“Caena, kamu mau pesan menu apa?”
Saat ini, Caena dan Sema telah berada di salah satu kafe yang ada di bawah samping kantor Caena. Setelah perbincangan yang sangat manis tadi, Caena memutuskan untuk mulai membuka hatinya. Jikapun suatu saat Sema ingin mundur, setidaknya Caena telah berusaha untuk menghindar terlebih dahulu agar ia memiliki alasan bahwa bukan diri Caena yang mengejar-ngejar Sema.
“Ada nasi goreng mawut, enggak?” tanya Caena. Nasi goreng mawut spesial yang menjadi andalan Caena. Ia sangat suka menu ini. Tidak terhitung sudah berapa kali dalam seminggu ia terus memesan menu yang sama. Dan Sema pun ingat tentang kebiasaan Caena yang selalu memesan menu itu setiap Caena di kampus dulu. Namun kini Sema ragu, mungkin saja selera Caena telah berubah namun nyatanya tidak.
“Kamu enggak berubah yah!” tutur Sema sembari tersenyum manis. Pria di hadapan Caena ini tampan sekali.
“Berubah kok,” elak Caena yang mulai nyaman ngobrol dengan Sema.
“Apanya yang berubah?” tanya Sema penasaran, setahunya tidak ada yang berubah pada diri wanita yang ada di hadapannya ini.
“Sikapku dan perasaanku ke kamu.”
“Caena.” Wajah Sema memerah karena malu atas gombalan Caena. Sejak kapan Caena bisa menggombal seperti ini. Itu hal baru menurut Sema.
“Pfffttt, hahhaha. Wajah kamu lucu juga yah, kalau lagi malu gitu,” tawa Caena sampai membuat air matanya keluar.
Hening.
“Aku harap kamu tetap seperti itu. Kamu menangis bukan karena sakit tapi karena bahagia bersama denganku,” ujar Sema tiba-tiba membuat Caena berhenti tertawa dan mulai serius mendengarkan apa yang ingin di ungkapkan oleh Sema.
“Caena, aku bukan pria romantis yang bisa memberikanmu banyak kejutan di setiap momen, bukan pula pria yang pintar mengungkapkan kata-kata manis hingga membuat hatimu tergugah. Tapi, aku akan berusaha menjadi pria yang akan selalu ada, di saat kamu butuh aku. Maka bersandarlah padaku. Karena kamu tidak akan pernah merasa khawatir.”
“So sweet. Bukannya ini gombalan maut yang paling luar biasa dibandingkan gombalan murahan pria di luaran sana. Kamu membuat ku tambah jatuh cinta padamu Sem,” batin Caena tersenyum hangat. Rasanya air matanya akan turun karena kata-kata manis Sema. Tapi Caena tidak ingin membuat Sema sedih karena air matanya.
“Terima kasih,” ujar Caena. Sema pun langsung memesan nasi goreng mawut yang di inginkan oleh Caena dan juga untuk dirinya sendiri. Sema ingin merasakan seenak apa makanan kesukaan wanita yang di cintainya ini.
***
Calopogonium dan Arachis pun berjalan menuju sebuah rumah makan yang letaknya sekitar setengah kilometer dari kantornya. Rumah makan ini, terkenal dengan rasanya yang enak. Dan tidak di sangka, di samping rumah makan tersebut, Arachis melihat seorang pria yang sangat di kenalnya sedang saling memagut dan menempelkan diri dengan penuh hawa nafsu. Seketika Arachis ingin muntah dan segera masuk ke dalam rumah makan tersebut.
“Ada apa dengan wajahmu? Apa kamu mengenal pria tadi?” tanya Calopogonium penasaran. Pasalnya, Arachis tiba-tiba mengeluarkan hawa tidak enak ketika melihat pemandangan tadi.
“Ah, tidak apa-apa. Itu anak tetangga ku dulu,” jawab Arachis santai dan memperbaiki suasana hatinya. Arachis tidak ingin Calopogonium curiga bahwa pria yang sedang mereka lihat tadi adalah pria dari masa lalu Caena.
“Siapa namanya?” Meskipun Arachis menjawab santai, tapi Calopogonium tetap saja curiga. Bisa jadi, pria tadi memiliki hubungan dengan keluarga Arachis. Dan Calopogonium tidak mau bahwa Sema anaknya akan tersakiti dengan kehadiran pria itu.
“Chromolaena Odorata.”
“Odorata? Bukankah itu dari keluarga bangsawan kaya Odorata yang sangat terkenal itu?” tebak Calopogonium. Sebelumnya, ia memang pernah mendengar tentang nama keluarga kaya itu.
“Benar,” jawab Arachis singkat. Sungguh, Arachis malas membahas pria itu. Bisa-bisanya, Caena pernah menjalin hubungan dengan Chrom. Keluarga yang paling Arachis benci, meskipun mereka dulunya adalah tetangga.
Melihat pemandangan itu, Calopogonium pun mengalihkan pembicaraan terkait kantor dan pekerjaan. Ia tidak ingin merusak suasana yang sedang baik saat ini.
***
“Chrom, kamu tidak ada rencana untuk mendatangi si Caena?” tanya Digo yang baru saja memasuki rumah makan, menyusul Chrom yang memang sengaja untuk datang ke rumah makan tersebut, setelah sebelumnya saling memuaskan hasratnya dengan wanita seksi yang baru saja berkenalan dengannya.
“Untuk apa?” ujar Chrom berpura-pura tidak peduli.
“Kamu masih belum tahu kelanjutan kabarnya?” Digo kembali bertanya. Baru saja Digo mendapat kabar bahwa sekarang Caena sedang makan siang bersama seorang pria di kafe samping kantornya.
“Kabar apaan?” Chrom masih asyik dengan makanan di hadapannya. Setelah memuaskan hasratnya tadi, ia benar-benar kelaparan.
“Sekarang, Caena sedang makan bersama seorang pria.”
“What? Dimana?” tanya Chrom dengan cepat bahkan meninggalkan makanannya yang masih tersisa banyak.
“Di kafe samping kantor Caena,” jawab Digo lalu memakan nasi goreng kambing di hadapannya.
“Kamu bangun, ikut aku. Aku harus segera ke sana, “ putus Chrom lalu melangkah mencoba meninggalkan tempat tersebut.
“Eh, seriusan Rom? Ini masih banyak nasi gorengnya. Aku baru satu sendok loh,” ucap Digo mencoba menolak perintah Chrom yang menurutnya tidak berperasaan.
“Kamu pilih itu dan kehilangan satu bulan uang jajan dariku atau ikut aku dan aku akan menambahkan 2x kali lipat uang jajan untukmu?” tawar Chrom yang seketika mendapat respon positif dari Digo.
“Ok. Ayo berangkat,” ujar Digo segera bangkit dan meninggalkan makanannya yang masih tersisa banyak.
Brmmmmmm
Suara mobil sport milik Chrom meninggalkan rumah makan tersebut lalu menuju ke kafe yang ada di samping kantor Caena.
Berdasarkan informasi dari mata-mata pribadi Digo, Caena saat ini masih sedang menikmati makan siang bersama pria itu. Hati Chrom semakin panas saat melihat wajah Caena yang tersenyum manis dan hangat di hadapan pria lain. Senyuman yang pernah ada hanya untuk seorang Chromolaena Odorata. Melihat pemandangan itu, Chrom tidak dapat menahan dirinya lagi, dengan segera Chrom menuju meja makan yang di tempati oleh Caena dan Sema saat ini. Seketika, Chrom duduk di samping Caena, membuat Caena seketika merinding dengan kehadiran Chrom.
“Halo Sayang, kamu belum melupakanku, kan?” bisik Chrom yang secara langsung membuat Caena berdiri karena takut. Kehadiran Chromolaena merupakan sebuah bencana besar bagi Caena, apalagi ada Sema di hadapannya saat ini. Sema hanya terdiam, belum mau mengatakan apapun. Sema ingin melihat bagaimana respon Caena terhadap pria ini. Bisa jadi, keduanya memiliki hubungan yang tidak Sema ketahui.
“Ka~kamu k~kenapa ada di sini?” tanya Caena dengan suara yang terbata-bata. Tubuhnya mulai berkeringat. Menyaksikan ketakutan Caena karena kehadiran Chrom, Sema langsung bangun dan membawa Caena pergi dari tempat tersebut. Sema tidak peduli lagi, apakah ia akan mendapatkan informasi atua tidak. Yang penting saat ini, Sema memberikan rasa aman dan perlindungan untuk Caena.
Kesal melihat Caena pergi begitu saja dan di sentuh oleh Sema. Chrom yang tidak dapat lagi menahan amarahnya berteriak dengan keras dan lantang.
“Hei kamu. Dia bukan wanita baik-baik. Kamu akan menyesal jika berhubungan dengannya.”
Deg.
Sema menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang sedang Caena semakin ketakutan. Caena takut, rahasia masa lalunya akan terbongkar begitu saja sebelum Sema menikahi dirinya. Padahal, baru saja Caena merasakan indahnya di berikan rasa aman dan kasih sayang oleh Sema. Apakah mungkin, Caena tidak akan pernah bisa bahagia?
“Aku tidak tahu, kamu memiliki hubungan apa dengan Caena di masa lalu. Tapi di masa ini dan di masa depan nanti. Caena adalah milikku. Bagaimana pun masa lalunya,” desis Sema sarkastik namun tetap berusaha bersikap tenang. Setelah mengucapkan apa yang ingin ia katakan, Sema pun melangkah pergi ke dalam mobilnya dan membawa Caena pergi dari tempat tersebut.
... To be continued ...
“Aku tidak tahu, kamu memiliki hubungan apa dengan Caena di masa lalu. Tapi di masa ini dan di masa depan nanti. Caena adalah milik ku. Bagaimana pun masa lalunya,” desis Sema sarkastik namun tetap berusaha bersikap tenang.Setelah mengucapkan apa yang ingin ia katakan, Sema pun melangkah pergi ke dalam mobilnya dan membawa Caena pergi dari tempat tersebut.“Brengsek!!!”Chromolaena teriak sembari marah-marah. Meja-meja dan juga kursi yang ada di kafe tersebut tidak lepas dari amukannya. Baru kali ini Chromolaena merasa di tantang oleh pria yang dekat dengan Caena.Selama ini, setiap pria yang berusaha untuk datang mendekat pada Caena pasti akan selalu terkena masalah. Dan pria-pria lemah itu akan dengan liciknya mundur begitu saja. Hingga pada akhirnya, yang terkena sasaran pembatalan lamaran adalah Caena.Caena selalu menutupi semua itu dengan usahanya merendahkan dirinya sendiri. Semua itu Caena lakukan
Kriiiing. “Halo Sayang, kok kamu tumben telpon Papah pada saat masih jam kantor seperti ini?” sapa Arachis sembari bertanya pada istrinya, Setaria. “Pah, kamu sudah di hubungi oleh Caena apa belum?” tanya Setaria dengan suara yang terdengar khawatir dan gelisah. “Belum Mah. Memangnya Caena kenapa?” Arachis mulai ikutan khawatir. “Tadi Cidia telpon Mama, Pah. Katanya, ada seorang pria yang datang marah-marah ke kafe samping kantornya Caena. Dan di sana, terlihat pria itu sedang bertengkar dengan Caena dan juga Sema. Cidia bilang, Caena terlihat sangat ketakutan. Dan sekarang, handphone Caena tidak Aktif, Pah. Duh Pah, Mama khawatir banget sama anak kita, Caena. Mama takut Caena kenapa-napa Pah, hiks,” cerita Setaria sembari meneteskan air mata karena khawatir kepada anak tercinta. “Siapa laki-laki yang di maksud itu? Apa mungkin... “ batin Arachis, tapi terpotong dengan suara khawatir Setaria di seberang telpon. “Pah, jadi gimana
"Ada apa sebenarnya dengan mu Leucaena Leucocephala ? Kenapa kamu tidak mau menerima lamaran dari pria baik seperti Calliandra callothyrsus! Pria seperti apalagi yang kamu inginkan!" ujar Arachis Pintoi ayah dari Caena.Sejujurnya, sebagai orang tua Arachis sangat lelah dengan sikap dingin anaknya terhadap pria manapun. Padahal, Caena adalah wanita yang terlihat sangat ceria dan terbuka pada siapapun dan dalam hal apapun, namun ketika membicarakan tentang pernikahan, Caena seperti mati rasa dan tidak ingin membahasnya."Maafkan Caena Papa. Caena hanya belum siap untuk menikah." Jawaban yang sama seperti beberapa minggu yang lalu. Bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali Caena di lamar oleh banyak pria. Para pria yang melamarnya bukanlah berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Melainkan dari keluarga terhormat, orang kaya dan pebisnis-pebisnis sukses. Namun, tidak ada satupun yang dapat meyakinkan hatinya untuk menerima salah satu dari mereka.
“Rupanya kalian sudah saling kenal. Baguslah kalau seperti itu. Sepertinya perjodohan ini akan menjadi lebih mudah,” ujar Arachis dengan perasaan senang.“Iya. Syukurlah kalau seperti itu.” Seorang pria yang sepertinya ayah Sema menyambut senang perkataan Arachis.Ke empat orang itu saling ngobrol dengan gembira. Bertukar kabar dan membanggakan anaknya masing-masing. Sedangkan kedua insan itu hanya terdiam membisu tanpa mengatakan apapun. Caena membuang wajahnya, hatinya takut sekaligus senang bertemu kembali dengan Sema. Pria yang sebenarnya pernah ada di hati Caena, namun karena dirinya tidak siap maka lagi-lagi itu menjadi penghalangnya untuk maju dan bersikap dingin kepada pria itu.Sedangkan Sema sendiri, Sema terus menatap Caena, sungguh Sema rindu dengan wanita di hadapannya ini. Dua tahun berpisah membuat Sema tidak mampu untuk menahan dirinya lagi, apalagi sekarang ia tahu bahwa Caena adalah wanita yang akan di jodohkan dengannya
ZrasshhCaena melepas pelukannya dari Sema, dengan wajah memerah karena malu. Sudah terlalu lama keduanya berpelukan. Dan pertanyaan Sema tentang apakah Caena membencinya membuat Caena langsung melepas pelukan itu. Caena tidak ingin Sema mengetahui perasaannya terlalu dini. Apalagi, Caena sudah berusaha menutupi perasaan itu sejak lama.“Ayo turun, mereka pasti sudah menunggu kita,” ajak Caena dengan suara yang datar. Berjalan membelakangi Sema yang berdiri dengan perasaan yang campur aduk, antara bahagia, senang dan juga sedih. Sema masih berharap pelukan itu tidak segera di lepaskan oleh Caena. Tapi ini juga salahnya, kenapa juga ia harus bertanya hal yang aneh pada Caena.Huff, baiklah. Sema pun melangkah mengikuti Caena yang berjalan di depannya. Suasana begitu canggung tanpa seorang pun di antara mereka yang berusaha mencairkannya. Sampai mereka tiba di ruang makan.“Hei, calon pengantin. Kenapa lama sekali di atas?” god
“Kalau kamu belum yakin. Maka tolong beri aku kesempatan untuk mengenal mu lebih jauh lagi Caena. Jangan tutupi hatimu terhadap datangnya cinta. Aku tidak mau kamu tersiksa dan kesusahan.”Caena melepas pelukannya dari Sema, wajah Caena memerah karena malu. Caena langsung membuang wajahnya dan bangkit dari duduknya lalu berdiri menghadap ke arah luar jendela.“Kamu terlalu baik untuk orang sepertiku, Sem. Masih banyak wanita baik-baik yang menginginkanmu di luar sana. Biarkan aku dengan kesendirian ku.” Caena tetap kekeuh dengan keputusannya untuk mendorong Sema pergi.“Jika menurutmu aku terlalu baik, maka aku akan menjadi orang jahat untuk bisa bersamamu,” tekad Sema tidak pernah padam. Caena tertawa mendengar pernyataan Sema.“Hahahah. Kamu tidak akan pernah bisa menjadi orang jahat Sem. Aku tahu kamu,” ucap Caena yang langsung membuka peluang untuk Sema.“Berarti kamu mengaku kan, kalau sela