Pilav dapat meledakkan benda mati dan makhluk non-human. Jurus andalannya, Chaos, adalah jurus yang cukup terkenal. Cocok sekali dengan Pilav yang tidak kenal ampun. Ia bisa menghancurkan benda apapun dengan sentuhan saja.
Tubuh Tyra yang berhasil hancur itu membuktikan bahwa yang ada di hadapannya adalah makhluk non-human. Dengan kata lain, makhluk itu bukanlah Tyra yang asli. Hanya saja, rupanya sama persis dengan Tyra.
Beberapa saat kemudian, sisa tubuh "Tyra" itu mengeras. Lalu, pecahannya berubah warna menjadi bening seperti kristal.
Seth berlutut lalu mengambil potongan bening itu dengan tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan. "Ini kaca."
Pilav mengambil koin yang sebelumnya ia temukan itu lalu menyimpannya. Tiba-tiba, ia sadar akan sesuatu. "Seth, makhluk yang tadiㅡ"
Seth spontan berdiri. Matanya membulat. "Benar juga."
Tanpa bilang apapun, Pilav langsung melangkahkan kaki ke arah mereka berdua datang sebelumnya.
"Sampai jumpa, Tim Eria. Mungkin kita bisa berkenalan lebih dalam di lain waktu." Seth melambaikan tangan kemudian mengikuti langkah kaki Pilav.
Mereka berdua menghilang dari penglihatan dengan sangat cepat. Memang sangat berbeda dengan Tim Eria yang masih merupakan junior.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Felix.
"Apa maksudnya? Yang barusan kita lawan bukan Tyra?" tanya Feather.
Arias menatap kepingan kaca yang tidak jauh darinya. Setelah itu, Arias menatap satu per satu anggotanya.
"Ayo kita kembali ke markas dahulu."
***
Seth dan Pilav berlari ke arah sungai. Langkah kaki mereka berhenti di bebatuan. Yang benar saja, tubuh yang seharusnya sudah mereka basmi sebelumnya itu menghilang.
"Dia berhasil kabur," ucap Seth lalu menoleh ke arah Pilav. "Bagaimana ini?"
Pilav mengeluarkan sebuah perangkat berwarna biru dari sakunya. Perangkat itu disebut ceodrin. Gunanya adalah untuk mengirim pesan jarak jauh. Bentuknya seperti orb dan bisa beterbangan secara invisible. Setelah energi yang tersimpan di ceodrin habis, benda itu akan langsung lenyap tanpa sisa.
Biasanya, jika ada misi perjalanan yang cukup jauh, ceodrin merupakan alat yang wajib dibawa. Alat ini merupakan satu-satunya alat komunikasi yang bisa diandalkan. Energi yang ada di dalam ceodrin juga dapat diisi oleh pengguna energi.
Setelah menyampaikan pesan kepada ceodrin, Pilav melepaskan benda itu ke udara. "Ceodrin Release."
"Lalu, makhluk tadi?" tanya Seth. "Dia ke mana? Golem itu berbadan besar. Kita seharusnya bisa melihatnya dari kejauhan."
Tiba-tiba, tanah yang mereka injak itu bergetar. Seth langsung menarik pergelangan tangan Pilav. Ia membawanya pindah ke tempat yang aman.
"Grrrrr."
Golem yang dimaksud mereka pun muncul dari bawah tanah. Bebatuan yang ada di sekitar sana pun hancur. Kepingan batu dan debu bertebaran di udara. Seth dan Pilav reflek menutup mata mereka sambil menutupi wajah mereka dengan tangan.
Tubuh golem itu sebelumnya sudah dibelah dua oleh Pilav. Sekarang, tubuhnya sudah menyatu kembali. Hanya saja, arahnya terbalik.
Golem ini dan Tyra memiliki sebuah kesamaan. Saat Pilav membelah makhluk itu, sebuah koin berhasil terpental ke arahnya. Mereka melihat keberadaan koin itu. Namun, tidak mereka ambil. Melihat tubuh Tyra yang masih bisa bergerak saat sudah mati, membuat mereka berdua kembali mencari golem ini. Dua makhluk ini mengeluarkan koin yang sama.
Golem itu memukul tanah di dekat Seth dan Pilav. Mereka berdua ingin menyerang. Namun, rasanya sulit untuk mencari serangan pembuka.
Seth adalah pengguna pedang. Ia hanya bisa menyerang dalam jarak yang dekat. Sedangkan Pilav pengguna magic yang memusatkan semuanya pada jari dan telapak tangannya. Mereka berdua harus bisa dekat dengan musuh jika ingin menyerang.
"Seth." Pilav memberikan kode kepada Seth. Rekannya itu langsung mengangguk mengerti.
Seth mengeluarkan pedangnya. Ia menggenggam erat gagang pedang itu. Beberapa saat kemudian, sebuah petir mengelilingi pedangnya. Ketika golem itu bergerak ke arahnya, ia langsung menyerang dengan pedang petir miliknya.
Petir yang dihantarkan oleh pedang itu membuat sebuah kilat besar ketika menyentuh target. Suara guntur yang menggelegar memenuhi lokasi itu. Serangannya berhasil menghancurkan golem berkeping-keping. Sekarang, yang ada di hadapan mereka berdua adalah kerikil-kerikil kecil.
Sama seperti "Tyra" sebelumnya, potongan tubuh golem itu juga berubah menjadi kaca secara perlahan. Koin yang sebelumnya mereka lihat itu pun terpental lagi. Kali ini, Pilav langsung menangkapnya lalu menyimpannya.
"Koin dan kaca." Seth menggaruk rambutnya. "Banyak sekali yang harus kita selidiki. Pekerjaan kita akan bertambah banyak."
“Itu sudah pasti.” Pilav menghela napas. "Sepertinya, masih banyak makhluk kaca ini di Bukit Yasle. Apa kita harus menghabiskan satu hari lagi di sini?"
"Sepertinya begitu. Apa kita berkumpul dengan yang lain dulu?"
Pilav mengangguk. "Ayo temui Nyridia dan Eugene."
***
"Arias, kenapa kau meminta untuk berkumpul di markas lagi?" tanya Felix.
Arias menatap Felix sebentar lalu kepalanya beralih ke Klaus. "Klaus, kau sadar juga, kan?"
Klaus mengangguk dalam diam.
"Sadar apa?" tanya Felix.
"Menurutmu, kenapa Tim Elite bisa ada di sini?" tanya Klaus pada Felix.
Felix tersentak. "Iya juga. Tidak mungkin Tim Elite ke sini jika tidak ada yang berbahaya."
"Aku juga memikirkan itu sejak tadi," tambah Feather. “Melihat penampilan mereka, sepertinya mereka sudah cukup lama di sini. Sebenarnya, apa yang terjadi di Bukit Yasle?"
"Apa kau tidak diberi tahu apa-apa?" tanya Felix pada Arias.
"Aku sama seperti kalian. Tidak ada informasi khusus yang aku peroleh dari Tuan Herreros," jawab Arias.
"Kita hanya diminta untuk menjaga perbatasan," ucap Feather. "Apa Tuan Herreros mengirimkan kita untuk menjalankan misi bunuh diri?"
"Hei, jangan bilang begitu," ucap Arias. "Aku rasa, awalnya tidak seperti ini. Bahkan kehadiran Tyra adalah kemunculan yang tidak terduga."
"Arias, kau sungguh tidak tahu apa-apa?" tanya Felix lagi.
"Kenapa?" tanya Arias.
"Kamu adalah penduduk asli Yasle. Lalu, kamu tidak tahu keberadaan Tim Elite atau bahkan Tyra palsu itu?" tanya Felix.
Arias menggeleng. "Tuan Herreros hanya memintaku untuk menjaga perbatasan Escalera dan Rivera."
"Apa tidak ada ceodrin dari Escalera?" Feather mengganti topik. “Apa kita yang harus mengirimkannya?”
"Melihat keadaan barusan, sepertinya Tim Elite sudah mengirim ceodrin ke pusat." Klaus menganalisa. "Mungkin sebentar lagi kita akan menerima ceodrin."
Ketika sedang sibuk berpikir, suara ketukan pintu berhasil memecahkan keheningan di antara mereka.
Arias berjalan menuju pintu dan membukanya. Ia disambut oleh setitik orbㅡsebuah ceodrin.
"Ceodrin Receive." Ceodrin itu menyala ketika Arias mengucapkan mantra.
“Sebentar lagi, Tim Elite akan menghampiri markas Tim Eria. Kedua tim akan bekerja sama untuk membasmi makhluk kaca yang terdapat di Yasle.”
Setelah memberikan pesan, ceodrin itu langsung lenyap. Sepertinya, energi yang tersimpan di sana sudah habis.
"Kita akan bekerja sama dengan Tim Elite?" tanya Felix.
Arias mengangguk. "Iya.”
“Seth terlihat ramah. Namun, Pilav terlihat sangat sulit didekati. Apa kita akan baik-baik saja?” Feather menopang dagunya—membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka bertemu dengan Tim Elite lagi.
Feather memang sangat kritis dalam menilai seseorang berdasarkan first impression. Menurutnya, kesan pertama sangatlah penting. Sifat seseorang dapat terlihat saat pertama kali bertemu. Hal ini juga ia lakukan pada Arias. Karena itu, ia menginginkan Arias untuk bergabung dengan Eria kapan saja.
Arias terkekeh. “Tenang saja. Mereka semua orang yang baik.”
“Tim Elite juga beranggotakan empat orang, kan?” tanya Klaus.
“Iya.”
“Sepertinya kau tahu banyak,” ucap Felix. “Coba ceritakan tentang mereka. Aku penasaran.”
Arias menggaruk dagunya. Ia membayangkan wajah teman-temannya. “Seth itu memang terlihat ramah dan murah senyum. Namun, saat dia sedang dalam mode serius, kau tidak akan berani mengucapkan sepatah kata pun.”
“Kalau Pilav, dia adalah perempuan elegan yang jarang sekali membuat kesalahan. Sikapnya memang dingin dan tidak kenal ampun. Meski begitu, ia adalah orang yang paling memperhatikan sekitar.”
“Wah, itu sangat tidak terduga,” kata Feather.
“Lalu, Nyridia adalah tipikal perempuan yang ceria dan terbuka. Nyridia memiliki rambut silver. Eugene selalu meledek Nyridia dengan mengatakan bahwa ia adalah nenek-nenek beruban. Eugene sendiri adalah pria yang tidak bisa kau duga. Cara berpikirnya kreatif dan imajinatif.” Arias tertawa mengingat saat-saat ia masih bersama dengan Tim Elite.
"Arias, ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa mengenal Tim Elite secara pribadi?" tanya Feather.
"Ah, aku sempat dilatih untuk menjadi bagian dari Tim Elite. Namun, karena ada sesuatu yang terjadi, aku memutuskan untuk mundur. Kemudian, aku kembali ke Yasle, kampung halamanku," jelas Arias.
Para pendengar di sana merasa penasaran dengan apa “sesuatu” yang disebut oleh Arias. Namun, Arias tampak tidak nyaman saat menjelaskan hal itu. Sehingga, mereka hanya saling menatap satu sama lain tanpa mengucapkan apapun.
***
“Nyridia! Eugene!” panggil Seth setelah berhasil menemukan dua orang dengan jubah hitam khas Tim Elite.
Perempuan dengan rambut perak dan laki-laki tinggi dengan rambut biru tua menoleh ke sumber suara yang memanggil nama mereka.
“Oh, kalian sudah selesai?” tanya Eugene.
Nyridia memperlihatkan tiga buah koin di atas telapak tangannya. “Apa kalian juga mendapat ini?”
Pilav mengangguk lalu memperlihatkan dua koin yang ia simpan. “Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi.”
“Ini koin untuk apa, ya? Apa ini hadiah karena kita sudah berhasil menghancurkan monster-monster itu?” Nyridia mengangkat koin itu. “Tetapi, ini bahkan tidak ada nominal uangnya.”
“Selain itu, kenapa semua monsternya berubah menjadi kaca?” Eugene melipat tangannya di depan dada. “Apa mereka menyuruh kita untuk menjadi pengrajin kaca?”
“Monster? Yang kalian temui itu berupa monster?” tanya Seth.
“Iya. Yang pertama ada monster ungu dengan wajah buruk yang selalu menjulurkan lidah. Yang kedua adalah goblin cebol—yang paling mudah dikalahkan. Kemudian, yang ketiga adalah golem hiperaktif yang terus menggeram,” jelas Eugene sambil memperagakan satu per satu monster yang ia deskripsikan.
Di situasi serius seperti ini, penjelasan dari Eugene berhasil membuat mereka sedikit rileks. Intonasi suara dan pergerakkan badan Eugene membuat penjelasannya sepuluh kali lipat lebih lucu.
“Kami bertemu yang menyerupai Tyra,” kata Pilav. “Makhluk itu juga sempat menyerang Tim Eria.”
“Wah, aku kira hanya bisa berbentuk makhluk jadi-jadian. Ternyata, ada yang manusia juga. Sepertinya, orang yang ada di balik kaca ini adalah orang yang nyentrik,” jawab Eugene.
“Sekarang, kita diminta untuk bergabung dengan Tim Eria,” kata Seth.
“Siapa yang memerintahkan?” tanya Eugene.
“Tadi aku mengirimkan ceodrin ke kantor pusat. Tuan Herreros sudah mengirim kembali ceodrin itu dan meminta kita untuk bekerja sama dengan Eria,” jelas Pilav. “Mungkin sekarang ceodrin itu sedang menuju markas Eria.”
“Kau tahu di mana markas Tim Eria?” tanya Eugene.
Nyridia langsung memukul belakang kepala Eugene. “Bodoh! Markas mereka itu rumahnya Arias.”
“OH!” Eugene membulatkan matanya. Ia baru saja mengingat tentang hal itu. Padahal, semuanya sudah pernah dijelaskan oleh Lou.
Tim Elite disambut dengan baik di rumah Arias. Mereka semua sudah mengenal Arias sehingga suasana tidak terlalu canggung. Paling tidak, ada yang bisa menghubungkan percakapan antara dua tim.“Halo, Tim Eria,” sapa Seth ramah. “Mungkin kali ini bukan waktu kita untuk berkenalan lebih dalam. Kita harus menyelesaikan masalah ini lebih dahulu. Tidak apa-apa, kan?”“Tentu, Seth,” jawab Arias.“Arias, sepertinya tinggimu bertambah!” seru Nyridia lalu langsung mendekati Arias untuk mengukur perbedaan tinggi mereka.“Bisa saja itu karena badanmu yang mengecil,” ucap Eugene yang dibalas dengan tatapan sinis dari Nyridia.“Kalian berdua masih sering berkelahi?” tanya Arias.“Dia selalu mencari masalah denganku,” jawab Nyridia sambil menunjuk Eugene. “Marahin!”Arias hanya tertawa. Ia merasa bahagia karena teman-temannya tidak berubah sama sekali. Mereka semua masih sama.“Ayo, semuanya berkumpul,” perintah Seth. Ucapan Seth memang sangat memiliki kekuatan. Tidak ada yang tidak mendengarkannya.
“Earth Spirit!” Nyridia menyentuh tanah dengan telapak tangannya. Muncul retakan tanah yang cukup besar dan bercabang-cabang.Terdengar suara kaca yang pecah. Di ujung sana, terdapat kepingan kaca. Setelah makhluk itu sudah dipastikan pecah secara sempurna, Nyridia pun menyentuh tanah lagi. Tanah-tanah yang retak itu menyatu kembali secara alami. Tidak ada tanda-tanda kehancuran sama sekali.Nyridia menoleh ke arah Klaus yang tidak sempat melakukan apapun. “Ayo berkumpul dengan yang lain.”Pagi ini, Tim Eria dan Tim Elite dibagi ke empat lokasi. Di setiap lokasi, terdapat satu anggota Eria dan satu anggota Elite. Pembagian ini dipilih secara acak tanpa mempertimbangkan elemen ataupun kemampuan dari para anggota.Seth sempat berkata bahwa misi ini bahkan bisa diselesaikan oleh satu anggota Elite saja. Tetapi, mengingat bahwa Herreros mempercayakan Tim Eria kepada mereka, Seth harus memikirkan jalan yang terbaik.Jika empat lokasi itu sudah selesai diamankan, maka keempat tim harus berk
“Tuan Herreros, Tim Elite telah kembali.” Dipimpin oleh Seth, Tim Elite membungkuk kepada Herreros.Sebelum menemui Herreros, Tim Elite sudah membawa Tyra ke Soleclar. Soleclar adalah bangunan penjara di Escalera yang terletak di bawah tanah. Soleclar dipimpin oleh jenderal utama Escalera, Bosley Moon. Penjagaannya sangat ketat dan hanya orang tertentu yang diperbolehkan untuk masuk.Menurut keputusan jenderal utama, Tyra akan dipenjara seumur hidup. Sudah sejak lama Tyra berusaha menyerang Escalera. Ditambah lagi, ia berusaha kabur dan bersembunyi selama hampir dua tahun. Sebenarnya, hukuman mati merupakan solusi yang lebih baik untuk seorang pengacau seperti Tyra. Tetapi, penjara seumur hidup juga tidak jauh berbeda.Tim Elite sudah berencana untuk membunuh Tyra ketika menemukannya. Namun, mereka sadar bahwa masih banyak yang belum terungkap di kasus ini. Mereka juga yakin bahwa Tyra memegang kunci penting. Itulah alasan Tyra tidak langsung dibunuh. Jika sudah ditemukan bukti yang l
Tim Eria kembali ke Escalera sehari setelah Tim Elite. Sama seperti seniornya, Tim Eria juga menghampiri Herreros.“Tuan Herreros, Tim Eria sudah kembali,” ucap Arias kemudian mereka semua membungkuk.“Oh, Arias. Kau kembali ke sini.”“Iya, Tuan. Saya memutuskan untuk pergi ke Escalera untuk sementara. Saya mungkin akan kembali ke Yasle dalam waktu dekat.”Senyum pada wajah Herreros memudar. Matanya yang bulat pun menjadi sayu. Padahal, ia baru saja berpikir bahwa Arias akan kembali ke Escalera untuk selamanya. Tetapi, harapannya itu sirna.Herreros mengangguki ucapan Arias—menutupi rasa kecewanya. “Bagaimana misi pertama kalian?”“Kenapa Tuan membohongi kami?”Sebelum Arias membalas pertanyaan Herreros, Klaus sudah berbicara lebih dahulu. Arias merupakan orang yang taat dan hormat. Sehingga, melihat tingkah Klaus yang sedikit tidak sopan ini membuatnya panik.“Klaus .…” Arias menyebut nama Klaus dengan volume rendah. Klaus melirik dirinya sebentar, namun kembali menatap Herreros deng
“Tuan Herreros, informasi yang saya dapatkan dari Tyra belum banyak. Apa Tim Elite harus menginvestigasinya?””“Tyra Edericka hanyalah kriminal biasa—seorang arsonist. Saya rasa, saya tidak perlu turun tangan,” jawab Herreros. “Lagi pula, sejak awal, misi ini adalah misi Tim Elite.”Seth berdeham. Ia sedikit ragu untuk menanyakan soal ini. “Tuan, soal Tyra … dia sering sekali berlaku sesuka dirinya. Harusnya, interogasi dapat dilakukan secara menyeluruh dalam dua atau tiga kali pertemuan. Tetapi, setiap pertemuan hanya bisa mendapat sedikit informasi. Pada pertemuan pertama, saya yang pergi lebih dahulu. Tetapi pertemuan kedua, ia yang meninggalkan saya. Entah saya harus mengadakan berapa kali pertemuan.”Herreros memandang wajah khawatir Seth. Ia tahu bahwa Seth sudah memberanikan diri untuk mengatakan itu semua. Seth bukanlah orang yang suka mengeluh dan mempermasalahkan sesuatu. Tetapi, tampaknya, lelaki itu sedang kebingungan.“Apa kau tahu berapa kali Tyra diinterogasi waktu peri
“Nama panjang?”“Tyra Edericka.”“Umur?”“Dua puluh tujuh.”“Asal?”“Desa Gowi, Escalera.”Seth memulai dengan pertanyaan basic. Ia memberi tanda centang kepada data yang sudah ada. Ia memastikan bahwa data Tyra di buku catatan kriminal tidak salah.“Kalau ada ledakan besar di Escalera, apa yang akan kau lakukan?” tanya Tyra tiba-tiba.Seth yang sedang menulis di kertas pun menghentikan aktivitasnya. Matanya tertuju pada Tyra yang baru saja melontarkan pertanyaan itu.“Tentu aku akan menyelamatkan para penduduk terlebih dahulu,” jawab Seth.Tyra menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Jadi, kau tidak akan menyelamatkan dirimu terlebih dahulu?”“Apa kau berpikir bahwa aku adalah orang yang egois?”“Tidak, bukan begitu.” Tyra menegakkan punggungnya. “Kalau kau tidak menyelamatkan dirimu dahulu, bagaimana kau bisa menyelamatkan orang lain?”Seth terdiam. Perkataan Tyra tidak salah. Andaikata dirinya tidak selamat, maka ia tidak akan bisa menyelamatkan yang lain. Menyelamatkan diri sendiri
Sesuai dengan permintaan Tyra, sekarang Klaus lah yang menginterogasinya. Klaus juga sudah briefing bersama Seth. Otaknya yang pintar itu dengan cepat mengolah informasi dari seniornya. Ia kurang lebih sudah paham dengan apa yang harus ia lakukan.“Hai, Klaus,” sapa Tyra dengan ramah.“Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Klaus.“Kalian sudah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra. Sebelumnya, ia sudah pernah mengatakan ini kepada Seth. Entah kenapa, ia mengulangi pernyataannya.“Ya, anggap saja begitu,” jawab Klaus tidak peduli. “Bagaimana kau tahu namaku?”Tyra merapikan rambutnya sebentar. Terlihat luka bekas gigitan ular pada lehernya saat ia menyangkutkan rambutnya di telinganya. Luka itu sangat kecil dan hanya terlihat beberapa detik sampai rambutnya kembali turun dan menutupinya.“Aku adalah pengagum rahasiamu,” jawab Tyra pada akhirnya.Mata Klaus menajam. Ia mulai berpikir bahwa Seth pasti sedang bahagia karena terlepas dari pekerjaan ini. Sekarang, dir
Klaus memejamkan matanya. Ia berusaha mengingat semua pembicaraannya dengan Tyra. Semua perkataan perempuan itu memang aneh. Apalagi, ketika ia tiba-tiba mengatakan ingin memegang tangan Klaus.“Klaus, kau mirip sekali dengan Seth. Tapi, kenapa kau terlihat gugup? Apa perlu aku genggam tanganmu? Ah, aku lupa kalau tanganku diikat.”Mata Klaus membesar ketika mengingat tentang itu. Ia ingat dengan jelas susunan kata Tyra. Tepat di saat itu, otaknya langsung bekerja. Kau bisa menggenggam tangan seseorang meski tanganmu diikat. Lengan dan jarimu masih bergerak bebas. Hanya pergelangan tanganmu yang diikat.Klaus mulai mengingat percakapan lainnya. Pikirannya penuh dengan kalimat. Pandangannya kosong. Sapaan darinya pasti tidak ada artinya. Pada awalnya, ia menghindari pertanyaanku. Kemudian, saat aku menunggu jawaban darinya, ia menggerakkan rambutnya. Di saat itu, aku bisa melihat luka gigitan ular. Apa dia sengaja melakukannya saat aku memusatkan perhatian padanya?Klaus menarik kata-k
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap
“Hei! Hei! Aku ada berita yang sangat mengejutkan!”Tiga rekan satu timnya menatapnya penasaran.“Putri Kerajaan Alba ingin menikahi Seth!” seru Eugene. “Woah, Seth Adler! Kau akan menjadi anggota kerajaan!” Nyridia menutup mulutnya. “Serius?! Astaga … di mana pun Seth berada, ia selalu dilamar oleh perempuan.”“Salahkan wajahnya yang tampan,” jawab Eugene. “Ah, andai aku memiliki wajah seperti Seth ….”“Kawanku ….” Nyridia merangkul Eugene. “Itu tidak mungkin bisa.”“Kenapa aku tidak mendengar apa-apa?” tanya Seth. “Eugene, kenapa kau selalu yang pertama tahu tentang ini?”Eugene membentuk angka tujuh dengan jarinya lalu menaruhnya di bawah dagu. “Aku Eugene Moon yang tahu segalanya.”“Kamu denger dari mana?” tanya Nyridia.Eugene tidak menjawab. Ia langsung menyerahkan surat dengan amplop putih yang disegel dengan lilin berwarna emas kepada Seth. Ada lambang matahari berwarna putih yang merupakan cap khas Alba. “Pagi ini, aku tiba-tiba didatangi oleh seorang kesatria. Dia memberik
Seluruh badan Tyra membeku, sedangkan Grada tertawa dengan puas.“Kenapa diam, Tyra? Kamu bukanlah orang yang hanya diam ketika mendengar ucapanku. Mulutmu biasanya selalu berisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak penting,” pancing Grada.“Apa maksudmu dengan memakannya?” tanya Tyra yang mulai ketakutan.“Memang, kamu ini sangat naif. Di balik kalimatmu yang rumit, aku berhasil menemukan celah, Tyra. Kemarin, kamu hanya menyebut nama Rudolph dan Herleva. Tetapi, kamu tidak menyebut nama Ritchie yang merupakan musuhku juga,” kata Grada. “Ternyata memang benar—kamu tidak tahu soal kematiannya.”“Jawab aku. Apa maksudmu?” ulang Tyra.“Bukankah jawaban harus dibayar dengan jawaban juga? Beri tahu aku siapa cicit dari Rudolph dan pewaris Lalia’s Pendant,” balas Grada.Tyra menggigit bibir bagian dalamnya. Jika bisa jujur, dirinya sangat gugup. Selama ini, Tyra tidak tahu kabar mengenai Ritchie. Terakhir kali ia melihat keberadaan partner-nya itu adalah ketika Pilav masuk ke akademi. T