Bagaimana ini? Sudah di kampus seperti ini pun pikiran Ana benar-benar tidak tenang. Padahal ini adalah kesempatan yang benar-benar dia nantikan. Dari dulu Ana sangat ingin untuk bisa berkuliah namun tentu saja keadaan hidupnya yang sudah sulit telah membuatnya membuang jauh-jauh impian seperti itu. "Edna, kamu masih sakit ya? Kalau sakit harusnya gak usah ke kampus lho." Marchelia, salah satu teman Edna. Sebenarnya sih kalau kata Jagad, Marchelia ini adalah sahabat Edna. Yah untung saja semasa hidupnya Edna adalah orang yang menceritakan segala hal kepada Jagad sehingga saat ini Ana bisa menempatkan diri untuk bersikap layaknya Edna asli di depan Marchelia. Jagad juga sudah mencarikan info yang diperlukan untuk membuat Ana lebih siap lagi ketika berinteraksi dengan Marchelia. "Gak kok. Aku cuma pusing sedikit tapi masih baik-baik saja. Kamu habis ini mau pulang atau kemana gitu nggak?" Kata Jagad, Marchelia ini adalah tipe orang yang akan dengan senang hati untuk nongkrong kesana k
"Mama yakin Edna tidak akan mampu untuk bertahan di kos murah dan kumuh seperti itu selama tujuh hari. Kamu juga tahu sendiri kan Patrik kalau selama ini adik kamu itu dibesarkan dalam keluarga yang seperti apa. Apa mama salah ya tidak mencegah papa untuk menyuruh Edna tinggal di tempat yang tidak layak? Edna hamil dan selama ini dia dimanja dengan kekayaan." Walaupun kemarin Claudia menunjukkan raut wajah yang dingin dan kecewa kepada Edna nyatanya siang ini saat Edna sudah tidak ada disini dia tetap merasa cemas dan merasakan sedikit penyesalan karena tidak mencegah Harjokusumo untuk menyuruh Edna tinggal di kos murah itu. "Ma, Edna memang harus dikasih pelajaran sekali-sekali. Anak itu harus belajar kalau gak semua apa yang ada di semesta ini selalu berjalan sesuai dengan keinginan dia. Aku rasa pilihan untuk menyuruh dia tinggal di kos murah itu adalah pilihan yang tepat. "Tapi, Patrik. Adik kamu itu gak pernah betah tinggal di lingkungan seperti itu. Kamu ingat waktu kita terpa
Ya karena dia memang Edna! Ana ingin sekali menjawab seperti itu namun jelas tidak mungkin. Yang ada nanti dia hanya akan menyesal karena telah membeberkan hal yang seharusnya tetap jadi rahasia. Ana masih banyak melakukan misi yang menuntut dia untuk merahasiakan identitasnya. "Itu perasaan kamu doang, Machelia. Lagian kamu nyamain aku dengan anak kayak gitu? Anak dari lingkungan kumuh itu?" Setelah menjadi Edna dalam beberapa waktu ini Ana jadi mengerti kalau Edna adalah orang yang memandang dengan jijik kehidupan orang-orang yang ada di bawahnya. Kecuali jika orang-orang seperti itu bisa membawa keuntungan untuk dirinya seperti membuat nama Edna jadi baik saat kampanye nah baru deh Edna bisa bersikap baik. Pokoknya asalkan orang-orang itu bergerak sesuai dengan kepentingannya maka Edna akan memperlakukan orang itu dengan baik. Masalahnya saat ini adalah Ana tidak bersikap demikian sehingga bisa jadi bahan kecurigaan orang lain. Marchelia menatap wajah Ana dengan seksama. "Kalau
"Bukti apa yang kamu inginkan?" Manusia seperti Jagad ini jika keinginannya belum terpenuhi maka akan terus-terusan bersikap tidak tahu diri. Ana sendiri juga sama kok. Bahkan Ana jauh lebih parah karena sekalipun keinginan Ana sudah terpenuhi pun dirinya masih saja tetap tidak tahu diri. Hanya saja menghadapi orang seperti ini ternyata melelahkan juga. "Memang bukti apa ya yang kamu bisa kasih ke aku? Aku juga bertanya-tanya sih. Tapi mungkin bukti yang kamu bisa kasih ke aku itu adalah pengorbanan?""Pengorbanan apa?" Ana benar-benar tidak mengerti. Jagad ini keinginannya sungguh di luar nalar dan itu membuat Ana jadi tambah terlihat menyedihkan. "Gugurkan kandungan kamu dalam sebuah kecelakaan. Lalu aku akan berperan sebagai calon suami yang akan menyelamatkan kamu dan anak itu. Jika anak itu selamat ya bagus kalau tidak ya mau bagaimana lagi. Itu berarti dia ikut berkorban bersama ibunya kan?" Jagad mengatakan hal tersebut dengan sangat ringan seolah pembicaraan ini seperti memb
Patrik merasa kewalahan. Saat ini Claudia tidak berhenti dalam menyalahkan Harjokusumo. Rumah ini benar-benar terasa seperti di neraka. "Kamu lihat apa yang kamu lakukan?! Anak kita keguguran dan sekarang dia malah menikah dengan orang yang paling kita benci. Apa ini akhir yang kamu pikirkan saat mengirimkan anak kita tinggal di kos murah itu? Kamu bilang kamu sudah menaruh beberapa orang disana untuk mengawasi Edna. Nyatanya orang-orang itu tidak menjalankan perannya dengan baik dan Edna malah langsung celaka. Edna disiksa sampai seperti itu, mas. Kamu pikir dia akan jadi mandiri atau pulang lagi ke rumah ini karena tidak betah kan? Lihat dia sekarang! Belum ada satu hari dia sudah celaka. Jagad, orang yang paling kita benci malah menyelamatkan anak kita." Claudia bahkan sampai terduduk karena begitu terguncang dengan keadaan saat ini. Harjokusumo yang mendapat serangan kata-kata seperti itu hanya bisa terdiam. Harjokusumo tidak tahu harus berbuat seperti apa karena saat ini dia ta
Ana menatap ke arah punggung Jagad dengan tatapan kosong. Jagad pasti akan menjawab iya karena dia kan memang menyayangi dan mencintai Edna yang asli. Jagad kemudian berbalik dan menghadap ke arah Ana, Patrik, dan Claudia. "Saya bersumpah atas nama Tuhan kalau saya menyayangi dan mencintai Griselda Edna Hariman. Tante gak perlu khawatir dengan Edna. Edna akan baik-baik saja dengan saya." Mata Jagad bahkan berkaca-kaca dan entah mengapa Ana merasa air mata yang tak sempat turun itu adalah bukti ketulusan Jagad. Rupanya Edna memang seberuntung itu hingga disayangi dan dicintai Jagad sampai seperti ini. "Bagus kalau gitu. Saya harap kamu memang beriman dengan Tuhan sehingga ucapan yang keluar dari mulut kamu itu adalah kenyataan." Nada bicara Claudia sudah tidak terlalu dingin seperti biasanya. Mungkin karena dia memang sudah mencoba untuk mempercayai Jagad. Hanya saja tentu masih sedikit kepercayaan yang bisa Claudia berikan pada Jagad. "Saya pamit keluar dulu ya, tante. Mohon maaf n
"Aku sudah berbaik hati dengan tidak membawa kamu menemui keluargaku. Yah bagaimana pun aku tetap berhati-hati karena status kamu kan adalah anak keluarga Hariman." Sudah satu bulan sejak kejadian Ana keguguran. Saat ini Ana pindah ke rumah Jagad. Kepindahannya ini pun sebenarnya tidak mudah karena Claudia terus memohon agar Edna tidak perlu tinggal bersama Jagad. Claudia ingin agar Jagad dan Edna menikah di atas kertas saja tapi kehidupan Edna tetap sama seperti sebelumnya. Tentu saja ide tidak masuk akal seperti itu langsung dipatahkan oleh Jagad dan anggota keluarga Edna yang lain. Bagi mereka keinginan Claudia itu terlalu mengerikan dan muluk-muluk. Claudia seperti ingin mengenggam Edna terlalu erat sehingga itu tidak akan baik. "Selama ini Edna ingin sekali terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota legislatif. Bagi Edna yang benci kemiskinan dia ingin sebisa mungkin memberikan kemajuan bagi masyarakat miskin agar ekonomi mereka bisa sedikit meningkat. Edna adalah orang yang
Hari ini Ana memulai harinya seperti biasa. Hanya saja saat ini dirinya tidak berkuliah dan Leona tidak bekerja untuk mendampinginya hari ini. Jujur saja Ana merasa sangat jenuh dengan rutinitas yang ada. Apa yang kira-kira harus dia lakukan ya? "Ketemu dengan Marchelia?" Ah tidak. Ana ingin menghindari Marchelia dulu untuk sementara ini. Rasanya tidak menyenangkan harus dicerca oleh Marchelia karena keputusannya untuk berhenti kuliah. Keluarga Hariman juga menyayangkan keputusan Ana yang berhenti kuliah padahal sebentar lagi akan mendapatkan gelar sarjana kedokteran. "Permisi, ibu Edna. Kata pak Jagad ibu membutuhkan saya untuk menemani ibu. Apakah ibu ingin pergi jalan-jalan atau melakukan sesuatu?" Tiba-tiba saja suara Leona terdengar dari belakang punggung Ana. Tentu saja Ana yang sedang rebahan itu merasa terkejut. "Leona? Bukannya saya sudah bilang kamu tidak perlu kesini dulu ya? Saya ingin menghabiskan waktu saya sendiri dulu." Ana masih belum siap untuk berakting di depan