CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM

CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM

last updateLast Updated : 2021-09-13
By:  Ayu KristinCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
31 ratings. 31 reviews
90Chapters
11.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sebuah perjalanan seorang wanita pendosa untuk menemukan cinta yang sesungguhnya. Hingga mempertemukannya dengan seorang Gus, anak dari seorang Kiai dari sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal di kota Banten. Cover by pexel

View More

Chapter 1

Bab 1

      Siapa bilang seorang pelacur tak mempunyai cinta. Siapa bilang seorang pelacur akan selamanya menjadi pelacur. Jika Tuhan telah menghendaki, kalian bisa apa?

 

   Seseorang membelai tubuhku, mencumbu leher jenjangku, mencium bibirku, bahkan menyetuh bagian intim ku. Ia melampiaskan segala hasratnya padaku. Terkadang mereka melakukannya dengan lembut, terkadang juga mereka melakukannya dengan cara  bengis, asalkan mampu memuaskan mereka dan semua itu kulakukan demi lembaran uang. Tanpa memperdulikan ada seorang wanita yang sedang berjihad di rumah menunggu kepulangan lelaki yang kini sedang menikmati indah nafsu bersamaku.

 

   Aku biarkan air membasahi tubuhku. Kuputar kran yang berada disamping tubuhku, agar air yang keluar dari shower itu mengalir lebih deras lagi. Rasanya begitu segar, masih terasa geli dan jijik sekali dalam benakku ketika seorang lelaki bertubuh gemuk berkulit hitam legam dengan perut yang buncit dan juga rambutnya yang sedikit ikal mencumbuku bagaikan pengantin baru yang merindukan panasnya rajang. Andaikan ia tak menawarkanku bayaran yang banyak sekali. Aku tidak akan sudi untuk bercinta dengan lelaki cebol sepertinya.

 

Berkali kali kuseka rambutku yang panjang menjuntai sepinggang, agar aku melupakan kejadian yang baru saja aku lakukan. Membuat diriku merasa jijik pada diriku sendiri.

 

    Sekelebat bayangan lelaki memakai baju koko dan kain yang diikat pada bagian kepalanya muncul di dalam benakku. Pemuda yang lebih cocok di sebut sebagai seorang kiai itu. Tapi tidak, bukankah pemuda itu masih sangat muda. Sepertinya usianya hampir sama denganku. Jadi bagaimana pantas dia di sebut sebagai Abah Yai. 

 

"Ah!" Aku berdecak kesal pada diriku sendiri. Pikiranku kian berkelana jauh. Aku segera mematikan kran dan meraih haduk. Jika terlalu lama di kamar mandi bisa gila aku memikirkan hal mustahil itu.

 

  Kuedarkan pandangan menelusuri sudut ruangan yang cukup sempit tempatku memadu nafsu. Ternyata lelaki cebol itu sudah tidak ada lagi di sini. Ia sengaja pergi lebih cepat setelah ia menuntaskan nafsunya padaku. Karena ia takut jika istrinya mencari.

 

" Wow ..." Aku membuka amplop berisi uang berwarna merah dalam jumlah yang sangat banyak sekali. Entah ada berapa lembar tapi aku cukup puas dengan pemberian lelaki cebol itu.

 

Segera aku merias diriku secantik mungkin. Kukenakan rok jeans berwarna biru laut dan jaket berwarna pink dengan rambut yang dikuncir kuda, Aku berjalan menyusuri lorong kamar kamar sewaan tempatku bermalam saat ini. Terdengar samar suara desahan desahan bahkan erangan erangan dari beberapa bilik kamar yang aku lewati dan inilah makanku dan juga malam-malam wanita sepertiku. Ketika kami tidak memiliki cinta namun mampu menawarkan sebuah kepuasan.

 

"Desi, pulang yuk!" suara Riri tepat berada di belakangku membuatku sedikit terkejut. 

 

"Tumben jam segini ngajak pulang ri?" Aku menatap wajah kawan sekamarku itu nampak sembab tidak seperti biasanya.

 

"Mau rokok?" tawarku kepadanya seraya menyodorkan bungkus rokok dan korek kepada Riri. Karena biasanya jika aku ada masalah maka aku akan menghabiskan beberapa batang rokok untuk mengembalikan moodku yang berantakan. Namun jika hal itu belum membuatku lebih baik, jalan satu satunya adalah meminum alkohol sampai aku benar-benar mabuk.

 

"Lagi kagak ngrokok dulu Des. Sesek dada aing mah!" ucap gadis berdarah sunda itu menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil.

 

" Oke, ayolah kalau pulang," ucapku sambil menyalakan sebatang rokok dan menyesapnya dalam dalam.

 

*********

   Aku selalu mengamatinya, lelaki dengan kemaja berwarna biru laut itu sedang asyik mengajar anak anak madrasah dari pondok pesantren yang terletak tidak jauh dari kontrakanku. Lelaki itu mengajarkan mereka menghafal Asmaul Husna sambil berjalan jalan di waktu sore hari. Aku tidak tau tujuan laki laki itu apa, hanya saja aku suka melihat wajah tampannya. Wajahnya yang bersih dengan sedikit bulu halus pada rahangnya. Menurutku itu seksi sekali. Tubuhnya yang tinggi besar dengan dada bidang seolah mampu menghapus semua beban jika aku menengelamkan wajahku di sana.

 

"Duh, sungguh menggemaskan!" batinku mengembara jauh.

 

"Woy!" suara Riri membuyarkan khayalanku. Membuatku kesal saja.

 

"Apa sih!" Aku kembali menghisap sebatang rokok yang tinggal separuh di sela sela jari lentikku. Gara-gara lelaki itu aku tidak berfokus dengan rokokku.

 

"Ngapain kamu lihatin anak anak kecil itu?" tanya Riri yang sedang sibuk memasangkan tali high heelsnya. Sekilas ia menoleh melihat kepadaku.

 

"Mereka terlihat mengemaskan aja Ri," balasku yang masih terus memperhatikan sosok tampan yang ada di sebrang jalan kontrakanku bersama para anak-anak yang sedang mengelilinginya.

 

" Haha ... Lu mah ya, sejak kapan lu suka ama anak anak neng?" Riri terkekeh, tiba-tiba satu tangannya meneloyor kepalaku hingga aku semakin tersadar.

 

"Apa sih Ri, masak iya aku ngak boleh suka sama anak-anak," ucapku sambil mengelus rambutku yang sedikit berantakan karena toyoran Riri.

 

"Kamu tau lelaki yang sedang bersama bocah bocah kecil itu?" Riri menatap penasaran pada wajahku yang kini juga sedang melihat padanya.

 

"Kagak!" Aku menggelengkan kepalaku.

 

"Hem," ucap Riri dengan wajah berpikir. Ia menautkan kedua alisnya dan mengangguk lembut tanda ia mengerti.

 

"Apa sih Ri?" sergahku semakin penasaran.

 

"Lelaki tampan itu bernama Ibrahim Khalifah Al Akbar, panggilannya Gus Al. Dia adalah anak dari pemilik pesantren di kompleks sebelah," tutur Riri.

 

"Terus apalagi yang kamu ketahui?" Aku memandang penuh intens pada Riri yang sedang mengarahkan tatapannya pada lelaki berkemeja biru di ujung jalan.

 

"Yah, kamu kagak mungkin bisa dapat cintanya. Secara nih ya Des, saingannya wanita sholehah semua. Hahah ..." Riri tertawa cekikikan, tapi entah mengapa tawanya kali ini seperti sedang merendahkanku. "Kita harus sadar siapa diri kita, cuma wanita pemuas nafsu," imbuh Riri seperti mempertegas agar aku harus mengubur semua impianku. 

 

"Haha .... Iya Ri, bener sekali apa katamu," ucapku tersenyum getirnya. Entah mengapa aku merasa tergelitik dengan ucapan Riri. Memang benar apalah aku ini cuma seorang pelacur murahan yang tidak mungkin bersanding dengan lelaki sholeh seperti pemuda itu.

 

"Udah sih Des, yuk kita cap cuss. Siapa tau nanti kita dapat ikan kakap, ya nggak!" Riri tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya yang sedikit gingsul. Hingga membuat wanita berdarah sunda itu terlihat manis sekali.

 

"Baiklah, yuk kita berangkat mumpung masih sore," ucapku sambil mematikan rokok yang sedari tadi mengeluarkan asap tanpa kuhisap. Bergegas aku meraih tas jinjing yang berada di atas meja teras rumah temanku. Namun entah mengapa sorot mataku masih saja mengawasi lelaki berwajah hangat itu. 

 

"Desi, hentikan pikiran itu. Karena sedikit pun lelaki itu tidak akan pernah menganggap kamu ada. Bahkan sekedar mengenalmu pun pasti lelaki sholeh itu tidak akan pernah mau. Karena kalau berada di jalan yang berbeda," batinku terus saja menertawai diriku sendiri.

 

 

Bersambung ...

 

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(31)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
31 ratings · 31 reviews
Write a review
user avatar
CahyaGumilar79
Sukses selalu kakak
2021-11-04 19:32:19
2
user avatar
Jasmine
Menarik kk....lanjut ya..
2021-09-10 11:02:35
1
user avatar
MEGAWATI SOREK
Mantap author, lanjutkan
2021-09-07 22:12:32
2
user avatar
Anisya Dhanoewinoto
keren kak. semangat yaaa
2021-09-07 22:01:33
1
user avatar
Silva Fajriati
Ceritanya bikin penasaran disetiap babnya, lanjut ya thor
2021-09-07 20:33:24
1
user avatar
Bara Raba
Oke kak ....................
2021-09-07 20:30:18
1
user avatar
Quin
Keren kak! Lanjut ya
2021-09-07 20:29:53
1
user avatar
Ria Abdullah
Saya suka konsepnya, semangat ya Kak
2021-09-07 20:27:21
1
user avatar
Diganti Mawaddah
Wah, kece, lanjut, Kakak ....
2021-09-07 20:26:10
1
user avatar
Faver
Bagus banget kak. Semangat.
2021-08-27 23:51:52
2
user avatar
Lyxn
Semangat kak
2021-08-27 23:34:39
2
user avatar
Iik Aria
Hai, Kak. Semangat, ya. Ceritanya lain dari pada yang lain.
2021-08-27 20:38:05
2
user avatar
Ervin Warda
ngakak pas dia bilang jijik dengan lelaki cebol wkwk. ceritanya seru, semangat kakak
2021-08-27 19:17:56
1
user avatar
Ele Storie
Wow seperti nya menarik, aku bakal ikutin terus kisahnya..
2021-08-27 13:51:30
1
user avatar
Intan lestari
Semangat kak ...
2021-08-27 09:55:22
1
  • 1
  • 2
  • 3
90 Chapters
Bab 1
      Siapa bilang seorang pelacur tak mempunyai cinta. Siapa bilang seorang pelacur akan selamanya menjadi pelacur. Jika Tuhan telah menghendaki, kalian bisa apa?      Seseorang membelai tubuhku, mencumbu leher jenjangku, mencium bibirku, bahkan menyetuh bagian intim ku. Ia melampiaskan segala hasratnya padaku. Terkadang mereka melakukannya dengan lembut, terkadang juga mereka melakukannya dengan cara  bengis, asalkan mampu memuaskan mereka dan semua itu kulakukan demi lembaran uang. Tanpa memperdulikan ada seorang wanita yang sedang berjihad di rumah menunggu kepulangan lelaki yang kini sedang menikmati indah nafsu bersamaku.      Aku biarkan air membasahi tubuhku. Kuputar kran yang berada disamping tubuhku, agar air yang keluar dari shower itu mengalir lebih deras lagi. Rasanya begitu segar, masih terasa geli dan jijik sekali dalam benakku ketika seorang lelaki bertub
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 2
    Gus Al masih memandangi wanita yang berjalan terseok-seok di ujung jalan. Di bawah temaram lampu yang remang remang hingga yang terlihat hanyalah bayangan wanita itu. Subuh memang sebentar lagi. Masih terdengar suara qiro' seorang santriwati yang merdu dari dalam masjid, yang menandakan bahwa sebentar lagi akan memasuki waktu subuh. Dua orang bertubuh besar menghampiri wanita di ujung gang. Mencoba untuk mengodanya. Wanita berpostur tubuh tinggi ramping itu terlihat beberapa kali menepis tangan dari laki laki bertubuh besar yang hendak menyentuh area sensitifnya. Gus Al masih belum beranjak dari sembari masjid, tapi tangan lelaki itu terlihat sudah mulai mengepal siap untuk menghajar dua preman yang terus menggoda gadis di bawah temaram lampu jalan. "Jangan!" teriak wanita itu memukul kepala plontos lelaki yang hendak menciumnya dengan tas. Suaranya nyaring terdengar hingga ke tempat Gus Al berada. 
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 3
    Kepalaku masih terasa sangat berat. Rasa kantuk ini menyergaku terus menerus. Aku mencoba membuka kedua mataku yang masih terasa lengket. Tetapi yang ada alam bawah sadar masih menari nari dalam pikiranku. "Argh ... Sial!" decihku memegangi kepalaku yang terasa nyut nyutan. Sepertinya semalam aku terlalu banyak minum alkohol hingga membuatku seperti ini. "Sudah bangun Mbak?" Suara seseorang berkata padaku memaksaku untuk tersadar.  Aku mencoba membuka mataku perlahan. Sepertinya suara  itu bukan suara Riri yang sedang membangunkanku. Suara ini begitu lembut sekali. Tidak seperti suara sahabatku yang bagaikan kaleng rombeng. Netraku melihat' bayangan perempuan sedang duduk di sampingku sambil meletakkan secangkir teh pada nakas. Benar saja ternyata dia bukan Riri. Gadis di depanku ini sepertinya lebih tua dariku melihat dandanannya yang begitu
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more
Bab 4
Cekrek! Terdengar seseorang membuka knop pintu. Namun rasanya aku malas sekali untuk bangun dan melihatnya. Aku masih ingin bermalas malasan di kasurku yg empuk menyaksikan acara komedian laki laki berambut merah yang sedari tadi mengocok perutku. "Desi, ih kamu ini!" sergah Riri dengan wajah kesal sambil menenteng banyak kantong kresek di tangannya menghampiriku. "Apa sih Ri, Aku masih sibuk nonton TV nih," balasku tanpa menoleh sedikitpun pada Riri. "Bantuin dong ih!" protes Riri.  "Iya, iya Ih!" Aku segera mengerjap bangun dan mengambil sebagian kantong yang ada di tangan riri dan meletakannya di atas meja makan. "Lagian kamu belanja banyak banget sih Ri. Kan nyusahin diri kamu sendiri." Aku kembali menjauhkan tubuhku pada sofa yang berada di depan televisi. "Heh, ini tu mu
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more
Bab 5
    Aku masih duduk di tepi danau. Menikmati pemandangan beberapa orang yang sedang menghabiskan waktunya di danau ini. Terdengar tawa mereka berderai derai. Ada yang sibuk memancing, sibuk bermain dengan anak-anak mereka atau sekedar memadu kasih. "Hay, Desi!" sapa seseorang yang membuatku terkejut. Aku memcoba melihat ke sekeliling. Tapi tidak siapapun yang berada di sekitarku. "Apakah aku salah dengar?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri.  "Tidak kok, aku di sini!" Seseorang berdiri tepat di belakang punggungku . "Kenapa lelaki itu?" batinku semakin riuh ramai saat melihat kehadiran lelaki tampan itu. Perlahan ia berjalan mendekatiku, lalu menjatuhkan tubuhnya tidak jauh dari tempatku berada. Membuatku semakin gugup saja. "Desi!" panggil Gus Al meluluhkan hatiku yang se
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more
Bab 6
     Ini hari pertamaku berada di pondok pesantren lelaki yang mengajaku ta'aruf. Aku masih sibuk membantu wanita paruh baya bertubuh tambun.Orangnya cukup ramah dan juga baik. Aku hanya membantu memasukan nasi ke dalam piring piring yang sudah disediakan untuk para santri yang akan sarapan pagi ini. Dari subuh buta Bik Nah sudah membangunkanku. Padahal waktu subuh adalah waktu yang paling enak untuk tidur, tapi sudahlah hidup tidak melulu begitu."Neng itu tolong piring piringnya ditata di meja sana! Biar anak-anak tidak berebut nantinya," ucap Bik Nah menujuk deratan meja panjang yang berjajar di hadapanku.Segera aku memindahkan piring piring yang sudah di isi nasi tadi ke atas meja seperti yang Bik Nah perintahkan.Segerombolan anak-anak santri menyerbu kemudian duduk rapi di kursi yang telah disediakan. Aku pun segera berjalan menuju balik meja tinggi pembatas dapur, cukup agar aku tidak terlihat siapa
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more
Bab 7
     Aku masih duduk di pinggir kolam ikan yang terletak di belakang pondok pesantren. Kolam yang berbentuk persegi panjang dengan jumlah 6 petak dan dikelilingi oleh pohon mangga. Aku duduk di atas amben (ranjang yang terbuat dari bambu) yang terletak di bawah pohon mangga menghadap langsung ke arah kolam.    Berkali kali kumelempar kerikil kecil ke dalam kolam sehingga menimbulkan riak riak kecil. Aku berharap kekesalan dalam hatiku akan segera menghilang. Karena ucapan Bik Nah yang terang-terangan melarangku mendekati Gus Al terus terngiang di telingaku. Aku tahu maksud Bik Nah baik, hanya saja hatiku seolah tak ingin berdamai. Kulemparkan batu yang lebih besar agar menimbulkan riak atau bahkan ombak yang mampu melegakan kegundahanku. Padahal aku tau itu tidak mungkin. Sorot kemuning senja hampir menghilang seolah malam yang gelap akan segera menenggelamkanku dalam kehancuran. 
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more
Bab 8
Tok! Tok! Tok!Seseorang mengetuk pintu kamarku berkaki-kali. Aku masih meringkuk,  membenamkan wajahku pada bantal bersarung hijau. Rasanya aku begitu kesal dengan lelaki yang kini tengah menghuni hatiku, begitu bodohnya aku yang terpesona dengan keluguan dan kesholehannya. Namun ternyata dia adalah seorang penipu yang ulung.TokTok! Tok! Gedoran pintu itu masih berlanjut, segera aku beranjak dari pembaringan dengan kesal menuju ke arah pintu.Cekreekkk!Aku membuka pintu kamarku. Pria dengan punggung bidang itu telah berdiri di depan pintu, menatap ke arah kantin yang terletak membelakangi kamarku. Memang kamarku terletak dekat dengan kantin, maklum kali ini aku sudah mirip sekali seperti babu, sial."Apa!" ucapku ketus kepada pria yang kini membalikan tubuhnya setelah mendengar bunyi derit pintu kamar yang terbuka."Kok sahutnya ketus gitu!"
last updateLast Updated : 2021-08-13
Read more
Bab 9
Aku memang suka mengajak anak santri di pondok pesantren Abah berjalan jalan keliling kompleks setiap sore hari. Selain untuk menyegarkan pikiran para santri, agar mereka juga mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar pondok pesantren. Entah kenapa ketika aku melewati sebuah jalan di gang sebelah pondok pesantren diriku ingin sekali berhenti, bukan karena hantu atau apapun yang pasti karena ada sosok wanita yang begitu cantik, yang menarik perhatianku. Sebenarnya bukan karena kecantikannya melainkan lebih dari kebaikannya. Aku sering melihat wanita bertubuh semampai itu memberikan uang atau makan kecil untuk para adik adik santri yang melintasi pagar kontrakannya. Dia pun tidak ragu menolong siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Aku kagum pada wanita yang masih belum aku ketahui namanya itu. Entahlah, sepertinya rasa di dalam hatiku ini lebih dari rasa kagum belaka. Terkadang  hati kita yang belum baik saja masih suka merendahkan orang lai
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more
Bab 10
Akad nikah itu diucapkan dengan lantang dan lancar oleh pria yang mengenakan kemeja putih berbalut jas senada. Di sambut sorak Sorai para tamu undangan dengan ucapan "Syah". Tapi aksara itu sama sekali tidak keluar dari bibirku. Kulihat pengantin wanita dengan hijab syar'i berwarna putih itu terlihat berseri-seri. Diraihnya tangan Gus Al dan kemudahan mencium punggung tangan pria kekar itu. Tidak lupa Gus Al pun menjatuhkan ciuman di pucuk kencing Wanita itu hingga wajahnya bersemu merah menahan malu. Abah dan umi yang mendampingi pun terlihat terharu mereka saling berpandangan dan tersenyum. begitu juga dengan pria yang duduk di sebelah Puspa pasti itu ayah dari pengantin wanitanya. Berkali-kali pria itu mengusap lembut sudut netranya yang basah. Sementara aku hanya mampu duduk di antara barisan para tamu undangan. Menatap pria yang menjanjikan manisnya pernikahan padaku namun itu hanyalah ceritanya belaka. Ternyata dia justru meni
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status