Mendengar ucapan yang berbau ancaman dari anaknya. Mami Anisa segera bertindak, karena dia mengetahui bagaiman keras kepalanya, putranya itu.Mami Anisa pun mulai angkat bicara, "Dio, Arjuna. Kalian menunggunya di luar saja, ya. Bisa dipastikan kami aman di dalam sini.""Siap, Aunty. Tanpa disuruh pun aku akan keluar dari sini. Aku cukup tahu diri, kok. Hanya saja, aku tidak mau bersifat kekanakkan seperti orang, itu!" tunjuknya sinis, kepada Erlan."Sialan, Lo! Kutu kuprey! Berani Lo, ama gue?" balas Erlan emosi!" Namun Arjuna tak menggubris ucapan Erlan. Dia malah berkata kepada Asisten Dio,"Ayo kita cabut dari sini! Ntar bekicot sawah akan buat rusuh," sindir Arjuna lagi."Ha-ha-ha." Asisten Dio kembali tertawa mendengar ucapan Arjuna yang terus saja mengejek atasannya."Sialan Lo, Dio! Lo berani nertawain gue? Gue akan potong gaji Lo selama dua tahun!" ketus Erlan marah.Mendengar hal itu, nyali Asisten Dio menjadi menciut. "Maaf, Bos. Saya tidak akan tertawa lagi. Tolong jang
"Ya mau bagaimana dong, Mami. Gaunnya kuno semua tidak ada menariknya sama sekali, menurutku." ucap Erlan sesuka hatinya."Terus gaun yang seperti apa yang Anda mau, Tuan Muda?" tanya sang desainer kecewa, karena Erlan tidak menyukai gaun-gaun rancangannya."Aku ingin gaun yang lebih berkilau, bercahaya, elegan dan terkesan mewah!" serunya sambil mulai berkeliling butik itu untuk mencari sendiri gaun yang dirinya sukai, untuk dipakai oleh Mitha.Sang calon istri menjadi harap-harap cemas dengan gaun yang akan dipilih oleh Erlan kepadanya. Karena dia tahu jika pria itu tidak bisa dibantah."Semoga saja Mas Erlan bisa memilih gaun yang benar-benar cocok untuk ku pakai." harapnya, dalam hati.Sementara Mami Anisa dan Oma Rini terlihat pasrah dengan Erlan. Mereka sudah sangat capek dengan tingkah Erlan. Jadi keduanya memberi wewenang penuh kepada pria itu untuk memilih sendiri gaun yang akan dipakai oleh Mitha nantinya, di acara pernikahan mereka."Sial! Kenapa gaun pengantin di butik ini
Ternyata benar kata pepatah,Yang mengatakan, "like father, like son.Seperti halnya yang terjadi kepada putranya. Ternyata sifat posesif sang suami, Tuan Fred diwarisi oleh Erlan.Dari sifat Erlan, tidak ada sedikit pun kesan ramah kepada semua orang. Dia malah terlihat sangat angkuh, keras kepala dan arogan. Semua sifat Erlan di atas benar-benar dirinya turunkan dari ayahnya, Tuan Fred.Nyonya Anisa menghela napasnya panjang lalu berkata pelan,Tak terasa putra mereka telah dewasa dan sebentar lagi akan memiliki kehidupan pernikahannya sendiri.Yang tersisa nantinya tinggal dirinya dan sang suami yang masih terlihat mesra, walaupun usia mereka sudah tidak muda lagi.Erlan menatap wajah ibunya yang terlihat mulai sendu. Dia pun segera berkata, "Mami kenapa? Kok wajah Mami menjadi bersedih begitu?" tanyanya kepada ibunya."Mami nggak apa-apa kok, Lan. Mami hanya ingat masa-masa saat kamu masih kecil dulu. Ternyata sekarang kamu sudah dewasa dan sebentar lagi, kamu juga akan berumah
Erlan mulai membaca situasi butik itu. Dia melihat sang mami dan Oma Rini sedang sibuk berbincang-bincang dengan desainer itu. Erlan pun kembali tersenyum licik. Dia berpikir jika situasi sungguh sangat kondusif saat ini. Lalu tanpa diketahui oleh semuanya. Erlan mengikuti langkah Mitha menuju ke arah toilet berada. Erlan lalu menunggu Mitha tepat di depan pintu toilet. Dia sudah tidak tahan lagi. Hasratnya yang membara lebih mengalahkan akal sehatnya kali ini. Dengan santainya, tanpa rasa curiga sedikit pun, Mitha mulai ke luar dari kamar mandi. Dia tidak tahu saja jika seseorang sedang menunggunya di depan toilet itu. Sosok pria itu bertubuh tinggi besar, dialah Erlan. Namun belum sempat setengah badannya ke luar dari kamar mandi, Erlan malah meraih tangannya dengan paksa lalu menarik kembali tubuh Mitha untuk masuk ke dalam toilet itu. Alangkah kagetnya Mitha saat merasakan sebuah tangan besar dan kokoh kembali membawanya masuk ke dalam toilet itu. Sosok itu bertubuh tinggi,
Setelah menetralisir degupan jantungnya, Erlan pun ke luar dari dalam toilet."Aduh, Lan! Kamu dari mana saja? Mami mencarimu dari tadi." keluh Mami Anisa."Aku baru dari toilet, Mami." jawabnya santai. Lalu Erlan melirik ke arah Mitha yang sedang minum air satu gelas penuh, yang langsung dihabiskan olehnya."Apakah, dia sangat kehausan? Kok dia banyak banget minum airnya?" tanyanya dalam hati.Tentu saja saat ini, Mitha sangat haus. Dia kehabisan banyak energi gara-gara ulah Erlan kepadanya."Urusan gaun sudah beres kan? Setelah ini, kita akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin kawin untuk kalian berdua." sahut sang mami lagi."Tapi, Nisa. Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Mitha dan Erlan pasti sedang kelaparan juga, sekarang." tutur Oma Rini."Wah sepertinya itu ide yang bagus, Oma. Baiklah kita makan dulu." tukas Mami Anisa.Sementara Mitha terlihat banyak menunduk, karena Erlan yang dari tadi terus melirik ke arahnya. "Mas Erlan kok lihatin aku terus, sih? Bikin aku ris
Setelah dia rasa semua telah terlihat sempurna, Mitha lalu melangkah ke luar dari kamar mandi itu.Kemudian dia mulai melangkah untuk kembali ke meja di mana ada Erlan dan yang lainnya sedang menyantap makan siang mereka.Tiba-tiba dari kejauhan seorang pria tegap berpapasan dengannya. Pria itu menatap wajah Mitha penuh dengan kerinduan yang mendalam.Sejak dulu, sang pria sangat mengagumi sosok Mitha. Pria itu sangat memujanya. Mitha adalah gadis impiannya. Sudah bertahun-tahun lamanya, dia memendam rasa kepada Mitha. Sampai saat ini, rasa itu tetap sama, hanya untuk Mitha semata. Walaupun sang pria terkenal sebagai pemain wanita. Begitu banyak para perempuan yang telah naik ranjang dengannya, namun rasa cinta terdalamnya, hanya untuk Mitha Alena, seorang.Para wanita murahan itu hanya dia jadikan sebagai alat penghangat ranjangnya saja untuk menyalurkan hasrat liarnya. Bahkan disaat dirinya menaiki para wanita itu, wajah Mitha lah yang dia bayangkan. Fantasi terliarnya adalah mem
Sensasi berbeda dirasakan oleh Erlan saat ini. Karena Mitha yang memeluknya sangat erat.Jordan seketika kaget dengan tindakan Mitha yang memeluk pria asing tepat di depan matanya. Bahkan pelukannya di punggung pria itu terasa sangat erat.Ingin rasanya Jordan menghajar Erlan karena membuat gadis yang dirinya cintai itu, sampai memohon-mohon kepadanya.Namun lagi-lagi Jordan tak berdaya menunjukkan sifat berangnya di hadapan gadis itu.Seketika saja, emosi di hati Erlan memudar secara perlahan. Karena pelukan Oliv di tubuh bagian belakangnya. Terasa hangat dan sangat menggoda jiwa raganya.Secara perlahan, Erlan melepas cengkraman tangannya dari kerah baju Jordan. Lalu menurunkan kepalan tangannya, yang ingin dirinya layangkan di wajah pria itu. Sebenarnya Erlan ingin sekali menghajar Jordan Akan tetapi hal itu urung dia lakukan karena pelukan Mitha dan tangisannya yang benar-benar membuat Erlan tak berdaya.Dia lalu menghentak tubuh Jordan dengan kasar dan mulai menjauh darinya.Er
Setelah agak jauh dari toilet. Erlan segera melepas genggaman tangannya dari Mitha. Sembari berkata, "Dasar wanita genit! Gampangan banget kamu, main peluk-peluk pria lain! Dasar jalang!" marahnya sambil menatap tajam ke arah Mitha. Gadis itu seketika tersentak mendengar ucapan Erlan yang begitu menusuk. Dia menatap pria itu lagi-lagi dengan tatapan terluka. "Apa Lo, lihat-lihat gue! Apa Lo mau gue terkam?" kesalnya Erlan lagi. Entah kenapa darah Erlan tiba-tiba sangat mendidih saat melihat Mitha berpelukan dengan Jordan. Ingin rasanya, dia menghajar pria itu sampai babak belur dan tak berbentuk. Karena berani menyentuh wanitanya. "Mas ... kamu jadinya kok ngomongnya kasar begitu kepada ku? Tadi kan aku sudah jelasin, jika Jordan sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri.""Cih! Saudara sendiri! Memangnya Lo sama kambing congek itu bersaudara kandung? Tidak kan? Murahan banget Lo! Main peluk sana-sini! Dasar gampangan!" serunya semakin lantang. "Mas Erlan cukup! Berhentilah me