu, Erlan!" ketus Oma Rini.Melihat keluarganya datang semua ke tempat itu, membuat dirinya menjadi frustas
Bersamaan dengan itu, Erlan ke luar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Sementara pakaian bagian bawahnya telah dia pakai.Erlan sedang asyik bersiul-siul ria saat ini. Seolah-olah dirinya tidak memiliki beban apa pun.Setelah pertempuran ranjang yang dia lakukan tadi malam, tubuhnya terasa sangat segar hari ini.Tiba-tiba saja dada bidangnya menghujam penglihatan Mitha. Begitu banyak hasil cakaran kukunya yang menghiasi dada dan punggung pria itu."Apakah itu semua bekas kukuku?" Mitha segera mengalihkan pandangannya darinya, saat pemuda itu melangkah menuju cermin yang ada di dekat ranjang."Aduh ... perih!'Erlan meringis sakit akibat bekas cakaran kuku Mitha di beberapa bagian tubuhnya. Akan tetapi badannya sudah mulai segar kembali setelah berendam lama di dalam bathtub.Sang mami dan sang Oma melihat ke arah dada Erlan yang penuh dengan bekas cakaran. Mereka pun jadi senyum-senyum sendiri."Pasti terjadi pertempuran sengit tadi malam." pikir keduanya."Erlan, kamu sudah s
"Mami ...! Mami ganggu banget, deh!" kesal Erlan kepada ibunya."Erlan! Kamu apain Mitha? Kamu, ini! Jangan lakukan apa pun lagi kepadanya!" tegur sang ibu."Aku hanya menciumnya, Mi!" bela, Erlan."Itu sama saja kamu telah menyentuhnya. Kamu tidak boleh menyentuh Mitha lagi sebelum kalian resmi menjadi suami dan istri!" tegas sang ibu, lagi."Apa-apaan sih, Mami! Peraturan dari mana tuh?" Jelas saja Erlan tidak mau. Karena baginya, tubuh Mitha bagai mainan baru yang sangat berguna untuk menjinakkan alat tempurnya, jika sedang dalam mode mengamuk."Peraturan dari Mami dan seluruh Keluarga besar Levin. Sana kamu, ke luar dari sini!" Erlan pun terpaksa keluar dari kamar mandi itu dengan muka penuh amarah.Bagaimana tidak, hasratnya tak tersalurkan saat ini.Sesampai di dalam kamar, sang Oma berkata, "Lan, lihat itu bajumu telah basah. Kamu ganti dulu. Karena setelah kamu dan Mitha sarapan, Keluarga Levin akan melakukan konferensi pers untuk mengumumkan hari pernikahan kalian." tutur sa
"Ya ... Oma harap juga begitu. Keinginan kedua wanita yang sangat dekat dengan Erlan itu terlalu besar untuk kebahagiaan keduanya.Setelah selesai makan, mereka disibukkan dengan mencocokkan cincin permata, bertahtah berlian murni untuk dilekatkan di jari manis Mitha.Tuan Fred bahkan telah mem-booking pub itu, sebagai tempat diumumkannya pertunangan diantara Mitha dan Erlan. "Mi, memangnya harus pakai cincin kah?" keluh Erlan yang dari tadi jari manisnya, diukur beberapa kali oleh cowok kemayu, salah satu karyawan, yang ditugaskan oleh toko permata terkenal itu, untuk melakukan pelayanan khusus bagi pelanggan high class seperti Keluarga Levin."Yaiyalah, Lan! Kamu ini aneh-aneh saja pertanyaannya." tutur sang mami."O ... Oma, apakah ini tidak berlebihan? Harga cincinnya sangat mahal, Oma. Apakah tidak ada cincin yang harganya biasa saja?" keluh Mitha bingung, melihat harga satu cincin saja yang sangat mahal."Mitha ... kamu itu, calon menantu Keluarga Levin. Kamu nantinya akan menj
"Tuan Brandon, sepertinya Anda harus bersembunyi dulu dalam beberapa saat. Tuan Fred sepertinya mulai melakukan penyelidikan terkait masalah yang dihadapi oleh putranya. Takutnya Anda akan merasakan akibatnya, nanti. Apalagi perusahaan Anda dalam posisi sangat sulit, saat ini." seru salah satu rekan bisnisnya, kepada Brandon yang dulunya juga teman satu kampusnya."Tapi, Tuan Fadli. Bagaimana dengan perusahaan saya? Siapa yang mengurusnya nanti?" tanyanya ragu-ragu untuk melarikan diri. "Soal itu, saya tidak dapat mencampurinya, Tuan. Anda coba mencari solusinya sendiri. Biar bagaimana pun, Tuan Erlan juga rekan bisnis perusahaan saya. Sekaligus sebagai sahabat lama kita saat kuliah dulu. Seharusnya Anda bisa lebih bijak dan berhati-hati dalam mengambil suatu tindakan." Nasehat Tuan Fadli itu, yang berhasil membuat Tuan Brandon terdiam.Tuan Fadli segera berlalu dari sebuah kafe, di sudut Kota Jakarta itu. Sebagai tempat dirinya dan Brandon janjian untuk bertemu tadinya.Sementara Tu