Tak lama kemudian ada dokter dan beberapa perawat yang masuk ke dalam ruangan tempat Ana berada.
"Edna, apa kamu merasakan sesuatu yang salah?"
Ana terlihat kebingungan saat melihat dokter tersebut dan dia dengan segera menjawab. "Maaf tapi saya bukan Edna. Saya mau pulang saja," katanya dengan suara pelan.
Ana tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang jelas, dia tidak ingin berada di sini lama-lama.
Wajah semua orang yang ada di ruangan itu terlihat syok. Claudia, wanita paruh baya yang berpenampilan anggun itu bahkan oleng dan hampir terjatuh andai saja tidak ditahan oleh Patrik.
Patrik melihat ke arah dokter dan memberikan isyarat untuk memeriksa adiknya dengan lebih detail.
"Nama kamu adalah Edna. Griselda Edna Hariman. Kamu tidak ingat?” tanya dokter.
Ana menggeleng, hendak menjelaskan bahwa dirinya bukan gadis yang dimaksud. “Saya—”
“Nyonya dan tuan, tolong keluar sebentar. Saya mau memeriksa Edna dengan lebih mendalam." Dokter yang tahu bahwa ada yang tidak beres dengan pasien ini langsung bertindak dengan siaga.
Awalnya Claudia terlihat keberatan, tapi karena isyarat dari Patrik maka wanita itu dengan berat hati keluar dari ruangan.
Ana yang mendengar nama belakang Hariman langsung teringat pada cerita Leona.
Ia ingat bahwa sebelum mengalami kecelakaan, Leona bercerita mengenai anak perempuan keluarga Hariman yang memberikan Leona sepatu mahal yang cantik.
Leona juga mengatakan bahwa keluarga Hariman adalah konglomerat yang memang sudah kaya raya dari dulu.
Ana tidak bertanya lebih lanjut bagaimana Leona bisa mengenal orang hebat semacam itu, tapi yang paling Ana ingat adalah wajah anak perempuan keluarga Hariman yang sama persis dengan Ana.
Mungkinkah Edna adalah gadis yang dimaksud oleh temannya itu?
Akan tetapi, bagaimana bisa dirinya ada di sini dan disalahpahami sebagai Edna? Kemana Edna yang asli?
Ribuan pertanyaan memenuhi kepala Ana hingga membuatnya pusing. Dokter mengajukan beberapa pertanyaan lagi, tapi Ana tak begitu mendengar hingga pandangannya kembali mengabur.
*
"Berdasarkan hasil pemeriksaan secara menyeluruh, sebenarnya tidak ada yang salah dengan Edna. Edna memang mengalami kecelakaan yang parah namun hal itu tidak mengakibatkan hilangnya ingatan." Dokter mulai menyampaikan hasil pemeriksaan Edna pada Patrik dan Claudia.
"Lalu kenapa anak saya seperti itu, dokter? Kenapa dia bilang dia bukan Edna?"
Claudia bingung dan cemas. Kalau memang Edna tidak kehilangan ingatannya mengapa dia mengatakan hal semacam itu?
"Ma, kita dengarkan dulu ucapan dokter yang selanjutnya." Patrik tetap mencoba untuk tenang walaupun hatinya sama seperti ibunya.
"Kondisi ini jauh lebih berbahaya karena berarti ada yang salah dengan kondisi psikologisnya. Edna memasang mekanisme pertahanan dengan melupakan sosok dirinya yang bernama Griselda Edna Hariman,” jelas dokter tersebut. “Bagi Edna, dirinya merasa tidak nyaman dan tidak puas dengan kehidupan sebagai Griselda Edna Hariman. Mekanisme pertahanan itu berhasil dibangun karena dia mengalami kecelakaan fatal yang sampai membuat syok."
Fakta mencengangkan yang diucapkan oleh dokter semakin membuat Claudia dan Patrik tidak habis pikir. Mengapa kondisi seperti ini dialami oleh Edna? Bukankah Edna bahagia saja selama ini?
"Patrik, apa mama ada salah dengan Edna? Apa mama selama ini tidak bisa jadi ibu yang baik untuk Edna? Mama terlalu kasarkah? Apa kasih sayang mama tidak bisa tersampaikan pada Edna?"
Claudia langsung meracau kemana-mana. Bagi dirinya, kondisi ini benar-benar merupakan neraka. Neraka yang lebih buruk dibanding saat dia diselingkuhi oleh suaminya.
"Ma, bukan begitu. Kehidupan Edna kan gak cuma seputar di keluarga ini, ada kehidupan lainnya di luar sana. Tugas kita sekarang adalah bagaimana agar Edna ingat dengan identitasnya dan merasa nyaman dengan identitas itu."
Claudia langsung memasang kilatan mata yang marah, merasa tidak terima.
"Pasti Jagad pelakunya!” sergah wanita itu. “Edna kecelakaan bersama dengan Jagad kan? Mama tidak akan memaafkan anak itu! Kecelakaan mereka ini pasti karena pertengkaran mereka. Mama yakin selama berpacaran, Edna pasti menderita!"
"Ma..." Patrik tidak tahu lagi harus berbuat dan mengatakan apa sekarang ini. Ia hanya mencoba untuk menenangkan ibunya yang histeris.
Dokter berusaha maklum. “Saat ini yang terpenting adalah membuat Edna kembali mengingat identitasnya. Mari saya terangkan lebih lanjut apa yang harus dilakukan."
Mereka pun akhirnya meninggalkan ruangan.
Di sisi lain, Ana ternyata sudah sadar dan tengah sibuk dengan pikirannya. Kondisi tubuhnya masih lemah sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Tiba-tiba, ada seseorang yang masuk. Awalnya Ana pikir itu adalah wanita dan pria tadi. Tapi nyatanya yang datang adalah seorang pria asing.
“Kamu siapa?” tanya Ana bingung sekaligus cemas. Ia takut pria itu punya niat buruk terhadapnya.
"Anda sudah tidak bisa melarikan diri dari nasib takdir Anda,” katanya.
“Maksud—”
“Sekarang Anda bukan lagi Anandita Misellia Atmaja,” sela pria itu. Ia kemudian melanjutkan, “Tapi identitas baru anda adalah Griselda Edna Hariman. Anda adalah anak perempuan sekaligus anak kedua dari konglomerat Harjokusumo Hariman dan Claudia Irene Hariman. Kakak pertama Anda adalah Ivander Patrik Hariman. Claudia bukanlah ibu kandung anda melainkan ibu tiri anda.”
Ana sama sekali tidak bisa mencerna apa yang orang di depannya ini katakan. Bagi Ana, semua ucapan orang ini terdengar aneh dan tidak waras.
‘Aku harus kembali ke keluargaku,’ batin Ana. Meski kehidupannya sebelum ini mengenaskan, tapi itu lebih baik daripada bersama orang yang tak ia kenal sama sekali.
Saat Ana ingin pergi dari sana, ada seorang pria yang masuk ke dalam kamar rawat inap itu.
Ana mengernyit. Ia tahu benar siapa orang itu. Dia adalah pria yang mau memberikan Ana kompensasi karena mengira dirinya adalah Edna!
Sebentar, berarti Edna yang diceritakan oleh Leona adalah Edna yang sama dengan pacar pria ini?!
"Maksud kamu itu gak akan bisa dipahami oleh dia,” kata Jagad pada pria di sebelahnya.
Ia kemudian beralih pada Ana yang tampak linglung. “Ana dengar saya baik-baik. Saya dan Edna mengalami kejadian yang tidak menyenangkan–bahkan mengenaskan, hingga akhirnya Edna tidak bisa lagi ada di sini. Oleh karena itu, kamu harus menggantikan Edna.”
“A-apa? Kamu bilang apa?!”
Berbanding terbalik dengan Ana yang syok, Jagad justru tampak begitu tenang.
“Semua hal yang ada di kehidupan Edna adalah milik kamu sekarang. Saya yakin sebesar apapun tanggung jawab Edna, itu tidak semengerikan kehidupan kamu sebagai Ana.”
Mendadak kepala Ana terasa pusing kembali.
“Kalau kamu mau kembali lagi ke keluarga kamu itu silahkan saja. Hanya saja ada konsekuensi yang harus kamu tanggung. Sekarang Ana dinyatakan sudah meninggal dan pasti saat ini keluargamu sudah mulai menyiapkan pemakaman."
Ana membelalak ngeri, benar-benar terkejut mendengar informasi itu. Ia seketika merasa takut pada Jagad.
Pria ini bukan orang sembarangan. Dia bisa melakukan apapun karena dia punya uang dan kuasa. Ana sebagai orang di bawahnya bahkan diotak-atik kehidupannya saat sedang berjuang untuk hidup.
"Maaf. Tapi saya tidak tahu masalah apa yang anda alami dengan pacar anda. Kenapa saya harus mengikuti keinginan anda? Saya mau pergi saja dari sini."
Ana tidak mau ikut dalam intrik permainan orang kaya ini. Konglomerat akan selalu punya cara untuk melakukan segala hal yang mereka inginkan. Ana tidak mau larut di dalam rencana jahat itu.
"Bukannya saya sudah bilang bahwa anda sudah mati? Anda itu sudah tidak dianggap lagi di keluarga itu."
"Bagaimana mungkin saya bisa dianggap mati padahal saya masih ada di sini!” kata Ana tidak terima.
"Itu karena jasad Anda memang ada di sana,” kata Jagad, masih dengan ketenangan yang sama. “Kematian anda sudah terbukti dengan adanya jasad. Anda tahu? Wajah anda sangat mirip bahkan sama persis dengan wajah pacar saya."
Ana menelan ludah, mencoba mencerna semuanya. Jadi maksud orang ini, Edna yang asli sudah tiada? Berarti orang ini sudah membunuh Edna yang asli, bukan?
Ana seketika gemetar. Apakah hidupnya memang terus ditakdirkan untuk mengalami kesialan seperti ini?
"Anda membunuh pacar anda sendiri? Apakah anda waras? Saya mau pergi dari sini. Sudah cukup saya berbohong pada keluarga Edna!"
Ana sangat yakin walaupun Edna bukanlah putri kandung dari wanita tadi, wanita tadi pasti sangat menyayangi Edna.
"Kalau anda melarikan diri sekarang, maka Anandita Misellia Atmaja akan benar-benar mati.”
Ucapan Jagad membuat Ana terpaku. Ia menatap pria itu dengan wajah mengeras. Tapi tampaknya Jagad tidak terpengaruh. Ia mendekat dan menatap Ana dengan ekspresi yang tidak terbaca.
“Hidup menjadi Griselda Edna Hariman tentu saja lebih baik daripada kehidupan anda di keluarga itu. Anda sudah melihat sendiri bagaimana keluarga Edna sangat menyayangi Edna. Pilihlah pilihan yang paling masuk akal, Ana."
"Ini bukan Ana!" Rita melihat jenazah yang diidentifikasi sebagai Ana mulai memberikan reaksi yang keras terhadap jenazah itu."Maksud mama apa sih? Jelas-jelas ini Ana." Vina mulai merasa janggal dengan tingkah mamanya. Apakah ternyata diam-diam selama ini mamanya itu menyayangi Ana hingga tidak rela akan kepergiannya?"Pak, bisa tunggu di luar saja? Saya dengan istri saya sangat syok dengan kepergian anak kami." Afandi kemudian meminta petugas kamar jenazah itu untuk keluar dan petugas kamar jenazah itu pun setuju."Kamu menyesal sekarang? Kamu memperlakukan anak itu dengan buruk, lalu ketika dia sudah meninggal kamu menganggap dia masih hidup. Penyesalan itu tidak ada gunanya, Rita!" kata Afandi, ayah Ana, lalu memandang wajah jenazah itu. Afandi merasakan penyesalan yang amat mendalam karena selama ini tidak memperlakukan Ana dengan baik. Afandi merasa bersalah pada anak dan istrinya sehingga membiarkan saja perlakuan mereka pada Ana. Padahal nyatanya, Afandi benar-benar menyaya
"Mau sampai kapan kamu meratapi kematian Ana? Anak ini meninggal karena kesalahannya sendiri!” kata Rita sambil melipat tangan di dada. “Kecelakaan karena membawa motor ugal-ugalan? Motor siapa yang dia pakai hingga jadi seperti itu?" Saat ini Afandi, Rita, dan ketiga anak mereka masih berada di pemakaman karena Afandi masih merasakan kesedihan yang amat mendalam karena meninggalnya Ana."Diam kamu, Rita! Apakah anak yang sudah meninggal pun masih kamu salahkan seperti ini? Setidaknya kalau tidak bisa menyayangi dia layaknya seorang ibu, maka sayangi dia layaknya manusia yang tidak kamu kenal. Apakah sulit untuk melakukan itu?" Afandi tidak ingin bahkan di hari kematian Ana pun dia masih mendapatkan cercaan dan caci maki. Apakah sulit untuk lebih sedikit mempunyai empati?Wajah Rita langsung menyeringai untuk meremehkan. "Aku bahkan lebih bisa menyayangi manusia asing yang tidak aku kenal dibanding menyayangi anak selingkuhanmu itu,” katanya dengan nada sinis. “Seharusnya kamu sada
Orang di depannya ini adalah Vanesa, musuhnya saat SMA dulu. Sebenarnya Ana malas untuk bermusuhan dengan siapapun tapi orang ini malah memulai semua hal itu. Patrik dan Claudia yang mendengar ucapan perempuan itu langsung merasa aneh. "Maaf, mbak ini siapa ya? Kenapa manggil anak saya dengan nama orang lain begitu?" Claudia sudah cukup pusing dengan berbagai situasi yang ada saat ini. Dirinya tidak ingin bertambah pusing dengan hal yang tidak berguna. Claudia yakin bahwa perempuan ini adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mengusik keluarga Hariman. Wajah Vanesa terlihat kebingungan dan wajah Ana makin terlihat pias. Ana tidak ingin dirinya ketahuan secepat ini. Hanya saja melihat situasi yang ada sudah tentu Ana akan ketahuan sekarang bukan? "Jadi anda ibunya Ana? Seingat saya ibu Ana wajahnya bukan seperti ini. Seingat saya—" Ucapan Vanesa tidak selesai karena Ana langsung memotongnya. "Kamu mbak-mbak selingkuhannya Jagad ya? Kamu mau menjatuhkan martabat saya di depa
"Astaga. Kenapa papamu teriak-teriak begitu. Edna, kamu disini dulu ya, nak. Mama mau lihat apa yang terjadi. Mama takut kalau ada hal yang gak diinginkan semisal kamu ikut keluar. Mama yakin suasana sekarang ini kacau sekali." Claudia baru saja ingin turun tapi lengannya dipegang oleh Edna. Claudia pun menatap bingung ke arah Edna. "Kenapa sayang?""Aku...aku takut sendirian disini. Aku takut kayak waktu malam kecelakaan itu. Disana gak ada mama jadi aku takut. Disana gak ada papa, gak ada mas Patrik." Ana tidak tahu apakah aktingnya sudah bisa diterima oleh Claudia atau belum. Yang jelas kan Ana ingin keluar tapi dia masih kebingungan dengan bagaimana cara membujuk yang baik. Wajah Claudia langsung sendu dan matanya berkaca-kaca. "Edna percaya sama mama?" Claudia bertanya dengan lembut. Ana tidak tahu mengapa Claudia bertanya seperti itu tapi bukankah Ana sudah tahu harus menjawab apa. "Aku percaya, ma." Ana menjawab dengan mantap. "Kalau gitu kita keluar bareng-bareng. Karena Ed
"Bagaimana bisa Edna seperti itu? Anak itu adalah anak yang bermoral dan bermartabat!" Claudia benar-benar tak habis pikir dengan ucapan Edna tadi. Dokter sudah didatangkan ke rumah itu untuk memeriksa Edna dan hasilnya benar-benar membuat mereka tercengang. Edna benar-benar hamil. "Aku hanya bingung mengapa dokter di rumah sakit itu tidak bilang jika Edna hamil. Bukankah kehamilan adalah kondisi yang serius? Tapi mengapa mereka diam saja?" Patrik juga benar-benar kalang kabut menghadapi situasi. Dirinya benar-benar kesulitan untuk berpikir jernih. "Pilihannya sekarang hanya ada dua. Menggugurkan kandungan anak itu atau menikahkan dia dengan Jagad." Harjokusumo benar-benar kecewa hingga dia tidak ingin mengucap nama Edna lagi. Claudia dan Patrik yang mendengar pilihan seperti itu langsung menatap tidak terima pada Harjokusumo. "Apa-apaan kamu itu mas! Pilihan apa yang kamu berikan pada Edna. Edna itu adalah anak kita. Kebahagiaan dia adalah prioritas utama. Apakah disaat seperti in
Apa? Rupanya Ujung-ujungngnya Edna tetap dinikahkan dengan Jagad begini kan. Lalu untuk apa tadi bersusah payah mengurung Ana dan membuat Ana merasa tertekan di dalam kamar sana. Ana mulai melancarkan aktingnya. Ana benar-benar terlihat berpikir agar tidak terlalu kentara jika kehamilannya ini adalah cara agar keinginannya untuk menikah dengan Jagad bisa cepat terlaksana. "Aku mau menikah dengan Jagad." Ana menjawab dengan mantap hingga membuat Claudia dan Patrik menatapnya dengan kecewa. Ana tidak tahu mengapa kedua orang itu benar-benar anti terhadap Jagad. Padahal waktu dilihat-lihat tidak ada yang aneh dengan Jagad. Jagad adalah laki-laki yang berasal dari keluar yang setara dengan keluarga ini. "Kamu yakin dengan pilihan kamu? Menikah itu tidak sesederhana berpacaran Edna. Kamu hamil di luar nikah demi bisa menikah dengan Jagad saja adalah bukti bahwa kamu belum mengerti apa arti pernikahan itu. Papa menyarankan kamu untuk menggugurkan kandungan itu saja lalu tinggalkan Jaga
"Kamu sudah mengerti betul rupanya apa peranmu disini. Itu hal yang bagus karena aku tidak perlu terlalu mendikte agar kamu melakukan sesuatu." Jagad tersenyum tipis. "Bayi siapa itu? Siapa ayahnya?" Jagad menatap perut Ana yang masih terlihat rata. "Harusnya kamu sudah tahu kan? Kamu juga yang meminta pada dokter agar kehamilan ini dirahasiakan. Entah apa yang kamu bilang kepada dokter itu hingga mau-mau saja dia menurut ke kamu. "Kamu rupanya salah paham, Ana. Kekuasaanku belum sebesar itu hingga mampu untuk memerintah dokter seperti itu." Jagad tersenyum meremehkan pada Ana yang menganggap dirinya mengetahui semua hal tentang Jagad. "Maksud kamu?" Ini kegilaan macam apa lagi. Apakah ada orang lain selain Jagad yang terlibat dalam permainan gila ini. Ah Ana tidak ingin terlalu pusing dalam memikirkannya. Asalkan dia menurut pada Jagad maka kehidupannya sebagai Edna akan dijamin kan. "Ah iya, lain kali aku harus memanggil kamu Edna karena bisa gawat jika semua orang mulai curiga.
"Aku bukan Edna." Ana yang rambutnya sedang disisir oleh Patrik kemudian bicara dengan pelan. Ana hanya ingin mendapatkan keluarga yang menyayangi dia kok. Tapi kenapa sulit sekali ya? Disaat ada kesempatan seperti ini Ana malah merasa bahwa Jagad lah yang menghalangi segalanya. Seandainya tidak ada Jagad maka Ana akan bisa menjadi Edna dan melakukan apapun dia mau tanpa ada bayang-bayang dari Jagad. Patrik yang sudah tahu keadaan Edna dari dokter yang merawatnya berusaha tegar saat Edna kambuh lagi seperti ini. Baiklah, Patrik akan berusaha semaksimal mungkin agar Edna tidak lagi kambuh seperti ini. "Kalau kamu bukan Edna kamu siapa dong?" Patrik menanti jawaban dari Edna. Apakah Edna akan menyebut nama Ana lagi? Mendengar Patrik yang mau meladeni ucapannya membuat Ana merasa terharu dan langsung menuangkan apa yang mengganjal di hatinya. Walaupun Ana yakin bahwa Patrik tidak menganggap ucapannya sebagai kebenaran setidaknya Patrik sudah meladeni ucapannya dengan baik. "Aku itu An
"Apa?" Sejenak Ana merasa aliran darahnya telah berhenti mengalir. Orang di depannya ini mengatakan sesuatu yang terdengar sangat tidak menyenangkan di telinga Ana. "Maksudnya apa? Ana itu nama temanmu yang meninggal itu kan? Yang sekarang kamu kunjungi makamnya. Lalu kenapa kamu mengatakan hal aneh begitu sih?" Ana berusaha keras agar pembahasan mengerikan ini tidak berlanjut lagi. "Ana, sampai kapan sih kamu mau berpura-pura? Kamu ini gak takut kah karena sudah menipu orang pakai identitas orang lain? Edna yang asli yang ada di kuburan ini. Kamu gak kasihan dengan Edna yang asli? Kamu gak kasihan dengan keluarganya itu?" Wajah Leona terlihat marah sekaligus kecewa ketika menatap Ana. "Leona, saya gak menerima omong kosong seperti ini ya! Kamu pikir kamu bicara dengan siapa sampai berani bersikap lancang seperti itu? Kamu tahu kamu sedang menyamakan saya dengan siapa?" Ana mulai menunjukkan wibawa yang dia bisa agar Leona merasa terintimidasi dan tidak mengatakan hal yang aneh lag
Ana benar-benar tidak mengerti dengan Clathria. Orang ini ternyata tak kalah plin plannya dibanding dirinya dan itu membuat Ana kesal. Apakah ini yang dirasakan oleh Jagad ketika Ana bersikap plin plan terhadap rencana yang sudah disusun oleh Jagad? Ternyata rasanya sangat menyebalkan. Ana jadi tahu bagaimana perasaan Jagad selama ini dan itu benar-benar membuat Ana jadi menyesali bagaimana dulu dia bersikap. "Clathria, harusnya kamu mengatakan itu di depan Leo. Kenapa juga kamu harus plin plan seperti ini? Kamu mendukung kakakku dihabisi dengan cara yang keji seperti itu? Walaupun Vivaldi itu suka bersikap kejam kepadaku tapi dia tetaplah kakakku. Ibu kandungnya rela untuk merawatku dengan sepenuh hati jadi tak usah heran kalau anak laki-lakinya tak suka dengan keadaan seperti itu. Aku pikir Jagad juga harus belajar bagaimana sebenarnya cinta itu bekerja. Bagaimana sebenarnya dia harus memperlakukan orang yang dia cintai. Jagad harus belajar tentang semua itu bukan. Sudahlah, rencan
Clathria yang ada di sebelah Leo terlonjak kaget saat mendengar ucapan Ana. Bukti kematian Vivaldi? Bukti apa yang Ana maksud saat ini? "Bukti kematian siapa? Vivaldi? Memang ada urusan apa antara kematiannya dengan rencana kita saat ini?" Wajah Leo terlihat bingung dan kemudian dia bertanya kepada Clathria yang berada di sebelahnya. "Vivaldi itu pacarmu dulu kan? Yang kamu bilang dia dibunuh oleh Jagad?" Clathria hanya mengangguk dan tak menjawab apapun. Tampaknya Clathria memang benar-benar terguncang ketika mendengar ucapan Ana. "Adik ipar, aku harap apa yang kamu bawa ini memang berguna untuk digunakan dalam rencana kita. Coba aku ingin dengar apa yang kira-kira bisa kita manfaatkan dalam bukti itu."Ana pun memantapkan dirinya untuk mengatakan hal ini. Tidak ada waktu lagi dan Ana harus segera bersiap agar bisa menjatuhkan Jagad dengan segera. "Saat ini Jagad ditahan di kantor polisi karena adanya bukti kematian Afandi akibat ulahnya. Dari rumor yang beredar hal itu dikarenaka
Jadi ini yang namanya Leo? Yah dia memang kelihatan mengintimidasi sih. Sejenak Ana ingin mengurungkan niatnya untuk bekerja sama dengan orang semacam ini. Tapi tampaknya Leo bukanlah orang yang bermurah hati ketika ada orang lain yang menyita waktunya tanpa alasan. Bisa-bisa nanti Ana lenyap dari dunia ini. "Ah, muak gimana ya?" Sungguh Ana kesulitan untuk merangkai kalimat dalam menjawab ucapan Leo. Leo benar-benar terlihat seperti orang yang mampu untuk mengintimidasi Ana dengan tatapannya yang luar biasa tajam itu. Padahal tidak melotot tapi mengapa tatapan matanya setajam itu? Benar-benar mengerikan. "Clathria sudah menceritakan keadaan kamu dengan Jagad. Anak itu benar-benar tidak tahu balas budi ya. Padahal dulu kan kamu sudah menyelamatkan dia waktu tenggelam di kolam renang. Ah tapi mungkin kamu sudah lupa dengan hal itu karena aku dengar kamu mengalami kecelakaan. Apakah sekarang kondisi kamu sudah membaik adik ipar?" Leo dengan angkuh lalu duduk di hadapan Ana. Clathria j
Apa karena Clathria adalah seseorang yang suka sekali dengan hubungan gelap untuk dapat melindungi dirinya makanya saat ini dia malah mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? "Aku hanya ingin membalas dendam pada Jagad bukan ingin melakukan perbuatan rendahan semacam itu. Jangan samakan semua orang dengan dirimu yang mudah sekali untuk menghalalkan cara seperti itu demi bisa mencapai tujuan kamu." Ana sedikit sensitif jika menyangkut masalah perselingkuhan. Ana teringat pada dirinya yang diabaikan dan diperlakukan dengan keji oleh keluarganya karena statusnya sebagai anak selingkuhan. Lalu orang luar yang tidak tahu apa-apa dengan kehidupannya ini malah mengatakan hal bodoh semacam itu. Wajah Clathria sempat terhenyak sebentar sebelum akhirnya dia bisa menyadarkan dirinya sendiri. "Astaga, kamu sensitif sekali ya soal perselingkuhan. Padahal kan aku hanya bercanda soal selingkuh itu. Sudahlah, karena kamu sudah bisa mengatakan alasanmu dengan jelas maka aku tidak jadi pulang d
Ambisi Ana untuk bisa menjalani hidup yang lebih berguna perlahan-lahan mulai bangkit. Ana merasa tak ada gunanya jika dirinya hanya terus bermalas-malasan. Setidaknya nanti jika dirinya diusir atau bahkan dipenjara karena kedoknya telah ketahuan maka Ana bisa tetap hidup dengan uang yang dia hasilkan selama menjadi Edna. Untuk itulah Ana harus bisa tetap hidup dengan baik dan hidup lebih lama. Tiba-tiba Ana jadi teringat dengan Leona yang tak kunjung kembali walaupun Ana telah memintanya datang. Apakah Leona berpikir dia adalah bawahan Jagad sehingga merasa enggan untuk menemui Ana di rumah keluarga Hariman? Padahal kan tidak perlu seperti itu. Padahal kan Ana juga hanya ingin menjadikan Leona sebagai temannya karena Ana benar-benar merasa kesepian saat ini. Rasa kesepian yang amat menyiksa ini tentu saja akan sulit untuk ditangani oleh Ana yang tidak punya satu pun teman sekarang. Kesalahannya saat bersikap super arogan kemarin telah menghilangkan teman yang harusnya dia dapatkan. T
Clathria tidak mengatakan apapun pada Ana dan hanya pergi begitu saja setelah dia dipanggil oleh istri sah dari pria yang menjadikannya simpanan. Ya kalimat sederhananya sih Clathria dipanggil oleh ibu kandung Marchelia. Tadi Ana bisa melihat bahwa Marchelia terlihat biasa saja saat ada simpanan ayahnya berkeliaran di acaranya yang penting itu. Apakah Marchelia tidak marah acaranya diganggu oleh wanita rendahan seperti itu? Atau sebenarnya Marchelia memang tidak punya hak untuk marah karena dirinya adalah anggota keluarga Sastrawidjaja yang punya posisi lemah di keluarga tersebut. Yah apapun itu yang jelas Ana sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata Edna punya sepupu yang berasal dari pihak ibu kandungnya. Selama ini Ana tidak pernah mendengar tentang ibu kandung Edna. Yah siapa juga yang mau membicarakan hal tersebut secara terang-terangan di keluarga Hariman. "Edna, kamu tadi ngobrol sama siapa?" Wajah Claudia terlihat panik saat menghampiri Ana. Ana bisa melihat kalau Claudia da
Siapa pula Clathria ini? Ana belum pernah mendengar namanya sama sekali. Di rumah keluarga Hariman tidak pernah disebutkan tentang nama itu. Apa mungkin orang ini hanya berkhayal saja? Lagipula entah mengapa dari penampilannya Ana merasa orang ini kurang berkelas jika dibandingkan dengan semua manusia yang ada disini. "Kenapa merhatiin aku sampai segitunya? Menurut kamu aku gak pantas ya jadi pacarnya Vivaldi? Ya memang sih dari dulu kamu gak pernah suka dengan aku." Clathria kemudian tertawa geli dan itu membuat Ana makin tidak nyaman. Sebenarnya apa tujuan orang ini menghampiri Ana?"Ngomong-ngomong Edna, kenapa sekarang kamu berubah drastis ya? Edna yang biasanya melakukan sesuatu dengan pertimbangan matang dan enggan menimbulkan kontroversi sekarang malah berbuat serampangan hingga akhirnya dijauhi di perkumpulan kalangan atas. Kamu ada disini sekarang karena sudah tidak memiliki teman kan?" Clathria lagi-lagi tertawa. Bagi Ana orang ini mudah sekali tertawa ya. Padahal tidak ada
Ana sudah memutuskan untuk hidup dengan sangat baik sebagai Griselda Edna Hariman. Ana tidak ingin lagi menjadi suruhan Jagad. Ana memang terkesan tidak tahu karena sebenarnya hubungan antara dia dan Jagad itu saling menguntungkan andai saja Ana tidak terpengaruh oleh kasih sayang yang diberikan oleh keluarga Hariman kepada dirinya. Oleh sebab itu jika Jagad ingin membocorkan soal kesepakatan antara dirinya dan Ana maka Ana akan dengan sukarela menerima hal itu. Namun sebelum itu Ana ingin menikmati semua kasih sayang dan harta yang diberikan oleh keluarga Hariman. "Sayang, kamu mau ikut mama untuk pergi ke rumahnya Marchelia gak? Keluarga Sastrawidjaja sudah mulai mau menerima keluarga Hariman lagi. Ya bagaimanapun kan ada cucu mereka di kandungan Marchelia." Wajah Claudia terlihat sangat cerah saat mempersiapkan acara lamaran untuk Patrik dan Marchelia. Yah semua orang di rumah ini memang dengan senang hati mempersiapkan hari yang bahagia itu. Ya walaupun menurut Ana sendiri sebena