"Bagaimana bisa Edna seperti itu? Anak itu adalah anak yang bermoral dan bermartabat!" Claudia benar-benar tak habis pikir dengan ucapan Edna tadi. Dokter sudah didatangkan ke rumah itu untuk memeriksa Edna dan hasilnya benar-benar membuat mereka tercengang. Edna benar-benar hamil.
"Aku hanya bingung mengapa dokter di rumah sakit itu tidak bilang jika Edna hamil. Bukankah kehamilan adalah kondisi yang serius? Tapi mengapa mereka diam saja?" Patrik juga benar-benar kalang kabut menghadapi situasi. Dirinya benar-benar kesulitan untuk berpikir jernih. "Pilihannya sekarang hanya ada dua. Menggugurkan kandungan anak itu atau menikahkan dia dengan Jagad." Harjokusumo benar-benar kecewa hingga dia tidak ingin mengucap nama Edna lagi. Claudia dan Patrik yang mendengar pilihan seperti itu langsung menatap tidak terima pada Harjokusumo. "Apa-apaan kamu itu mas! Pilihan apa yang kamu berikan pada Edna. Edna itu adalah anak kita. Kebahagiaan dia adalah prioritas utama. Apakah disaat seperti ini kamu masih memikirkan harga diri keluarga ini?!" Claudia benar-benar tidak habis pikir dengan cara berpikir Harjokusumo. "Aku pikir kamu benar-benar menganggap Edna sebagai putri kita. Nyatanya kamu tetap menganggap dia sebagai barang yang bisa kamu kendalikan sesuka hati agar tetap bisa menjaga harga diri keluarga ini. Kini giliran Harjokusumo yang menatap tegas ke arah Claudia. " Claudia, kamu pikir apa yang aku lakukan itu bukan kasih sayang kepada dia? Anak itu sampai nekat berbuat demikian hingga hamil pasti karena rasa cintanya pada Jagad. Edna tahu ada kemungkinan keluarga kita tidak akan merestui hubungan mereka sampai ke pernikahan karena keadaan keluarga Jagad yang seperti itu. Kalau memang maunya Edna menikah dengan Jagad hingga bisa hamil di luar nikah seperti itu ya sudah aku turuti keinginannya. Anak itu nantinya pasti akan sadar kalau menikah dengan Jagad adalah keputusan terburuk dan akan kembali ke rumah ini lagi. Sekali-kali Edna harus tahu bahwa dunia tidak selalu bekerja sesuai dengan keinginan dia. Edna harus tahu bahwa dia tidak bisa seenaknya seperti itu." Harjokusumo tidak pernah menganggap Edna sebagai aset atau benda mati apapun itu. Edna adalah putrinya yang sangat dia sayangi. Harjokusumo hanya ingin Edna belajar untuk lebih hati-hati dalam bertindak. "Pa, sepertinya aku tidak ingin Edna menikah dengan Jagad. Hidup Edna terlalu berharga untuk jadi seperti itu. Bunuh Jagad saja, pa. Tolong bunuh dia saja agar Edna bisa sadar dengan sendirinya." Pada awalnya Patrik masih menaruh rasa kasihan pada Jagad walaupun laki-laki itu berkendara di bawah pengaruh alkohol hingga membuat keadaan Edna menjadi seperti itu. Namun setelah hari ini Edna berkata dia hamil, Patrik tidak terima. Hidup Edna masih panjang dan berharga tapi dia harus hamil di usia sekarang. Manusia itu benar-benar cari mati. "PATRIK! Bicara apa kamu hah?! Apakah semudah itu kamu bicara tentang pembunuhan orang lain? Jangan pernah mengatakan hal rendahan seperti itu lagi! Pokoknya hari ini jangan ada yang berbicara pada Edna. Hari ini aku akan menyita ponsel, laptop, dan alat komunikasi apapun itu. Aku akan mengurung Edna di kamarnya. Jangan ada yang berani-berani menganggu ini!" Harjokusumo kemudian dengan langkah yang terburu-buru langsung menghampiri Edna yang masih ada di kamarnya. * Sial. Kenapa malah jadi seperti ini? Bukankah keluarga ini sangat menyayangi Edna hingga apapun kesalahan dia akan bisa ditoleransi? Lalu mengapa sekarang Ana yang menjadi Edna ini malah dikurung seperti ini karena kesalahan seperti itu? Bukankah mereka harusnya khawatir karena Edna hamil? Bukankah mudah saja solusi dari permasalahan ini? Edna kan tinggal dinikahkan dengan Jagad. Di lingkungan Ana sangat wajar apabila orang hamil duluan baru menikah. Bahkan hal itu memang sudah jalannya. Hamil duluan baru kemudian menikah. Kenapa di keluarga ini tidak seperti itu? "Mama, mas Patrik, tolong buka pintunya. Aku takut sendirian disini. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena melakukan perbuatan yang tercela. Tolong buka pintunya!" Ana tidak punya cara lain selain memohon sambil menggedor-gedor pintu seperti itu. Memang cara lain apalagi yang bisa dia lakukan? Ana juga tidak akan memohon pada Harjokusumo karena dia lah yang tadi memarahi Ana dengan begitu kejamnya hingga mengurung Ana di kamar ini Harjokusumo bahkan memukul Jagad berkali-kali karena Jagad tidak ingin keluar dari kamar ini. "Patrik. Ayo dobrak saja pintu kamar adik kamu. Mama gak tega, nak. Edna baru saja sembuh dan sekarang hamil. Kondisi dia pasti benar-benar gak stabil. Apalagi Edna sudah bersusah payah menyembunyikan kehamilan dia kan." Claudia tidak sanggup lagi mendengar tangisan permohonan Edna yang minta agar pintu kamarnya dibuka. "Gak bisa, ma. Mau bagaimana pun juga Edna itu sudah berbuat kesalahan yang besar. Kita gak bisa terus menoleransi kesalahan dia. Untuk kali ini ayo nunggu papa saja untuk melakukan sesuatu." Patrik juga punya perasaan tidak tega pada adiknya itu. Hanya saja Patrik mampu berpikir jernih bahwa Edna telah melakukan kesalahan yang amat besar. Bukankah tidak semua kesalahan itu bisa ditoleransi. "Kamu itu sama saja seperti papamu. Bagaimana kalau terjadi hal yang tidak diinginkan pada Edna di dalam sana? Bagaimana kalau Edna nekat berbuat sesuatu?" Claudia teringat ucapan dokter yang mengatakan bahwa lupanya Edna akan identitasnya saat sadar itu adalah karena Edna telah berhasil menciptakan mekanisme pertahanan untuk mengingkari identitas dia yang sebenarnya. Edna tidak ingin menjadi Edna dan itu adalah fakta yang menyakitkan bagi Claudia. Patrik sempat goyah sesaat hingga berniat untuk membuka pintu kamar Edna. Namun niatnya itu tidak jadi dia realisasikan karena Harjokusumo datang dan membuka pintu kamar Edna. Dari luar terdengar Harjokusumo memarahi Edna untuk kesekian kalinya. "Papa tahu kamu sedang dalam masa pemulihan dan sekarang sedang hamil juga. Tapi kamu tidak bisa menghindari kesalahan yang telah kamu buat. Sekarang ayo ikut papa." Harjokusumo menggandeng tangan Edna dengan kuat dan menariknya keluar dari kamar itu. "Mas, kamu ini apa-apaan sih! Edna sedang hamil dan sakit. Gak pantas kamu menyeret dia seperti itu!" Claudia mulai histeris dan menghampiri Harjokusumo dan Edna. Namun dengan secepat kilat Patril langsung mencegah hal tersebut. "Sudah, ma Sudah jangan campuri dulu tindakan papa. Papa gak akan menyakiti Edna." Sebenarnya Harjokusumo tidak sampai menyeret Edna. Edna juga tidak terlihat kesakitan. Pada intinya adalah Claudia saja yang terlalu histeris ketika melihat hal tersebut. Patrik sudah terbiasa dengan betapa hiperbolanya Claudia. Setelahnya mereka semua duduk di ruang keluarga rumah itu. Harjokusumo kemudian mulai berbicara. "Dengar Edna, kamu hanya punya dua pilihan. Gugurkan kandungan itu atau menikah dengan Jagad secepat mungkin. Pilihan mana yang akan kamu ambil?"Apa? Rupanya Ujung-ujungngnya Edna tetap dinikahkan dengan Jagad begini kan. Lalu untuk apa tadi bersusah payah mengurung Ana dan membuat Ana merasa tertekan di dalam kamar sana. Ana mulai melancarkan aktingnya. Ana benar-benar terlihat berpikir agar tidak terlalu kentara jika kehamilannya ini adalah cara agar keinginannya untuk menikah dengan Jagad bisa cepat terlaksana. "Aku mau menikah dengan Jagad." Ana menjawab dengan mantap hingga membuat Claudia dan Patrik menatapnya dengan kecewa. Ana tidak tahu mengapa kedua orang itu benar-benar anti terhadap Jagad. Padahal waktu dilihat-lihat tidak ada yang aneh dengan Jagad. Jagad adalah laki-laki yang berasal dari keluar yang setara dengan keluarga ini. "Kamu yakin dengan pilihan kamu? Menikah itu tidak sesederhana berpacaran Edna. Kamu hamil di luar nikah demi bisa menikah dengan Jagad saja adalah bukti bahwa kamu belum mengerti apa arti pernikahan itu. Papa menyarankan kamu untuk menggugurkan kandungan itu saja lalu tinggalkan Jaga
"Kamu sudah mengerti betul rupanya apa peranmu disini. Itu hal yang bagus karena aku tidak perlu terlalu mendikte agar kamu melakukan sesuatu." Jagad tersenyum tipis. "Bayi siapa itu? Siapa ayahnya?" Jagad menatap perut Ana yang masih terlihat rata. "Harusnya kamu sudah tahu kan? Kamu juga yang meminta pada dokter agar kehamilan ini dirahasiakan. Entah apa yang kamu bilang kepada dokter itu hingga mau-mau saja dia menurut ke kamu. "Kamu rupanya salah paham, Ana. Kekuasaanku belum sebesar itu hingga mampu untuk memerintah dokter seperti itu." Jagad tersenyum meremehkan pada Ana yang menganggap dirinya mengetahui semua hal tentang Jagad. "Maksud kamu?" Ini kegilaan macam apa lagi. Apakah ada orang lain selain Jagad yang terlibat dalam permainan gila ini. Ah Ana tidak ingin terlalu pusing dalam memikirkannya. Asalkan dia menurut pada Jagad maka kehidupannya sebagai Edna akan dijamin kan. "Ah iya, lain kali aku harus memanggil kamu Edna karena bisa gawat jika semua orang mulai curiga.
"Aku bukan Edna." Ana yang rambutnya sedang disisir oleh Patrik kemudian bicara dengan pelan. Ana hanya ingin mendapatkan keluarga yang menyayangi dia kok. Tapi kenapa sulit sekali ya? Disaat ada kesempatan seperti ini Ana malah merasa bahwa Jagad lah yang menghalangi segalanya. Seandainya tidak ada Jagad maka Ana akan bisa menjadi Edna dan melakukan apapun dia mau tanpa ada bayang-bayang dari Jagad. Patrik yang sudah tahu keadaan Edna dari dokter yang merawatnya berusaha tegar saat Edna kambuh lagi seperti ini. Baiklah, Patrik akan berusaha semaksimal mungkin agar Edna tidak lagi kambuh seperti ini. "Kalau kamu bukan Edna kamu siapa dong?" Patrik menanti jawaban dari Edna. Apakah Edna akan menyebut nama Ana lagi? Mendengar Patrik yang mau meladeni ucapannya membuat Ana merasa terharu dan langsung menuangkan apa yang mengganjal di hatinya. Walaupun Ana yakin bahwa Patrik tidak menganggap ucapannya sebagai kebenaran setidaknya Patrik sudah meladeni ucapannya dengan baik. "Aku itu An
Jagad masih saja terus menelpon Ana. Yang bisa Ana lakukan adalah memberlakukan mode silent pada ponselnya agar tidak ada dering panggilan yang menganggu. Demi apapun rasanya Ana benar-benar ingin lari dari sini saja."Ana, mas masuk dulu ya." Patrik mengetuk pintu bebarengan dengan panggilan dari Jagad. Tentu saja hal ini membuat Ana langsung mematikan panggilan tersebut. Ana tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. "Iya, mas. Ana kemudian segera menonaktifkan ponselnya dan meletakkannya di kasur begitu saja. "Ini mas bawain nasi hainan buat kamu. Ini juga ada susu...eh ini bukan susu yang biasanya kamu minum. Ini...ini susu..." Patrik terlihat kesulitan untuk berbicara dan Ana paham betul apa yang membuat Patrik sampai seperti itu. "Susu ibu hamil kan?" Ana tersenyum menenangkan dan hal itu tentu saja membuat Patrik bisa bernafas lega. "Ah, iya. Mas bingung mau ngomong kayak gimana. Oh iya, kamu pengen sesuatu lagi kah? Ibu hamil tuh ngidam gitu kali ya?" Patrik terlihat c
"Akhirnya kamu mengangkat panggilan dari aku ya." Saat ini Jagad dan Ana bertemu di luar karena memang ingin bicara dua mata. Seandainya Jagad tahu betapa sulitnya untuk meminta izin agar bisa keluar sendiri saja. Lagi-lagi Ana menggunakan alasan kehamilan. "Kenapa kamu kayak perempuan gini?" Ana merasa terkejut ketika melihat Jagad yang berdandan seperti perempuan. Jika Ana tidak tahu bahwa Jagad adalah laki-laki dia pasti akan percaya kalau dibilang Jagad adalah perempuan. "Menurut kamu, keluarga kamu itu akan membiarkan begitu saja kamu keluar sendirian? Mereka pasti mengawasi kamu dan saat ini aku melihat ada beberapa orang yang mengawasi kamu dari kejauhan. Lain kali berpikir dengan baik, Ana. Edna adalah gadis yang pintar jadi sudah seharusnya kamu seperti dia. Jangan mempermalukan nama Edna selama kamu hidup menjadi dia." Jagad berucap dengan dingin dan itu tambah melukai harga diri Ana. "Aku hanya gadis pengganti. Gak penting kan aku bersikap seperti apa selama menjadi Edna
Ana merebahkan dirinya di atas kasur kamarnya. Demi apapun hari ini melelahkan sekali. Ana pikir setelah jadi Edna hidupnya akan damai dan menyenangkan. Rupanya kenyataan tidak sebaik ekspetasi yang ada. Yang Ana rasakan sekarang adalah perasaan tertekan. "Edna, ayo keluar dulu. Papa mau ngomong di ruang keluarga." Dari luar kamar Claudia memberikan Ana instruksi agar keluar dari kamar. Ana sebenarnya ingin menolak permintaan itu tapi merasa tak tega. Bisa-bisa nanti semuanya akan jadi kacau balau karena Ana kebanyakan bertingkah. "Edna, kamu tidur atau gimana? Mama ke kamar kamu ya?" Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ana, Claudia berniat untuk masuk ke dalam kamarnya saja. Ana langsung gelagapan dan segera menyahut. "Aku gak tidur kok, ma. Ini aku mau keluar jadi mama gak usah masuk ke dalam kamar." Saat ini Ana tidak ingin wilayahnya dimasuki oleh siapapun. "Oke kalau gitu. Kamu langsung keluar kamar ya karena papa mau ngobrol penting dengan kita semua." Claudia mengu
"Kenapa papa yang memusuhi kamu malah mau menerima kamu disini? Kamu bahkan diajak ke perkampungan mawar. Trik apa yang kamu pakai Jagad?" Wajah Ana saat ini menunjukkan betapa geramnya dia. Tentu saja Ana merasa geram karena dia pikir dia tidak akan perlu bertemu dengan Jagad sampai nanti dia memutuskan untuk menerima lamaran Jagad. "Trik? Kamu selalu berprasangka buruk padaku, Ana. Tidak ada satupun trik yang aku lakukan sehingga bisa pergi denganmu ke perkampungan mawar. Lagipula bagus juga kan kalau aku ikut. Mulut orang-orang disana sangat liar dan dengan penampilan kamu sekarang maka tentu saja orang-orang tersebut akan heboh sendiri. Nah jadi apa kamu berpikir bahwa lebih aku tidak ikut?" Berbeda dengan Ana yang dengan terang-terangan menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan kenyataan bahwa Jagad ikut ke perkampungan mawar, Jagad justru terlihat sangat santai. Jagad menunjukkan sikap tenang yang membuat Ana semakin muak. "Aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Dengan adanya kam
Ana tahu benar siapa yang menamparnya. Itu adalah Rita, ibu tirinya. Hanya saja Ana tidak menyangka Rita akan punya nyali sebesar ini untuk menamparnya. Lalu bukankah jenazah Edna harusnya sudah dilihat oleh Rita? Mengapa sekarang Rita malah mengatakan bahwa Ana melarikan diri. Patrik langsung menarik Ana ke belakang dan kemudian bertanya pada Rita dengan suara yang tegas. Tentu saja sebenarnya keinginan Patrik adalah menampar ibu paruh baya ini. Berani sekali dia mengatakan hal yang kotor mengenai Edna. "Ibu, apa yang anda lakukan pada adik saya? Anda pikir anda siapa sampai bisa memperlakukan adik saya dengan kasar seperti itu?" Sungguh saat ini Patrik ingin mencabik-cabik wajah orang lancang ini. Saat ini pun mata itu masih menampilkan kesombongan. Sungguh luar biasa manusia di depannya ini. "Dia anak tiri saya! Sejak kapan jalang itu jadi orang kaya begini hah?! Apa kamu membuka selangkanganmu untuk para pria ini?!" Rita berkata dengan murka kepada Ana. Ana sendiri hanya bisa m
"Apa?" Sejenak Ana merasa aliran darahnya telah berhenti mengalir. Orang di depannya ini mengatakan sesuatu yang terdengar sangat tidak menyenangkan di telinga Ana. "Maksudnya apa? Ana itu nama temanmu yang meninggal itu kan? Yang sekarang kamu kunjungi makamnya. Lalu kenapa kamu mengatakan hal aneh begitu sih?" Ana berusaha keras agar pembahasan mengerikan ini tidak berlanjut lagi. "Ana, sampai kapan sih kamu mau berpura-pura? Kamu ini gak takut kah karena sudah menipu orang pakai identitas orang lain? Edna yang asli yang ada di kuburan ini. Kamu gak kasihan dengan Edna yang asli? Kamu gak kasihan dengan keluarganya itu?" Wajah Leona terlihat marah sekaligus kecewa ketika menatap Ana. "Leona, saya gak menerima omong kosong seperti ini ya! Kamu pikir kamu bicara dengan siapa sampai berani bersikap lancang seperti itu? Kamu tahu kamu sedang menyamakan saya dengan siapa?" Ana mulai menunjukkan wibawa yang dia bisa agar Leona merasa terintimidasi dan tidak mengatakan hal yang aneh lag
Ana benar-benar tidak mengerti dengan Clathria. Orang ini ternyata tak kalah plin plannya dibanding dirinya dan itu membuat Ana kesal. Apakah ini yang dirasakan oleh Jagad ketika Ana bersikap plin plan terhadap rencana yang sudah disusun oleh Jagad? Ternyata rasanya sangat menyebalkan. Ana jadi tahu bagaimana perasaan Jagad selama ini dan itu benar-benar membuat Ana jadi menyesali bagaimana dulu dia bersikap. "Clathria, harusnya kamu mengatakan itu di depan Leo. Kenapa juga kamu harus plin plan seperti ini? Kamu mendukung kakakku dihabisi dengan cara yang keji seperti itu? Walaupun Vivaldi itu suka bersikap kejam kepadaku tapi dia tetaplah kakakku. Ibu kandungnya rela untuk merawatku dengan sepenuh hati jadi tak usah heran kalau anak laki-lakinya tak suka dengan keadaan seperti itu. Aku pikir Jagad juga harus belajar bagaimana sebenarnya cinta itu bekerja. Bagaimana sebenarnya dia harus memperlakukan orang yang dia cintai. Jagad harus belajar tentang semua itu bukan. Sudahlah, rencan
Clathria yang ada di sebelah Leo terlonjak kaget saat mendengar ucapan Ana. Bukti kematian Vivaldi? Bukti apa yang Ana maksud saat ini? "Bukti kematian siapa? Vivaldi? Memang ada urusan apa antara kematiannya dengan rencana kita saat ini?" Wajah Leo terlihat bingung dan kemudian dia bertanya kepada Clathria yang berada di sebelahnya. "Vivaldi itu pacarmu dulu kan? Yang kamu bilang dia dibunuh oleh Jagad?" Clathria hanya mengangguk dan tak menjawab apapun. Tampaknya Clathria memang benar-benar terguncang ketika mendengar ucapan Ana. "Adik ipar, aku harap apa yang kamu bawa ini memang berguna untuk digunakan dalam rencana kita. Coba aku ingin dengar apa yang kira-kira bisa kita manfaatkan dalam bukti itu."Ana pun memantapkan dirinya untuk mengatakan hal ini. Tidak ada waktu lagi dan Ana harus segera bersiap agar bisa menjatuhkan Jagad dengan segera. "Saat ini Jagad ditahan di kantor polisi karena adanya bukti kematian Afandi akibat ulahnya. Dari rumor yang beredar hal itu dikarenaka
Jadi ini yang namanya Leo? Yah dia memang kelihatan mengintimidasi sih. Sejenak Ana ingin mengurungkan niatnya untuk bekerja sama dengan orang semacam ini. Tapi tampaknya Leo bukanlah orang yang bermurah hati ketika ada orang lain yang menyita waktunya tanpa alasan. Bisa-bisa nanti Ana lenyap dari dunia ini. "Ah, muak gimana ya?" Sungguh Ana kesulitan untuk merangkai kalimat dalam menjawab ucapan Leo. Leo benar-benar terlihat seperti orang yang mampu untuk mengintimidasi Ana dengan tatapannya yang luar biasa tajam itu. Padahal tidak melotot tapi mengapa tatapan matanya setajam itu? Benar-benar mengerikan. "Clathria sudah menceritakan keadaan kamu dengan Jagad. Anak itu benar-benar tidak tahu balas budi ya. Padahal dulu kan kamu sudah menyelamatkan dia waktu tenggelam di kolam renang. Ah tapi mungkin kamu sudah lupa dengan hal itu karena aku dengar kamu mengalami kecelakaan. Apakah sekarang kondisi kamu sudah membaik adik ipar?" Leo dengan angkuh lalu duduk di hadapan Ana. Clathria j
Apa karena Clathria adalah seseorang yang suka sekali dengan hubungan gelap untuk dapat melindungi dirinya makanya saat ini dia malah mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? "Aku hanya ingin membalas dendam pada Jagad bukan ingin melakukan perbuatan rendahan semacam itu. Jangan samakan semua orang dengan dirimu yang mudah sekali untuk menghalalkan cara seperti itu demi bisa mencapai tujuan kamu." Ana sedikit sensitif jika menyangkut masalah perselingkuhan. Ana teringat pada dirinya yang diabaikan dan diperlakukan dengan keji oleh keluarganya karena statusnya sebagai anak selingkuhan. Lalu orang luar yang tidak tahu apa-apa dengan kehidupannya ini malah mengatakan hal bodoh semacam itu. Wajah Clathria sempat terhenyak sebentar sebelum akhirnya dia bisa menyadarkan dirinya sendiri. "Astaga, kamu sensitif sekali ya soal perselingkuhan. Padahal kan aku hanya bercanda soal selingkuh itu. Sudahlah, karena kamu sudah bisa mengatakan alasanmu dengan jelas maka aku tidak jadi pulang d
Ambisi Ana untuk bisa menjalani hidup yang lebih berguna perlahan-lahan mulai bangkit. Ana merasa tak ada gunanya jika dirinya hanya terus bermalas-malasan. Setidaknya nanti jika dirinya diusir atau bahkan dipenjara karena kedoknya telah ketahuan maka Ana bisa tetap hidup dengan uang yang dia hasilkan selama menjadi Edna. Untuk itulah Ana harus bisa tetap hidup dengan baik dan hidup lebih lama. Tiba-tiba Ana jadi teringat dengan Leona yang tak kunjung kembali walaupun Ana telah memintanya datang. Apakah Leona berpikir dia adalah bawahan Jagad sehingga merasa enggan untuk menemui Ana di rumah keluarga Hariman? Padahal kan tidak perlu seperti itu. Padahal kan Ana juga hanya ingin menjadikan Leona sebagai temannya karena Ana benar-benar merasa kesepian saat ini. Rasa kesepian yang amat menyiksa ini tentu saja akan sulit untuk ditangani oleh Ana yang tidak punya satu pun teman sekarang. Kesalahannya saat bersikap super arogan kemarin telah menghilangkan teman yang harusnya dia dapatkan. T
Clathria tidak mengatakan apapun pada Ana dan hanya pergi begitu saja setelah dia dipanggil oleh istri sah dari pria yang menjadikannya simpanan. Ya kalimat sederhananya sih Clathria dipanggil oleh ibu kandung Marchelia. Tadi Ana bisa melihat bahwa Marchelia terlihat biasa saja saat ada simpanan ayahnya berkeliaran di acaranya yang penting itu. Apakah Marchelia tidak marah acaranya diganggu oleh wanita rendahan seperti itu? Atau sebenarnya Marchelia memang tidak punya hak untuk marah karena dirinya adalah anggota keluarga Sastrawidjaja yang punya posisi lemah di keluarga tersebut. Yah apapun itu yang jelas Ana sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata Edna punya sepupu yang berasal dari pihak ibu kandungnya. Selama ini Ana tidak pernah mendengar tentang ibu kandung Edna. Yah siapa juga yang mau membicarakan hal tersebut secara terang-terangan di keluarga Hariman. "Edna, kamu tadi ngobrol sama siapa?" Wajah Claudia terlihat panik saat menghampiri Ana. Ana bisa melihat kalau Claudia da
Siapa pula Clathria ini? Ana belum pernah mendengar namanya sama sekali. Di rumah keluarga Hariman tidak pernah disebutkan tentang nama itu. Apa mungkin orang ini hanya berkhayal saja? Lagipula entah mengapa dari penampilannya Ana merasa orang ini kurang berkelas jika dibandingkan dengan semua manusia yang ada disini. "Kenapa merhatiin aku sampai segitunya? Menurut kamu aku gak pantas ya jadi pacarnya Vivaldi? Ya memang sih dari dulu kamu gak pernah suka dengan aku." Clathria kemudian tertawa geli dan itu membuat Ana makin tidak nyaman. Sebenarnya apa tujuan orang ini menghampiri Ana?"Ngomong-ngomong Edna, kenapa sekarang kamu berubah drastis ya? Edna yang biasanya melakukan sesuatu dengan pertimbangan matang dan enggan menimbulkan kontroversi sekarang malah berbuat serampangan hingga akhirnya dijauhi di perkumpulan kalangan atas. Kamu ada disini sekarang karena sudah tidak memiliki teman kan?" Clathria lagi-lagi tertawa. Bagi Ana orang ini mudah sekali tertawa ya. Padahal tidak ada
Ana sudah memutuskan untuk hidup dengan sangat baik sebagai Griselda Edna Hariman. Ana tidak ingin lagi menjadi suruhan Jagad. Ana memang terkesan tidak tahu karena sebenarnya hubungan antara dia dan Jagad itu saling menguntungkan andai saja Ana tidak terpengaruh oleh kasih sayang yang diberikan oleh keluarga Hariman kepada dirinya. Oleh sebab itu jika Jagad ingin membocorkan soal kesepakatan antara dirinya dan Ana maka Ana akan dengan sukarela menerima hal itu. Namun sebelum itu Ana ingin menikmati semua kasih sayang dan harta yang diberikan oleh keluarga Hariman. "Sayang, kamu mau ikut mama untuk pergi ke rumahnya Marchelia gak? Keluarga Sastrawidjaja sudah mulai mau menerima keluarga Hariman lagi. Ya bagaimanapun kan ada cucu mereka di kandungan Marchelia." Wajah Claudia terlihat sangat cerah saat mempersiapkan acara lamaran untuk Patrik dan Marchelia. Yah semua orang di rumah ini memang dengan senang hati mempersiapkan hari yang bahagia itu. Ya walaupun menurut Ana sendiri sebena