"Ya mau bagaimana dong, Mami. Gaunnya kuno semua tidak ada menariknya sama sekali, menurutku." ucap Erlan sesuka hatinya."Terus gaun yang seperti apa yang Anda mau, Tuan Muda?" tanya sang desainer kecewa, karena Erlan tidak menyukai gaun-gaun rancangannya."Aku ingin gaun yang lebih berkilau, bercahaya, elegan dan terkesan mewah!" serunya sambil mulai berkeliling butik itu untuk mencari sendiri gaun yang dirinya sukai, untuk dipakai oleh Mitha.Sang calon istri menjadi harap-harap cemas dengan gaun yang akan dipilih oleh Erlan kepadanya. Karena dia tahu jika pria itu tidak bisa dibantah."Semoga saja Mas Erlan bisa memilih gaun yang benar-benar cocok untuk ku pakai." harapnya, dalam hati.Sementara Mami Anisa dan Oma Rini terlihat pasrah dengan Erlan. Mereka sudah sangat capek dengan tingkah Erlan. Jadi keduanya memberi wewenang penuh kepada pria itu untuk memilih sendiri gaun yang akan dipakai oleh Mitha nantinya, di acara pernikahan mereka."Sial! Kenapa gaun pengantin di butik ini
Ternyata benar kata pepatah,Yang mengatakan, "like father, like son.Seperti halnya yang terjadi kepada putranya. Ternyata sifat posesif sang suami, Tuan Fred diwarisi oleh Erlan.Dari sifat Erlan, tidak ada sedikit pun kesan ramah kepada semua orang. Dia malah terlihat sangat angkuh, keras kepala dan arogan. Semua sifat Erlan di atas benar-benar dirinya turunkan dari ayahnya, Tuan Fred.Nyonya Anisa menghela napasnya panjang lalu berkata pelan,Tak terasa putra mereka telah dewasa dan sebentar lagi akan memiliki kehidupan pernikahannya sendiri.Yang tersisa nantinya tinggal dirinya dan sang suami yang masih terlihat mesra, walaupun usia mereka sudah tidak muda lagi.Erlan menatap wajah ibunya yang terlihat mulai sendu. Dia pun segera berkata, "Mami kenapa? Kok wajah Mami menjadi bersedih begitu?" tanyanya kepada ibunya."Mami nggak apa-apa kok, Lan. Mami hanya ingat masa-masa saat kamu masih kecil dulu. Ternyata sekarang kamu sudah dewasa dan sebentar lagi, kamu juga akan berumah
Erlan mulai membaca situasi butik itu. Dia melihat sang mami dan Oma Rini sedang sibuk berbincang-bincang dengan desainer itu. Erlan pun kembali tersenyum licik. Dia berpikir jika situasi sungguh sangat kondusif saat ini. Lalu tanpa diketahui oleh semuanya. Erlan mengikuti langkah Mitha menuju ke arah toilet berada. Erlan lalu menunggu Mitha tepat di depan pintu toilet. Dia sudah tidak tahan lagi. Hasratnya yang membara lebih mengalahkan akal sehatnya kali ini. Dengan santainya, tanpa rasa curiga sedikit pun, Mitha mulai ke luar dari kamar mandi. Dia tidak tahu saja jika seseorang sedang menunggunya di depan toilet itu. Sosok pria itu bertubuh tinggi besar, dialah Erlan. Namun belum sempat setengah badannya ke luar dari kamar mandi, Erlan malah meraih tangannya dengan paksa lalu menarik kembali tubuh Mitha untuk masuk ke dalam toilet itu. Alangkah kagetnya Mitha saat merasakan sebuah tangan besar dan kokoh kembali membawanya masuk ke dalam toilet itu. Sosok itu bertubuh tinggi,
Setelah menetralisir degupan jantungnya, Erlan pun ke luar dari dalam toilet."Aduh, Lan! Kamu dari mana saja? Mami mencarimu dari tadi." keluh Mami Anisa."Aku baru dari toilet, Mami." jawabnya santai. Lalu Erlan melirik ke arah Mitha yang sedang minum air satu gelas penuh, yang langsung dihabiskan olehnya."Apakah, dia sangat kehausan? Kok dia banyak banget minum airnya?" tanyanya dalam hati.Tentu saja saat ini, Mitha sangat haus. Dia kehabisan banyak energi gara-gara ulah Erlan kepadanya."Urusan gaun sudah beres kan? Setelah ini, kita akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin kawin untuk kalian berdua." sahut sang mami lagi."Tapi, Nisa. Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Mitha dan Erlan pasti sedang kelaparan juga, sekarang." tutur Oma Rini."Wah sepertinya itu ide yang bagus, Oma. Baiklah kita makan dulu." tukas Mami Anisa.Sementara Mitha terlihat banyak menunduk, karena Erlan yang dari tadi terus melirik ke arahnya. "Mas Erlan kok lihatin aku terus, sih? Bikin aku ris
Setelah dia rasa semua telah terlihat sempurna, Mitha lalu melangkah ke luar dari kamar mandi itu.Kemudian dia mulai melangkah untuk kembali ke meja di mana ada Erlan dan yang lainnya sedang menyantap makan siang mereka.Tiba-tiba dari kejauhan seorang pria tegap berpapasan dengannya. Pria itu menatap wajah Mitha penuh dengan kerinduan yang mendalam.Sejak dulu, sang pria sangat mengagumi sosok Mitha. Pria itu sangat memujanya. Mitha adalah gadis impiannya. Sudah bertahun-tahun lamanya, dia memendam rasa kepada Mitha. Sampai saat ini, rasa itu tetap sama, hanya untuk Mitha semata. Walaupun sang pria terkenal sebagai pemain wanita. Begitu banyak para perempuan yang telah naik ranjang dengannya, namun rasa cinta terdalamnya, hanya untuk Mitha Alena, seorang.Para wanita murahan itu hanya dia jadikan sebagai alat penghangat ranjangnya saja untuk menyalurkan hasrat liarnya. Bahkan disaat dirinya menaiki para wanita itu, wajah Mitha lah yang dia bayangkan. Fantasi terliarnya adalah mem
Sensasi berbeda dirasakan oleh Erlan saat ini. Karena Mitha yang memeluknya sangat erat.Jordan seketika kaget dengan tindakan Mitha yang memeluk pria asing tepat di depan matanya. Bahkan pelukannya di punggung pria itu terasa sangat erat.Ingin rasanya Jordan menghajar Erlan karena membuat gadis yang dirinya cintai itu, sampai memohon-mohon kepadanya.Namun lagi-lagi Jordan tak berdaya menunjukkan sifat berangnya di hadapan gadis itu.Seketika saja, emosi di hati Erlan memudar secara perlahan. Karena pelukan Oliv di tubuh bagian belakangnya. Terasa hangat dan sangat menggoda jiwa raganya.Secara perlahan, Erlan melepas cengkraman tangannya dari kerah baju Jordan. Lalu menurunkan kepalan tangannya, yang ingin dirinya layangkan di wajah pria itu. Sebenarnya Erlan ingin sekali menghajar Jordan Akan tetapi hal itu urung dia lakukan karena pelukan Mitha dan tangisannya yang benar-benar membuat Erlan tak berdaya.Dia lalu menghentak tubuh Jordan dengan kasar dan mulai menjauh darinya.Er
Setelah agak jauh dari toilet. Erlan segera melepas genggaman tangannya dari Mitha. Sembari berkata, "Dasar wanita genit! Gampangan banget kamu, main peluk-peluk pria lain! Dasar jalang!" marahnya sambil menatap tajam ke arah Mitha. Gadis itu seketika tersentak mendengar ucapan Erlan yang begitu menusuk. Dia menatap pria itu lagi-lagi dengan tatapan terluka. "Apa Lo, lihat-lihat gue! Apa Lo mau gue terkam?" kesalnya Erlan lagi. Entah kenapa darah Erlan tiba-tiba sangat mendidih saat melihat Mitha berpelukan dengan Jordan. Ingin rasanya, dia menghajar pria itu sampai babak belur dan tak berbentuk. Karena berani menyentuh wanitanya. "Mas ... kamu jadinya kok ngomongnya kasar begitu kepada ku? Tadi kan aku sudah jelasin, jika Jordan sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri.""Cih! Saudara sendiri! Memangnya Lo sama kambing congek itu bersaudara kandung? Tidak kan? Murahan banget Lo! Main peluk sana-sini! Dasar gampangan!" serunya semakin lantang. "Mas Erlan cukup! Berhentilah me
"Ke luar kalian semua!" usir Jordan kepada beberapa wanita panggilan yang ingin memuaskan hasratnya.Hasrat bercintanya yang tadinya bertubi-tubi, tiba-tiba hilang begitu saja. Mendengar nasib perusahaannya.Terlebih tadi, sang ayah menelponnya dan menyuruhnya agar segera melakukan meeting mendadak untuk membereskan kekacauan yang telah dia lakukan."Shitt! Aku harus mencari cara untuk membuat Erlan Levin hancur berkeping-keping! Tunggu saja pembalasan dari ku!" tegasnya dalam hati.Jordan pun mulai menyusun rencana jahat dalam hatinya untuk menghancurkan Erlan. Saat ini, dia sedang menelpon seorang preman terkenal di Kota Jakarta. Untuk menghancurkan Erlan.Setelah selesai menelepon orang itu, Jordan tersenyum lega."Rasain Lo, Erlan Levin! Kali ini, Lo akan mendapatkan balasanmu, karena berani mempermainkan gue!" ketusnya dalam hati.Di sebuah toko perhiasan, Mami Anisa, Oma Rini, Mitha dan juga Erlan, saat ini sedang berada di sebuah toko, yang menjual cincin berlian."Bagaimana
Sebulan setelah pulang liburan romantis di Gili Trawangan, Mitha mulai merasakan perubahan pada tubuhnya. Awalnya, dia mengira hanya kelelahan biasa, akan tetapi setelah beberapa hari, gejala yang dirasakan olehnya semakin jelas. Perutnya terasa kembung, mual setiap pagi, dan keinginan makan yang tidak biasanya. Mitha pun memutuskan untuk melakukan tes kehamilan dan hasilnya menunjukkan dua garis merah.Dengan hati berdebar, Mitha memanggil suaminya, Erlan. "Mas, kamu bisa ke sini sebentar?" serunya dari dalam kamar mandi.Erlan yang sedang membaca di dalam kamar segera bergegas menuju kamar mandi. "Ada apa, Sayang?"Mitha, dengan senyum lebar dan mata berbinar, lalu mengangkat tes kehamilan itu."Kita akan punya bayi lagi!"“Apa? Jadi hasil goyangan maut yang kita lakukan saat liburan di Pulau Lombok, berhasil, Sayang?” seru Erlan sambil tersenyum bahagia.Erlan menatap tes kehamilan itu, kemudian wajah Mitha, dan seketika kebahagiaan membanjiri hatinya. "Oh Tuhan, Sayangku Mitha!
Pagi itu, mentari baru saja terbit ketika Erlan dan Mitha sedang mempersiapkan keberangkatan mereka ke Gili Trawangan, Lombok. Asher, putra mereka yang baru saja genap berusia dua tahun, sedang asyik bermain dengan mainan favoritnya di ruang keluarga. Wajah mungilnya memancarkan kebahagiaan dan kepolosan masa kanak-kanak. Namun, hari itu berbeda dari biasanya. Erlan dan Mitha berencana akan memberikan adik kepada Asher, dan untuk mewujudkan impian itu, mereka memutuskan untuk pergi berlibur berdua."Sayang, apa sudah siap?" tanya Erlan sembari merapikan koper di depan pintu.Mitha menoleh dan tersenyum, "Sudah, Mas. Kita pamit dulu sama Asher, ya."Mereka berdua lalu berjalan menuju ruang tamu dan mendekati Asher. Mitha mengangkat putra kecilnya dan berkata dengan lembut, "Asher, Mami dan Papi mau pergi sebentar ya. Asher akan main sama Oma Anisa. Janji, kita akan segera kembali."Asher hanya tersenyum dan meraih mainannya. Anisa, ibu dari Erlan, muncul dari dapur dengan senyum ramah
Sembilan bulan telah berlalu sejak Mitha mengetahui bahwa dia hamil. Pagi itu, dia dan Erlan berada di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta, menunggu momen yang telah dinantikan oleh seluruh anggota keluarga selama berbulan-bulan. Mitha sedang bersiap-siap untuk melahirkan bayi laki-laki mereka yang akan diberi nama Asher Levin. Di ruang bersalin, Erlan dengan setia mendampingi istrinya. "Mas Erlan, aku takut," ucap Mitha dengan suara lemah namun penuh harap. Erlan pun menggenggam tangan Mitha erat-erat dan memandangnya dengan penuh kasih, "Kamu pasti bisa melakukannya, Sayang. Aku ada di sini bersamamu. Kita pasti bisa melewati ini bersama. Percaya kepadaku." Mitha mulai merasakan kontraksi yang semakin kuat dan intens. Erlan tetap berada di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan yang dibutuhkan oleh istrinya. "Tarik napas dalam-dalam, Sayang. Ingat teknik pernapasan yang kita pelajari," tutur Erlan dengan tenang sambil mengelus rambut Mitha. Dokter dan perawat
Pagi itu, sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela kamar Erlan dan Mitha, membangunkan mereka dengan hangat. Hari dimulai seperti biasa hingga tiba-tiba Mitha berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Erlan, yang masih setengah mengantuk, segera terbangun dengan panik.“Mitha, kamu kenapa?” Erlan bertanya dengan cemas sambil mengikuti istrinya ke kamar mandi.Mitha terengah-engah, berusaha mengatur napasnya. “Aku tidak tahu, Mas. Tiba-tiba saja aku merasa mual.”Erlan dengan cepat mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air dingin, lalu memberikan kepada Mitha. “Ini, coba lap wajahmu. Kita ke rumah sakit sekarang juga, ya?”Mitha mengangguk lemah. “Baik, Mas.”Dalam perjalanan ke rumah sakit, pikiran Erlan dipenuhi dengan berbagai kekhawatiran. Dia terus memegang tangan Mitha, memberikan kekuatan dan dukungan bagi istrinya.“Mas, aku merasa agak lebih baik sekarang,” ucap Mitha mencoba menenangkan suaminya.“Tetap saja, kita perlu memastikan semuanya baik-baik saja. L
Setelah pulang berbulan madu,Pagi itu, suasana di rumah Erlan dan Mitha dipenuhi oleh kegembiraan dan semangat. Mitha sedang bersiap-siap untuk wisuda yang akan diadakan beberapa jam lagi. Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Mitha mengenakan kebaya modern berwarna lilac, dipadukan dengan make-up natural yang membuatnya terlihat sangat cantik. Di sebelahnya, Erlan, suaminya, mengenakan setelan jas dengan warna senada, membuat mereka tampak serasi seperti pangeran dan putri kerajaan.“Mitha, Sayangku! Kamu cantik sekali hari ini,” puji Erlan dengan tatapan kagum.Mitha tersenyum,“Terima kasih, Mas. Kamu juga tampan sekali. Terima kasih sudah selalu ada untukku.”“Sudah seharusnya, Sayang. Hari ini adalah hari yang spesial untukmu, aku sangat bangga padamu, Istriku.” jawab Erlan sambil merapikan rambut Mitha yang terurai indah.Di ruang tamu, para orang tua mereka sudah berkumpul. Mami Anisa dan Papi Fred, kedua orang tua Erlan, tampak anggun dan gagah. Kakek dan nenek Erla
Tengah malam di kabin kayu di Lake Tahoe terasa begitu tenang, dengan hanya suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan pinus di luar. Di dalam kabin, kehangatan dari perapian yang masih menyala menciptakan suasana nyaman dan tenang.Namun tiba-tiba saja Erlan terbangun, merasakan kehangatan tubuh Mitha yang sedang tidur di sebelahnya. Sebuah dorongan tiba-tiba muncul dalam dirinya, kerinduan untuk merasakan kedekatan yang lebih erat dengan istrinya.Erlan menatap wajah damai Mitha yang tertidur, rambutnya terurai di atas bantal. Dengan lembut, Erlan mengusap pipi Mitha, dan membangunkannya perlahan."Mitha, Sayang," bisiknya pelan di telinga istrinya.Mitha membuka matanya perlahan, mencoba mengatasi kantuknya. "Ada apa, Mas Erlan?" tanyanya dengan suara lembut, sedikit bingung karena suaminya tiba-tiba membangunkannya di tengah malam itu.Erlan tersenyum, menatap istrinya dengan penuh kasih."Aku merindukanmu, Sayang. Aku ingin kita menikmati malam ini bersama, dan lebih d
Pagi berikutnya, sinar matahari yang cerah kembali membangunkan Erlan dan Mitha di kamar suite mewah mereka di The Ritz-Carlton Hotel. Mereka menikmati sarapan ringan di balkon kamar, dengan pemandangan Kota Los Angeles yang mulai sibuk di bawah sana."Sudah siap untuk petualangan hari ini, Sayang?" tanya Erlan sambil menyeruput kopi hangatnya."Tentu saja, Mas. Aku sungguh tidak sabar untuk melihat Napa Valley dan Big Sur," jawab Mitha dengan tersenyum lebar.“Okay, Cintaku!”Setelah sarapan, Mitha dan Erlan segera berkemas dan bersiap-siap untuk perjalanan panjang menuju Napa Valley. Keduanya menyewa mobil dan meninggalkan Los Angeles, menyusuri jalan bebas hambatan dengan pemandangan indah di sekitar mereka. Perjalanan keduanya diwarnai dengan obrolan ringan dan canda tawa, serta sesekali mobil mereka berhenti untuk menikmati pemandangan.Setelah beberapa jam berkendara, akhirnya Mitha dan Erlan tiba di Napa Valley, yang terkenal dengan kebun anggurnya yang luas dan pemandangan ya
Pagi yang cerah di Kota Los Angeles menyambut Erlan dan Mitha dengan sangat hangat. Sinar matahari mulai menyusup melalui tirai jendela di kamar suite mereka di hotel The Ritz-Carlton, yang membangunkan keduanya dari tidur nyenyak. Erlan terbangun terlebih dahulu, tersenyum melihat wajah damai Mitha yang masih tertidur. Pria itu perlahan bangun dan menuju kamar mandi untuk mengisi bathtub dengan air hangat."Mitha, bangun, Sayang. Ada kejutan kecil untukmu," ucap Erlan sambil membangunkan Mitha dengan lembut.Mitha membuka mata dan tersenyum lebar ketika melihat suaminya. "Apa itu, Mas Erlan?" tanyanya dengan suara yang masih mengantuk."Ayo, kita habiskan pagi ini dengan bersantai di bathtub," jawab Erlan sambil membimbing Mitha menuju kamar mandi.“Ih … nggak mau! Nanti Mas aneh-aneh lagi!” protes Mitha.“Ha-ha-ha. Nggak kok, Sayang. Aku janji. Kita hanya menghabiskan waktu berdua saja. I promise you, Baby!” sahut Erlan.“Ya sudah, kalau begitu aku mau. Ingat janjimu ya, Mas?” tut
Setelah mendapatkan lampu hijau dari istrinya, Erlan pun segera melakukan awal penyerangan di tubuh sang istri.Pria itu mulai mencium dan melahap bibir istrinya dan menikmati manisnya. Mitha juga membalas ciuman dari suaminya walaupun masih terasa kaku.Tangan Erlan sudah tidak tinggal diam, mengelus sekujur tubuh istrinya. Bermain di dua gundukan Mitha yang menjulang tinggi dan terasa kenyal di kedua tangannya.Erlan juga membenamkan bibirnya di leher istrinya dan meninggalkan bekas merah yang banyak di sana.Tubuh Mitha sudah terlihat berantakan saat ini. Akibat ulah Erlan yang ganas. Lidah suaminya terus menjilati area favoritnya di tubuh Mitha.Pria itu pun turut membenamkan bibirnya di puncak gundukan Mitha yang sungguh indah, dan bermain lama dengan lidahnya. Hanya terdengar desahan dari bibir istrinya menahan geli dan hasrat yang semakin membuncah. "Ah ... Mas ... ah!" Tangan Mitha mulai sibuk menarik-narik rambut suaminya dan meremasnya kuat.Dia pun mendesis berkali-kali