Tim Eria kembali ke Escalera sehari setelah Tim Elite. Sama seperti seniornya, Tim Eria juga menghampiri Herreros.
“Tuan Herreros, Tim Eria sudah kembali,” ucap Arias kemudian mereka semua membungkuk.
“Oh, Arias. Kau kembali ke sini.”
“Iya, Tuan. Saya memutuskan untuk pergi ke Escalera untuk sementara. Saya mungkin akan kembali ke Yasle dalam waktu dekat.”
Senyum pada wajah Herreros memudar. Matanya yang bulat pun menjadi sayu. Padahal, ia baru saja berpikir bahwa Arias akan kembali ke Escalera untuk selamanya. Tetapi, harapannya itu sirna.
Herreros mengangguki ucapan Arias—menutupi rasa kecewanya. “Bagaimana misi pertama kalian?”
“Kenapa Tuan membohongi kami?”
Sebelum Arias membalas pertanyaan Herreros, Klaus sudah berbicara lebih dahulu. Arias merupakan orang yang taat dan hormat. Sehingga, melihat tingkah Klaus yang sedikit tidak sopan ini membuatnya panik.
“Klaus .…” Arias menyebut nama Klaus dengan volume rendah. Klaus melirik dirinya sebentar, namun kembali menatap Herreros dengan mata tajamnya.
“Kami tidak bermaksud membohongi—” Lou yang berusaha menjelaskan itu langsung disuruh diam oleh Herreros.
“Waktunya kuis,” ucap Herreros tiba-tiba. “Yang bisa menjawab, tolong angkat tangannya.”
“Apa saja perbedaan Tim Eria dan Tim Elite?” tanya Herreros “Sebutkan sebanyak-banyaknya.”
Feather langsung mengangkat tangannya. Setelah itu, Herreros langsung mempersilakannya untuk menjawab.
“Pertama, Elite jelas lebih berpengalaman. Dibandingkan dengan Eria yang baru saja dibentuk, tentu sangat memiliki kemampuan yang berbeda. Elemen yang dimiliki Eria dan Elite juga berbeda. Kemudian, perbedaan umur, senjata, dan latar belakang. Komposisi timnya juga berbeda. Eria memiliki satu perempuan dan tiga laki-laki. Elite memiliki dua perempuan dan dua laki-laki.”
Herreros menepuk tangannya. “Feather satu poin.”
Felix yang ada di sebelah Feather langsung berbisik, “Kenapa tiba-tiba ada kuis, sih?”
Feather hanya mengedikkan bahu. Ia sendiri tidak tahu apa tujuan Herreros tiba-tiba mengadakan kuis.
“Apa elemen masing-masing Tim Eria?”
Felix mengangkat tangannya dengan antusias. “Arias kayu, Klaus cahaya, aku air, Feather—” Ia menoleh ke arah Feather dengan bingung. “Feather tidak diketahui.”
“Felix satu poin,” kata Herreros. “Pertanyaan selanjutnya, apa saja elemen Tim Elite?”
Setelah ditujukan pertanyaan itu, tidak ada yang menjawab. Arias menatap satu per satu rekannya yang tampak kebingungan. Setelah itu, ia mengangkat tangannya.
“Ya, Arias?”
“Seth petir, Pilav angin, Eugene air, Nyridia alam,” jawab Arias. Ia memang satu-satunya yang tahu tentang itu karena sudah kenal mereka sejak lama. Sedangkan anggota Eria yang lain tidak mengetahuinya secara pasti.
“Arias satu poin.”
“Eugene air?!” tanya Felix tidak percaya. “Waktu itu, ia hanya memakai panah. Aku kira dia seperti Feather.”
Arias mengangguk. “Mungkin kamu bisa berguru padanya.”
Mata Felix membesar. Ia merasa bersemangat ketika mendengar ide Arias. “Benar! Terima kasih, Arias.”
“Setelah tiga pertanyaan itu, apa yang bisa kalian simpulkan?” tanya Herreros.
“Simpulkan?” tanya Arias.
Herreros mengangguk. “Coba gabungkan semua informasi yang sudah kalian jawab. Apa kesimpulannya?”
“Tetapi, semua pertanyaan itu terlalu umum. Bagaimana kami bisa membuat kesimpulan?” tanya Feather.
“Ada satu kesimpulan,” jawab Herreros. “Ah, kalau bisa, Klaus saja yang menjawabnya. Yang tidak memiliki poin akan dikeluarkan dari Tim Eria.”
Mereka berempat tentu terkejut dengan pernyataan tersebut. Herreros mengatakannya dengan sangat ringan—seakan-akan keluar dari tim adalah hal yang mudah dilakukan.
Di sisi lain, Klaus terus berpikir.
Kesimpulan …
Perbedaan Tim Eria dan Tim Elite, elemen Tim Eria, elemen Tim Elite …
Beberapa detik kemudian, Klaus pun sadar akan sesuatu. Ia pun mengangkat tangannya.
“Jadi, apa kesimpulannya?” tanya Herreros. Di sebelahnya, Lou merasa gugup.
“Tim Elite jarang sekali memakai elemennya saat menyerang. Sedangkan, Eria selalu menggunakan elemen tiap menyerang,” kata Klaus.
“Klaus satu poin,” sebut Herreros. “Benar sekali dengan apa yang barusan kau bilang. Elite jarang sekali menggunakan elemennya saat menyerang. Mereka menghemat penggunaan energi. Tadi, Felix sempat menyebutnya. Ia mengatakan bahwa Eugene hanya menggunakan panah. Tetapi, ia tidak menyadari akan kesimpulannya.”
Felix menggaruk belakang kepalanya ketika mendengar itu. Ia memang sama sekali tidak sadar tentang itu. Padahal, kata kunci setiap pertanyaan sudah jelas.
Tim Eria juga tidak sempat melihat kekuatan dari Tim Elite. Mereka tidak pernah melihat Seth menggunakan kekuatannya. Untuk Pilav, mereka melihatnya. Namun, belum bisa disimpulkan elemen apa yang ia miliki. Eugene juga hanya menggunakan senjata dan memanggil burung peliharaannya. Hanya Nyridia yang memperlihatkan bahwa ia bisa menggerakkan tanah dan akar tumbuhan.
Saat pembagian ke empat lokasi di Yasle pun, hanya Nyridia yang menggunakan jurus. Tiga anggota lainnya hanya menyerang dengan pedang. Sehingga, tidak banyak yang bisa dilihat oleh Eria. Tidak heran jika mereka tidak tahu elemen apa yang digunakan oleh Elite.
“Dari sini, kalian paham perbedaan kalian dengan Tim Elite, bukan?” tanya Herreros. “Kalian terlalu bergantung pada energi. Di pertarungan besar dan berlangsung lama, penggunaan energi akan menjadi titik kelemahan kalian. Saya harap, dengan melihat bagaimana cara Tim Elite menyerang, kalian menjadi lebih tahu solusi yang paling bijaksana sebagai kesatria.”
“Karena semuanya sudah memiliki poin, saya akan memberikan satu pertanyaan tambahan. Yang jawabannya benar, akan menjadi ketua dari Tim Eria,” lanjut Herreros. “Siapa nama burung peliharaan Eugene?”
Cukup hening untuk beberapa saat. Arias sekali lagi melihat ke ketiga rekan lainnya. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang hendak menjawab, ia pun mengangkat tangannya.
“Diola.”
“Baiklah. Arias, kau akan menjadi ketua dari Tim Eria,” ucap Herreros dengan nada gembira.
“Selamat, Arias!” seru Lou.
Arias awalnya merasa senang karena diberikan sambutan seperti itu. Namun, ia langsung sadar akan keputusan Herreros untuk menunjuknya sebagai ketua.
“Eh? Padahal aku cuma anggota sementara di sini,” kata Arias.
Felix tertawa. “Berarti, kamu harus terus tinggal di Escalera.”
Arias menoleh ketiga rekannya yang sedang tersenyum—ya, meskipun Klaus hanya memasang wajah datar. “Kalian ….”
“Kita sengaja tidak menjawabnya. Kamu pasti akan menjawabnya jika kita bertiga diam saja,” kata Feather lalu terkekeh. “Kita semua tahu Diola. Eugene memanggilnya dengan sangat keras. Bagaimana kita tidak tahu?”
Herreros memberi jempol ke Tim Eria. “Ketua tim adalah komitmen seumur hidup. Selamat datang di Escalera, Arias!” Setelah mengucapkan itu, Herreros tertawa renyah seperti pria tua—ah, dia memang sudah tua.
***
“Selama dua tahun terakhir, kau bersembunyi di mana?”
Seth kembali datang ke tempat penahanan. Ia menepati janji Tyra untuk menanyainya di hari esoknya. Lamaran tiba-tiba dari Tyra kemarin membuatnya terkejut bukan main. Namun, ia berusaha untuk melupakannya.
“Banyak tempat,” jawab Tyra. Ia terlihat sangat normal saat ini. “Mulai dari gubuk di ujung Escalera, di pantai, dan yang terakhir adalah gua di Yasle. Ya… pokoknya di tempat yang memiliki banyak pasir. Itu tempat yang paling aman untuk membangun benteng.”
Seth mencatat apa yang Tyra sebutkan di kertas. Kemudian, ia bertanya lagi, “Apa kau bisa menjelaskan pertanyaan kemarin? Kenapa jumlah koin dan kacanya tidak seimbang?”
“Koin dan kaca tidak seimbang?” Tyra mengangkat satu alisnya. “Menurutmu, kenapa bisa berbeda jumlahnya?”
Seth tertarik dengan pertanyaan Tyra. “Karena kau tidak memiliki cukup energi untuk menyatukannya?”
“Net not!” Tyra memberi tanda silang dengan tangannya. Kemudian, ia tertawa. Pribadinya yang aneh pun muncul kembali. “Menurutmu, kenapa rambut kita memiliki panjang yang berbeda? Kenapa sepatu kita memiliki ukuran yang berbeda? Kenapa pakaian kita berbeda?”
Awalnya, Seth mengira bahwa Tyra “kambuh” lagi. Namun, setelah berpikir beberapa saat, ia pun meladeni pertanyaan Tyra. “Karena kita adalah orang yang berbeda?”
“Ding dong!” seru Tyra lalu membentuk lingkaran dengan kedua tangannya di atas kepala. “Jadi, kau tau jawabannya, kan?”
“Ada dua orang di balik kasus ini?” Seth menyipitkan matanya.
Tyra tidak mengangguk ataupun menggeleng. Ia langsung bangun dari kursinya dan berjalan kembali ke arah selnya. Melihat itu, para penjaga pun langsung mengikuti langkahnya.
“Aku akan mampir lagi besok. Terima kasih untuk hari ini,” ucap Seth lalu beranjak dari tempat duduknya.
Seth lumayan mendapat informasi yang jelas hari ini. Namun, ia merasa sangat aneh ketika melihat situasi sebelumnya. Ia tidak menyangka jika Tyra bisa diajak bicara serius. Tyra yang meninggalkannya lebih dahulu juga cukup membuatnya terkejut.
“Seth!”
Seth tersadar dari lamunannya karena mendengar namanya yang disebut. Ketika ia melihat siapa pelakunya, ia pun mempercepat langkahnya.
“Yo, Arias!” Seth melingkarkan tangannya di pundak Arias. “Aku akan tepati janjiku. Ayo, kita makan ebi tempura.”
“Apa kau tidak mengajak yang lain?” tanya Arias.
“Ah, mereka semua meninggalkanku. Dasar para pengkhianat!” seru Seth sambil mengangkat tangannya yang dikepal. “Setelah Tyra ditahan, selalu aku yang bertugas untuk memintanya keterangan. Mereka bertiga tidak memedulikannya sama sekali.”
Arias tertawa. “Sejak dulu, selalu kau yang berkorban.”
Seth menghela napas. “Namanya juga ketua tim. Ketua harus selalu berkorban.” Seth melepas tangannya dari pundak Arias. Nadanya menjadi serius. “Ah, kamu ditunjuk menjadi ketua Eria, kan?”
“Benar,” jawab Arias. “Lalu, kamu diajak menikah oleh Tyra, kan?”
Pertanyaan itu berhasil membuat Seth lengah. Arias berhasil menembak tepat sasaran.
“Siapa yang memberi tahumu?!”
“Itu cerita yang terkenal.” Arias tersenyum meledek. “Sesampainya aku di tempat penahanan, sudah ada lima penjaga yang membicarakan itu.”
“Ah … aku harap jangan semakin banyak yang tahu—apalagi Eugene. Ia pasti akan meledekku sampai sepuluh tahun ke depan.” Seth mengacak rambutnya. Setelah itu, ia menatap Arias. “Tapi, Arias. Mau bagaimanapun, aku senang banget karena kamu kembali ke Escalera.”
Mata Arias membulat. Kalimat yang dilontarkan temannya itu berhasil membuat hatinya hangat. Ia tersenyum. “Rasanya, aku belum siap meninggalkan Yasle. Tetapi, aku tidak bisa menghindari fakta bahwa banyak sekali kenangan indah di Escalera.”
“Tuan Herreros, informasi yang saya dapatkan dari Tyra belum banyak. Apa Tim Elite harus menginvestigasinya?””“Tyra Edericka hanyalah kriminal biasa—seorang arsonist. Saya rasa, saya tidak perlu turun tangan,” jawab Herreros. “Lagi pula, sejak awal, misi ini adalah misi Tim Elite.”Seth berdeham. Ia sedikit ragu untuk menanyakan soal ini. “Tuan, soal Tyra … dia sering sekali berlaku sesuka dirinya. Harusnya, interogasi dapat dilakukan secara menyeluruh dalam dua atau tiga kali pertemuan. Tetapi, setiap pertemuan hanya bisa mendapat sedikit informasi. Pada pertemuan pertama, saya yang pergi lebih dahulu. Tetapi pertemuan kedua, ia yang meninggalkan saya. Entah saya harus mengadakan berapa kali pertemuan.”Herreros memandang wajah khawatir Seth. Ia tahu bahwa Seth sudah memberanikan diri untuk mengatakan itu semua. Seth bukanlah orang yang suka mengeluh dan mempermasalahkan sesuatu. Tetapi, tampaknya, lelaki itu sedang kebingungan.“Apa kau tahu berapa kali Tyra diinterogasi waktu peri
“Nama panjang?”“Tyra Edericka.”“Umur?”“Dua puluh tujuh.”“Asal?”“Desa Gowi, Escalera.”Seth memulai dengan pertanyaan basic. Ia memberi tanda centang kepada data yang sudah ada. Ia memastikan bahwa data Tyra di buku catatan kriminal tidak salah.“Kalau ada ledakan besar di Escalera, apa yang akan kau lakukan?” tanya Tyra tiba-tiba.Seth yang sedang menulis di kertas pun menghentikan aktivitasnya. Matanya tertuju pada Tyra yang baru saja melontarkan pertanyaan itu.“Tentu aku akan menyelamatkan para penduduk terlebih dahulu,” jawab Seth.Tyra menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Jadi, kau tidak akan menyelamatkan dirimu terlebih dahulu?”“Apa kau berpikir bahwa aku adalah orang yang egois?”“Tidak, bukan begitu.” Tyra menegakkan punggungnya. “Kalau kau tidak menyelamatkan dirimu dahulu, bagaimana kau bisa menyelamatkan orang lain?”Seth terdiam. Perkataan Tyra tidak salah. Andaikata dirinya tidak selamat, maka ia tidak akan bisa menyelamatkan yang lain. Menyelamatkan diri sendiri
Sesuai dengan permintaan Tyra, sekarang Klaus lah yang menginterogasinya. Klaus juga sudah briefing bersama Seth. Otaknya yang pintar itu dengan cepat mengolah informasi dari seniornya. Ia kurang lebih sudah paham dengan apa yang harus ia lakukan.“Hai, Klaus,” sapa Tyra dengan ramah.“Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Klaus.“Kalian sudah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra. Sebelumnya, ia sudah pernah mengatakan ini kepada Seth. Entah kenapa, ia mengulangi pernyataannya.“Ya, anggap saja begitu,” jawab Klaus tidak peduli. “Bagaimana kau tahu namaku?”Tyra merapikan rambutnya sebentar. Terlihat luka bekas gigitan ular pada lehernya saat ia menyangkutkan rambutnya di telinganya. Luka itu sangat kecil dan hanya terlihat beberapa detik sampai rambutnya kembali turun dan menutupinya.“Aku adalah pengagum rahasiamu,” jawab Tyra pada akhirnya.Mata Klaus menajam. Ia mulai berpikir bahwa Seth pasti sedang bahagia karena terlepas dari pekerjaan ini. Sekarang, dir
Klaus memejamkan matanya. Ia berusaha mengingat semua pembicaraannya dengan Tyra. Semua perkataan perempuan itu memang aneh. Apalagi, ketika ia tiba-tiba mengatakan ingin memegang tangan Klaus.“Klaus, kau mirip sekali dengan Seth. Tapi, kenapa kau terlihat gugup? Apa perlu aku genggam tanganmu? Ah, aku lupa kalau tanganku diikat.”Mata Klaus membesar ketika mengingat tentang itu. Ia ingat dengan jelas susunan kata Tyra. Tepat di saat itu, otaknya langsung bekerja. Kau bisa menggenggam tangan seseorang meski tanganmu diikat. Lengan dan jarimu masih bergerak bebas. Hanya pergelangan tanganmu yang diikat.Klaus mulai mengingat percakapan lainnya. Pikirannya penuh dengan kalimat. Pandangannya kosong. Sapaan darinya pasti tidak ada artinya. Pada awalnya, ia menghindari pertanyaanku. Kemudian, saat aku menunggu jawaban darinya, ia menggerakkan rambutnya. Di saat itu, aku bisa melihat luka gigitan ular. Apa dia sengaja melakukannya saat aku memusatkan perhatian padanya?Klaus menarik kata-k
Klaus sibuk mengacak-acak tumpukan barang yang ada di depannya. Padahal, pemilik rumah itu memperhatikannya dari sudut ruangan—meski hanya sebatas foto. Sudah sejak bulan lalu ia menggeledah tempat itu. Ia belum juga menemukan apa yang ia cari.“Di mana, sih?” oceh Klaus. Entah dia bertanya pada siapa. Ia adalah satu-satunya orang yang ada di dalam tempat itu.Suara pintu yang dibuka dengan kencang berhasil membuat Klaus tersentak.“Siapa di sana?!” teriak seseorang yang baru masuk.Sebuah cahaya mengepung Klaus. Ia pun segera menutupi matanya dengan tangannya karena terlalu silau.“Klaus Alastair dari Tim Eria?” Salah satu orang di sana mengenalinya. Mata Klaus membulat ketika mendengar suaranya.Cahaya dari berbagai sudut pun redup. Klaus bisa melihat pria yang familiar di depannya. Pria itu membawa lentera di tangannya.Awalnya, Klaus sedikit bingung, untuk apa membawa lentera di siang bolong seperti ini? Namun, ketika ia mengingat interior di tempat ini, ia pun mengerti: tidak ada
“Arias, apa maksudnya? Klaus dipenjara?!” tanya Feather tidak terima.“Apa kalian tahu apa yang dia lakukan? Kalian dekat di akademi, kan?” tanya Arias.“Aku tidak tahu.” Feather menoleh ke arah Felix. “Apa kau tahu?”Felix menelan ludahnya. Ia merasa bahwa ia tidak boleh menjelaskan semuanya.“Felix, kau mengetahuinya,” ucap Arias. Itu pernyataan, bukan pertanyaan.“Klaus memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu,” jawab Felix. “Hanya itu yang bisa kukatakan.”“Di mana rumah Klaus? Aku harus memberi tahu keluarganya.”Ketika Arias hendak pergi, Felix segera menghadangnya. “Dia tidak punya keluarga.”Arias dan Feather memusatkan pandangan mereka ke arah Felix. Pernyataan yang dilontarkannya barusan membuat mereka terkejut bukan main.“Waktu kemarin, bukannya kau bilang kalo Klaus sedang ada urusan keluarga?” tanya Feather.“Maaf,” ucap Felix pelan. “Maaf karena aku sudah membohongi kalian berdua.”“Felix, kita satu tim,” ucap Feather. “Kau tahu kalau tim ini adalah tim seumur hidu
Lou terus saja mundar-mandir di ruangan Herreros. Ini membuat sang pemimpin tidak kuasa menahan rasa penasaran.“Apa yang sedang kau pikirkan, Lou?”Lou menghentikan langkahnya lalu membungkuk ke arah Herreros. “Maaf, Tuan. Saya sedang memikirkan bagaimana cara mengeluarkan Klaus dari penjara.”“Kenapa kau ingin ia keluar? Bukannya ia sudah mengakui tindakannya?” tanya Herreros. “Menggeledah barang di rumah Tuan Ritchie memang sangatlah salah.”“Apa Tuan berpikir bahwa Klaus adalah anak seperti itu?” tanya Lou.“Lalu, kenapa kau menangkapnya?” tanya Herreros. “Kaulah yang menangkap basah Klaus. Jika kau berpikir bahwa ia bukan anak seperti itu, kenapa kau menangkapnya sejak awal?”Wajah Lou menjadi panik. “Karena saya sedang bersama para pengawal. Jika saya sendirian, saya tidak akan menangkapnya. Saya juga mengira dia akan langsung menjelaskan alasannya. Tetapi, saya tidak menyangka ia akan tutup mulut seperti ini.”Herreros tertawa. “Tapi, untuk apa kau datang ke rumah Tuan Ritchie
Seth menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia sedang sibuk dengan pergulatan di otaknya. Ia sendiri tidak sadar akan gerakan tangannya itu.Sebelumnya, ia sudah menjelaskan semuanya kepada Tim Elite. Ia menjelaskan apa yang dibahas dirinya dengan Klaus sebelumnya. Ia juga memberi tahu fakta bahwa selama ini Tyra “hadir” dalam rapat di rumah Arias.Koin-koin yang sebelumnya Elite dapatkan dari Yasle itu sudah diberikan ke Laboratorium Escalera untuk diteliti. Sepertinya, Tyra juga tidak bisa menerima informasi lagi dari koin—mengingat energi tidak akan bertahan lama jika disimpan di benda mati. Prinsip koin itu mirip dengan ceodrin—menyimpan energi. Namun, ceodrin adalah perangkat yang dirancang khusus. Berbeda dengan koin yang hanya menjadi sebuah media.Setelah sudah membeberkan semua informasi yang didapatkan, Seth pun menugaskan ketiga rekannya untuk fokus ke Amy saja. Seth sendiri ingin menyelidiki lebih dalam mengenai Tyra. Jika Klaus sudah keluar dari penjara
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap
“Hei! Hei! Aku ada berita yang sangat mengejutkan!”Tiga rekan satu timnya menatapnya penasaran.“Putri Kerajaan Alba ingin menikahi Seth!” seru Eugene. “Woah, Seth Adler! Kau akan menjadi anggota kerajaan!” Nyridia menutup mulutnya. “Serius?! Astaga … di mana pun Seth berada, ia selalu dilamar oleh perempuan.”“Salahkan wajahnya yang tampan,” jawab Eugene. “Ah, andai aku memiliki wajah seperti Seth ….”“Kawanku ….” Nyridia merangkul Eugene. “Itu tidak mungkin bisa.”“Kenapa aku tidak mendengar apa-apa?” tanya Seth. “Eugene, kenapa kau selalu yang pertama tahu tentang ini?”Eugene membentuk angka tujuh dengan jarinya lalu menaruhnya di bawah dagu. “Aku Eugene Moon yang tahu segalanya.”“Kamu denger dari mana?” tanya Nyridia.Eugene tidak menjawab. Ia langsung menyerahkan surat dengan amplop putih yang disegel dengan lilin berwarna emas kepada Seth. Ada lambang matahari berwarna putih yang merupakan cap khas Alba. “Pagi ini, aku tiba-tiba didatangi oleh seorang kesatria. Dia memberik
Seluruh badan Tyra membeku, sedangkan Grada tertawa dengan puas.“Kenapa diam, Tyra? Kamu bukanlah orang yang hanya diam ketika mendengar ucapanku. Mulutmu biasanya selalu berisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak penting,” pancing Grada.“Apa maksudmu dengan memakannya?” tanya Tyra yang mulai ketakutan.“Memang, kamu ini sangat naif. Di balik kalimatmu yang rumit, aku berhasil menemukan celah, Tyra. Kemarin, kamu hanya menyebut nama Rudolph dan Herleva. Tetapi, kamu tidak menyebut nama Ritchie yang merupakan musuhku juga,” kata Grada. “Ternyata memang benar—kamu tidak tahu soal kematiannya.”“Jawab aku. Apa maksudmu?” ulang Tyra.“Bukankah jawaban harus dibayar dengan jawaban juga? Beri tahu aku siapa cicit dari Rudolph dan pewaris Lalia’s Pendant,” balas Grada.Tyra menggigit bibir bagian dalamnya. Jika bisa jujur, dirinya sangat gugup. Selama ini, Tyra tidak tahu kabar mengenai Ritchie. Terakhir kali ia melihat keberadaan partner-nya itu adalah ketika Pilav masuk ke akademi. T