"Bagaimana bisa Edna seperti itu? Anak itu adalah anak yang bermoral dan bermartabat!" Claudia benar-benar tak habis pikir dengan ucapan Edna tadi. Dokter sudah didatangkan ke rumah itu untuk memeriksa Edna dan hasilnya benar-benar membuat mereka tercengang. Edna benar-benar hamil.
"Aku hanya bingung mengapa dokter di rumah sakit itu tidak bilang jika Edna hamil. Bukankah kehamilan adalah kondisi yang serius? Tapi mengapa mereka diam saja?" Patrik juga benar-benar kalang kabut menghadapi situasi. Dirinya benar-benar kesulitan untuk berpikir jernih. "Pilihannya sekarang hanya ada dua. Menggugurkan kandungan anak itu atau menikahkan dia dengan Jagad." Harjokusumo benar-benar kecewa hingga dia tidak ingin mengucap nama Edna lagi. Claudia dan Patrik yang mendengar pilihan seperti itu langsung menatap tidak terima pada Harjokusumo. "Apa-apaan kamu itu mas! Pilihan apa yang kamu berikan pada Edna. Edna itu adalah anak kita. Kebahagiaan dia adalah prioritas utama. Apakah disaat seperti ini kamu masih memikirkan harga diri keluarga ini?!" Claudia benar-benar tidak habis pikir dengan cara berpikir Harjokusumo. "Aku pikir kamu benar-benar menganggap Edna sebagai putri kita. Nyatanya kamu tetap menganggap dia sebagai barang yang bisa kamu kendalikan sesuka hati agar tetap bisa menjaga harga diri keluarga ini. Kini giliran Harjokusumo yang menatap tegas ke arah Claudia. " Claudia, kamu pikir apa yang aku lakukan itu bukan kasih sayang kepada dia? Anak itu sampai nekat berbuat demikian hingga hamil pasti karena rasa cintanya pada Jagad. Edna tahu ada kemungkinan keluarga kita tidak akan merestui hubungan mereka sampai ke pernikahan karena keadaan keluarga Jagad yang seperti itu. Kalau memang maunya Edna menikah dengan Jagad hingga bisa hamil di luar nikah seperti itu ya sudah aku turuti keinginannya. Anak itu nantinya pasti akan sadar kalau menikah dengan Jagad adalah keputusan terburuk dan akan kembali ke rumah ini lagi. Sekali-kali Edna harus tahu bahwa dunia tidak selalu bekerja sesuai dengan keinginan dia. Edna harus tahu bahwa dia tidak bisa seenaknya seperti itu." Harjokusumo tidak pernah menganggap Edna sebagai aset atau benda mati apapun itu. Edna adalah putrinya yang sangat dia sayangi. Harjokusumo hanya ingin Edna belajar untuk lebih hati-hati dalam bertindak. "Pa, sepertinya aku tidak ingin Edna menikah dengan Jagad. Hidup Edna terlalu berharga untuk jadi seperti itu. Bunuh Jagad saja, pa. Tolong bunuh dia saja agar Edna bisa sadar dengan sendirinya." Pada awalnya Patrik masih menaruh rasa kasihan pada Jagad walaupun laki-laki itu berkendara di bawah pengaruh alkohol hingga membuat keadaan Edna menjadi seperti itu. Namun setelah hari ini Edna berkata dia hamil, Patrik tidak terima. Hidup Edna masih panjang dan berharga tapi dia harus hamil di usia sekarang. Manusia itu benar-benar cari mati. "PATRIK! Bicara apa kamu hah?! Apakah semudah itu kamu bicara tentang pembunuhan orang lain? Jangan pernah mengatakan hal rendahan seperti itu lagi! Pokoknya hari ini jangan ada yang berbicara pada Edna. Hari ini aku akan menyita ponsel, laptop, dan alat komunikasi apapun itu. Aku akan mengurung Edna di kamarnya. Jangan ada yang berani-berani menganggu ini!" Harjokusumo kemudian dengan langkah yang terburu-buru langsung menghampiri Edna yang masih ada di kamarnya. * Sial. Kenapa malah jadi seperti ini? Bukankah keluarga ini sangat menyayangi Edna hingga apapun kesalahan dia akan bisa ditoleransi? Lalu mengapa sekarang Ana yang menjadi Edna ini malah dikurung seperti ini karena kesalahan seperti itu? Bukankah mereka harusnya khawatir karena Edna hamil? Bukankah mudah saja solusi dari permasalahan ini? Edna kan tinggal dinikahkan dengan Jagad. Di lingkungan Ana sangat wajar apabila orang hamil duluan baru menikah. Bahkan hal itu memang sudah jalannya. Hamil duluan baru kemudian menikah. Kenapa di keluarga ini tidak seperti itu? "Mama, mas Patrik, tolong buka pintunya. Aku takut sendirian disini. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena melakukan perbuatan yang tercela. Tolong buka pintunya!" Ana tidak punya cara lain selain memohon sambil menggedor-gedor pintu seperti itu. Memang cara lain apalagi yang bisa dia lakukan? Ana juga tidak akan memohon pada Harjokusumo karena dia lah yang tadi memarahi Ana dengan begitu kejamnya hingga mengurung Ana di kamar ini Harjokusumo bahkan memukul Jagad berkali-kali karena Jagad tidak ingin keluar dari kamar ini. "Patrik. Ayo dobrak saja pintu kamar adik kamu. Mama gak tega, nak. Edna baru saja sembuh dan sekarang hamil. Kondisi dia pasti benar-benar gak stabil. Apalagi Edna sudah bersusah payah menyembunyikan kehamilan dia kan." Claudia tidak sanggup lagi mendengar tangisan permohonan Edna yang minta agar pintu kamarnya dibuka. "Gak bisa, ma. Mau bagaimana pun juga Edna itu sudah berbuat kesalahan yang besar. Kita gak bisa terus menoleransi kesalahan dia. Untuk kali ini ayo nunggu papa saja untuk melakukan sesuatu." Patrik juga punya perasaan tidak tega pada adiknya itu. Hanya saja Patrik mampu berpikir jernih bahwa Edna telah melakukan kesalahan yang amat besar. Bukankah tidak semua kesalahan itu bisa ditoleransi. "Kamu itu sama saja seperti papamu. Bagaimana kalau terjadi hal yang tidak diinginkan pada Edna di dalam sana? Bagaimana kalau Edna nekat berbuat sesuatu?" Claudia teringat ucapan dokter yang mengatakan bahwa lupanya Edna akan identitasnya saat sadar itu adalah karena Edna telah berhasil menciptakan mekanisme pertahanan untuk mengingkari identitas dia yang sebenarnya. Edna tidak ingin menjadi Edna dan itu adalah fakta yang menyakitkan bagi Claudia. Patrik sempat goyah sesaat hingga berniat untuk membuka pintu kamar Edna. Namun niatnya itu tidak jadi dia realisasikan karena Harjokusumo datang dan membuka pintu kamar Edna. Dari luar terdengar Harjokusumo memarahi Edna untuk kesekian kalinya. "Papa tahu kamu sedang dalam masa pemulihan dan sekarang sedang hamil juga. Tapi kamu tidak bisa menghindari kesalahan yang telah kamu buat. Sekarang ayo ikut papa." Harjokusumo menggandeng tangan Edna dengan kuat dan menariknya keluar dari kamar itu. "Mas, kamu ini apa-apaan sih! Edna sedang hamil dan sakit. Gak pantas kamu menyeret dia seperti itu!" Claudia mulai histeris dan menghampiri Harjokusumo dan Edna. Namun dengan secepat kilat Patril langsung mencegah hal tersebut. "Sudah, ma Sudah jangan campuri dulu tindakan papa. Papa gak akan menyakiti Edna." Sebenarnya Harjokusumo tidak sampai menyeret Edna. Edna juga tidak terlihat kesakitan. Pada intinya adalah Claudia saja yang terlalu histeris ketika melihat hal tersebut. Patrik sudah terbiasa dengan betapa hiperbolanya Claudia. Setelahnya mereka semua duduk di ruang keluarga rumah itu. Harjokusumo kemudian mulai berbicara. "Dengar Edna, kamu hanya punya dua pilihan. Gugurkan kandungan itu atau menikah dengan Jagad secepat mungkin. Pilihan mana yang akan kamu ambil?"Apa? Rupanya Ujung-ujungngnya Edna tetap dinikahkan dengan Jagad begini kan. Lalu untuk apa tadi bersusah payah mengurung Ana dan membuat Ana merasa tertekan di dalam kamar sana. Ana mulai melancarkan aktingnya. Ana benar-benar terlihat berpikir agar tidak terlalu kentara jika kehamilannya ini adalah cara agar keinginannya untuk menikah dengan Jagad bisa cepat terlaksana. "Aku mau menikah dengan Jagad." Ana menjawab dengan mantap hingga membuat Claudia dan Patrik menatapnya dengan kecewa. Ana tidak tahu mengapa kedua orang itu benar-benar anti terhadap Jagad. Padahal waktu dilihat-lihat tidak ada yang aneh dengan Jagad. Jagad adalah laki-laki yang berasal dari keluar yang setara dengan keluarga ini. "Kamu yakin dengan pilihan kamu? Menikah itu tidak sesederhana berpacaran Edna. Kamu hamil di luar nikah demi bisa menikah dengan Jagad saja adalah bukti bahwa kamu belum mengerti apa arti pernikahan itu. Papa menyarankan kamu untuk menggugurkan kandungan itu saja lalu tinggalkan Jaga
"Kamu sudah mengerti betul rupanya apa peranmu disini. Itu hal yang bagus karena aku tidak perlu terlalu mendikte agar kamu melakukan sesuatu." Jagad tersenyum tipis. "Bayi siapa itu? Siapa ayahnya?" Jagad menatap perut Ana yang masih terlihat rata. "Harusnya kamu sudah tahu kan? Kamu juga yang meminta pada dokter agar kehamilan ini dirahasiakan. Entah apa yang kamu bilang kepada dokter itu hingga mau-mau saja dia menurut ke kamu. "Kamu rupanya salah paham, Ana. Kekuasaanku belum sebesar itu hingga mampu untuk memerintah dokter seperti itu." Jagad tersenyum meremehkan pada Ana yang menganggap dirinya mengetahui semua hal tentang Jagad. "Maksud kamu?" Ini kegilaan macam apa lagi. Apakah ada orang lain selain Jagad yang terlibat dalam permainan gila ini. Ah Ana tidak ingin terlalu pusing dalam memikirkannya. Asalkan dia menurut pada Jagad maka kehidupannya sebagai Edna akan dijamin kan. "Ah iya, lain kali aku harus memanggil kamu Edna karena bisa gawat jika semua orang mulai curiga.
"Aku bukan Edna." Ana yang rambutnya sedang disisir oleh Patrik kemudian bicara dengan pelan. Ana hanya ingin mendapatkan keluarga yang menyayangi dia kok. Tapi kenapa sulit sekali ya? Disaat ada kesempatan seperti ini Ana malah merasa bahwa Jagad lah yang menghalangi segalanya. Seandainya tidak ada Jagad maka Ana akan bisa menjadi Edna dan melakukan apapun dia mau tanpa ada bayang-bayang dari Jagad. Patrik yang sudah tahu keadaan Edna dari dokter yang merawatnya berusaha tegar saat Edna kambuh lagi seperti ini. Baiklah, Patrik akan berusaha semaksimal mungkin agar Edna tidak lagi kambuh seperti ini. "Kalau kamu bukan Edna kamu siapa dong?" Patrik menanti jawaban dari Edna. Apakah Edna akan menyebut nama Ana lagi? Mendengar Patrik yang mau meladeni ucapannya membuat Ana merasa terharu dan langsung menuangkan apa yang mengganjal di hatinya. Walaupun Ana yakin bahwa Patrik tidak menganggap ucapannya sebagai kebenaran setidaknya Patrik sudah meladeni ucapannya dengan baik. "Aku itu An
Jagad masih saja terus menelpon Ana. Yang bisa Ana lakukan adalah memberlakukan mode silent pada ponselnya agar tidak ada dering panggilan yang menganggu. Demi apapun rasanya Ana benar-benar ingin lari dari sini saja."Ana, mas masuk dulu ya." Patrik mengetuk pintu bebarengan dengan panggilan dari Jagad. Tentu saja hal ini membuat Ana langsung mematikan panggilan tersebut. Ana tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. "Iya, mas. Ana kemudian segera menonaktifkan ponselnya dan meletakkannya di kasur begitu saja. "Ini mas bawain nasi hainan buat kamu. Ini juga ada susu...eh ini bukan susu yang biasanya kamu minum. Ini...ini susu..." Patrik terlihat kesulitan untuk berbicara dan Ana paham betul apa yang membuat Patrik sampai seperti itu. "Susu ibu hamil kan?" Ana tersenyum menenangkan dan hal itu tentu saja membuat Patrik bisa bernafas lega. "Ah, iya. Mas bingung mau ngomong kayak gimana. Oh iya, kamu pengen sesuatu lagi kah? Ibu hamil tuh ngidam gitu kali ya?" Patrik terlihat c
"Akhirnya kamu mengangkat panggilan dari aku ya." Saat ini Jagad dan Ana bertemu di luar karena memang ingin bicara dua mata. Seandainya Jagad tahu betapa sulitnya untuk meminta izin agar bisa keluar sendiri saja. Lagi-lagi Ana menggunakan alasan kehamilan. "Kenapa kamu kayak perempuan gini?" Ana merasa terkejut ketika melihat Jagad yang berdandan seperti perempuan. Jika Ana tidak tahu bahwa Jagad adalah laki-laki dia pasti akan percaya kalau dibilang Jagad adalah perempuan. "Menurut kamu, keluarga kamu itu akan membiarkan begitu saja kamu keluar sendirian? Mereka pasti mengawasi kamu dan saat ini aku melihat ada beberapa orang yang mengawasi kamu dari kejauhan. Lain kali berpikir dengan baik, Ana. Edna adalah gadis yang pintar jadi sudah seharusnya kamu seperti dia. Jangan mempermalukan nama Edna selama kamu hidup menjadi dia." Jagad berucap dengan dingin dan itu tambah melukai harga diri Ana. "Aku hanya gadis pengganti. Gak penting kan aku bersikap seperti apa selama menjadi Edna
Ana merebahkan dirinya di atas kasur kamarnya. Demi apapun hari ini melelahkan sekali. Ana pikir setelah jadi Edna hidupnya akan damai dan menyenangkan. Rupanya kenyataan tidak sebaik ekspetasi yang ada. Yang Ana rasakan sekarang adalah perasaan tertekan. "Edna, ayo keluar dulu. Papa mau ngomong di ruang keluarga." Dari luar kamar Claudia memberikan Ana instruksi agar keluar dari kamar. Ana sebenarnya ingin menolak permintaan itu tapi merasa tak tega. Bisa-bisa nanti semuanya akan jadi kacau balau karena Ana kebanyakan bertingkah. "Edna, kamu tidur atau gimana? Mama ke kamar kamu ya?" Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ana, Claudia berniat untuk masuk ke dalam kamarnya saja. Ana langsung gelagapan dan segera menyahut. "Aku gak tidur kok, ma. Ini aku mau keluar jadi mama gak usah masuk ke dalam kamar." Saat ini Ana tidak ingin wilayahnya dimasuki oleh siapapun. "Oke kalau gitu. Kamu langsung keluar kamar ya karena papa mau ngobrol penting dengan kita semua." Claudia mengu
"Kenapa papa yang memusuhi kamu malah mau menerima kamu disini? Kamu bahkan diajak ke perkampungan mawar. Trik apa yang kamu pakai Jagad?" Wajah Ana saat ini menunjukkan betapa geramnya dia. Tentu saja Ana merasa geram karena dia pikir dia tidak akan perlu bertemu dengan Jagad sampai nanti dia memutuskan untuk menerima lamaran Jagad. "Trik? Kamu selalu berprasangka buruk padaku, Ana. Tidak ada satupun trik yang aku lakukan sehingga bisa pergi denganmu ke perkampungan mawar. Lagipula bagus juga kan kalau aku ikut. Mulut orang-orang disana sangat liar dan dengan penampilan kamu sekarang maka tentu saja orang-orang tersebut akan heboh sendiri. Nah jadi apa kamu berpikir bahwa lebih aku tidak ikut?" Berbeda dengan Ana yang dengan terang-terangan menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan kenyataan bahwa Jagad ikut ke perkampungan mawar, Jagad justru terlihat sangat santai. Jagad menunjukkan sikap tenang yang membuat Ana semakin muak. "Aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Dengan adanya kam
Ana tahu benar siapa yang menamparnya. Itu adalah Rita, ibu tirinya. Hanya saja Ana tidak menyangka Rita akan punya nyali sebesar ini untuk menamparnya. Lalu bukankah jenazah Edna harusnya sudah dilihat oleh Rita? Mengapa sekarang Rita malah mengatakan bahwa Ana melarikan diri. Patrik langsung menarik Ana ke belakang dan kemudian bertanya pada Rita dengan suara yang tegas. Tentu saja sebenarnya keinginan Patrik adalah menampar ibu paruh baya ini. Berani sekali dia mengatakan hal yang kotor mengenai Edna. "Ibu, apa yang anda lakukan pada adik saya? Anda pikir anda siapa sampai bisa memperlakukan adik saya dengan kasar seperti itu?" Sungguh saat ini Patrik ingin mencabik-cabik wajah orang lancang ini. Saat ini pun mata itu masih menampilkan kesombongan. Sungguh luar biasa manusia di depannya ini. "Dia anak tiri saya! Sejak kapan jalang itu jadi orang kaya begini hah?! Apa kamu membuka selangkanganmu untuk para pria ini?!" Rita berkata dengan murka kepada Ana. Ana sendiri hanya bisa m