“Nama panjang?”
“Tyra Edericka.”
“Umur?”
“Dua puluh tujuh.”
“Asal?”
“Desa Gowi, Escalera.”
Seth memulai dengan pertanyaan basic. Ia memberi tanda centang kepada data yang sudah ada. Ia memastikan bahwa data Tyra di buku catatan kriminal tidak salah.
“Kalau ada ledakan besar di Escalera, apa yang akan kau lakukan?” tanya Tyra tiba-tiba.
Seth yang sedang menulis di kertas pun menghentikan aktivitasnya. Matanya tertuju pada Tyra yang baru saja melontarkan pertanyaan itu.
“Tentu aku akan menyelamatkan para penduduk terlebih dahulu,” jawab Seth.
Tyra menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Jadi, kau tidak akan menyelamatkan dirimu terlebih dahulu?”
“Apa kau berpikir bahwa aku adalah orang yang egois?”
“Tidak, bukan begitu.” Tyra menegakkan punggungnya. “Kalau kau tidak menyelamatkan dirimu dahulu, bagaimana kau bisa menyelamatkan orang lain?”
Seth terdiam. Perkataan Tyra tidak salah. Andaikata dirinya tidak selamat, maka ia tidak akan bisa menyelamatkan yang lain. Menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu bukanlah perilaku yang egois. Justru, dengan diri kita yang selamat, kita akan bisa menolong orang lain yang membutuhkan.
“Seth,” panggil Tyra.
“Apa? Rasanya aneh ketika kau memanggil namaku.”
“Kalau tidak salah, ada anak yang bernama Klaus. Bisa kau suruh dia untuk menggantikanmu?”
“Tapi, ia belum bisa melakukan pekerjaan ini.”
Tyra menggeleng. “Aku tidak akan menjawab jika bukan dia yang menanyaiku.”
Seth melirik para penjaga yang ada di sana kemudian menghela napas. “Baiklah. Akan aku usahakan.”
Hari ini, Tyra tampak lebih tenang dari biasanya. Seth menjadi teringat penjelasan Arias waktu itu. Mungkin saja Tyra memiliki dua kepribadian. Pribadinya yang tenang membuatnya terlihat elegan. Seth juga dapat lebih mudah berkomunikasi dengannya. Jika pribadi gilanya muncul, itu sangat menambah pekerjaan Seth.
Tyra bangun dari kursinya. Ia berbalik badan dan kembali ke selnya. Untuk seukuran seorang tahanan, Tyra memang bertingkah semaunya. Ia mengucapkan apa saja yang ada di pikirannya. Ia melakukan apa saja yang ia inginkan.
Untung saja, Seth lah yang bertugas untuk mengurusnya. Orang lain mungkin tidak akan ada yang sanggup berbicara dengannya. Mengetahui fakta ini, Seth menjadi khawatir pada Klaus yang harus melakukan pekerjaan ini.
***
“Klaus Alastair?” Herreros mengerutkan dahinya. “Kenapa di antara banyaknya orang, Tyra malah menginginkan anak itu?”
“Mungkin dia melihat potensi dari Klaus?” tebak Lou yang ada di sebelahnya.
“Potensi apa? Tyra bukan seorang guru ataupun pelatih. Jangan konyol untuk memilh seseorang berdasarkan potensi. Dia hanya kriminal gila yang pernah membakar sederet rumah di Escalera,” jawab Herreros dingin. Mendengar kalimat ini keluar dari mulut Herreros, menunjukkan bahwa Tyra adalah orang yang sangat buruk. Jarang sekali Herreros menghina seseorang.
“Tuan Herreros, tenanglah.” Lou tersenyum awkward. “Maaf atas perkataan saya barusan.”
Herreros mengusap pelipisnya. Setelah menyampaikan hal tadi, kepalanya terasa pening. Membayangkan apa yang Tyra perbuat saja sudah dapat membuat darahnya mendidih. Banyak sekali korban dari kejahatan Tyra. Herreros sebagai pemimpin Escalera tidak bisa memaafkan siapa pun yang membuat penduduk menderita.
“Jadi, bagaimana keputusan Tuan?”
“Ya, ikuti saja keinginannya.”
“Baik, Tu—”
Sebuah ledakan memotong ucapan Seth. Ia dan dua petinggi Escalera di sana pun terkejut bukan main.
Lantai yang mereka injak bergetar. Suara ledakan yang terdengar sangat keras itu berhasil membuat keseimbangan mereka berkurang. Mereka bertiga segera melihat ke jendela — ingin tahu apa yang sedang terjadi di luar sana.
Terlihat beberapa bangunan yang hancur terbakar. Orang-orang berkeliaran di luar. Jika kaca jendela ini dibuka, mungkin suara teriakan mereka akan terdengar.
Melihat keadaan ini, Seth langsung teringat dengan pertanyaan Tyra tadi. Ini bahkan belum satu jam setelah ia mendapatkan pertanyaan itu. Ia ingin sekali menghampiri Tyra saat ini. Tetapi, ia harus menjalankan kewajibannya lebih dahulu. Seth segera berlari keluar dari kantor pusat dan menyelamatkan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
Herreros dan Lou mengeluarkan ceodrin dan memberikan sinyal kepada semua kesatria di Escalera. Di saat-saat seperti inilah Escalera dapat menunjukkan seberapa banyak dan kuat manpower-nya.
Orang-orang yang berada di sekitar lokasi kejadian segera dievakuasi oleh para kesatria. Semua tim yang sedang berada di Escalera mengerumuni tempat ledakan itu. Mereka semua mencari siapa dan di mana pelakunya. Tetapi, tidak kunjung mendapat jawaban.
Korban yang selamat dikumpulkan di bunker yang berada di bawah tanah. Untuk yang terluka ringan ataupun parah segera dilarikan ke rumah sakit pusat. Para kesatria harus mengantar satu per satu orang ke tempat tujuan.
Hanya dalam beberapa menit, Tim Elite sudah berkumpul di bunker. Penduduk juga sudah diselamatkan semua. Seth pun menatap satu per satu rekannya.
“Jaga semuanya di sini. Ada seseorang yang harus aku temui sekarang juga.” Setelah mengatakan itu, Seth berlari sekencang mungkin.
“Seth! Bukannya kita harus mencari orang di balik ledakan ini dulu?!” Teriakan Nyridia pun semakin tidak terdengar setiap Seth melangkahkan kaki.
***
Seth memukul besi yang mengurung Tyra di dalam sana. Perempuan itu pun bangkit dari duduknya lalu menghampiri Seth.
“Tyra, jelaskan ini!” teriak Seth. “Bagaimana kau tahu bahwa akan ada ledakan di Escalera?!”
“Oh, ledakan? Aku kira ada gempa bumi.” Tyra tersenyum. “Menurutmu, bagaimana aku bisa tahu? Aku selalu dikurung di dalam sini.”
“Kamu tahu, Tyra! Kamu tahu tentang ledakan ini!” Seth tidak bisa menahan emosinya. Ia menendang jeruji besi yang ada di hadapannya. “Kenapa kau menanyakan hal itu tepat sebelum ada ledakan di Escalera? Jawab!”
Tyra hanya tersenyum. Para penjaga di sana terkejut melihat Seth yang bersikap seperti ini. Mereka sepertinya baru pertama kali melihat Seth berteriak. Selama ini, citra Seth adalah orang yang selalu ramah dan penyabar.
“Kau bahkan pernah membakar sederet rumah. Apa ini ada hubungannya denganmu juga?” Seth bertanya lagi. “Apa kau tidak pernah merasakan panasnya api? Kau tidak pernah merasakan dirimu dibakar hidup-hidup?”
“Seth, kau tampak keren hari ini,” jawab Tyra setelah diam cukup lama.
Seth mundur. Ia pun meninggalkan Tyra begitu saja. Ia tahu bahwa ia tidak bisa berekspektasi tinggi pada kriminal itu. Dia tidak sepenuhnya waras. Jika Seth terus memaksa untuk mendapat jawaban dari Tyra, ia hanya akan membuang waktu. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kewajibannya untuk melindungi Escalera.
“Blade,” sebut Tyra dengan suara kecil.
Seth yang hendak keluar pun menoleh lagi. “Apa kau bilang?”
“Blade, organisasi itu,” jawab Tyra.
Mata Seth bergetar. Ia tahu bahwa cepat atau lambat, Blade akan datang menyerang Escalera.
Seth membatalkan kehendaknya untuk keluar dari sana. Ia pun kembali mendekati sel Tyra lagi. “Apa hubunganmu dengan Blade?”
Tyra menggerakan jarinya—memberi instruksi supaya Seth mendekatkan telinganya. Mau tidak mau, Seth menurutinya.
“Amy Wing,” bisik Tyra.
Sebuah wajah langsung muncul di kepala Seth ketika mendengar nama itu. Ia ingat dengan jelas mengenai seseorang bernama Amy Wing. Dia adalah anggota Blade yang memiliki elemen api. Tidak heran jika ia menyerang dengan ledakan seperti saat ini. Hanya saja, apa tujuannya menyerang Escalera?
Seth segera berlari keluar dari penjara setelah mendapatkan informasi itu.
Penjaga penjara yang ada di hadapannya itu menghampiri Tyra. “Apa yang kau katakan pada Seth barusan?”
“Tidak ada,” jawab Tyra.
“Apa yang kau katakan pada Seth?” Penjaga itu meninggikan suaranya.
“Jika kau sangat ingin tahu, kenapa kau tidak tanya langsung padanya?”
“Aku beri satu kesempatan lagi.” Sebuah ular keluar dari seragam penjaga itu. Sisiknya yang hijau berkilauan itu terlihat meski pencerahan di sana sedikit. Mulutnya sudah terbuka—hendak memangsa siapa pun yang di hadapannya. Taringnya sangat panjang dan lidahnya terus menjulur keluar.
“Aku hanya mengatakan bahwa dirinya keren. Itu saja. Makanya, ia langsung pergi—akh!”
“Ia tidak akan berlari jika kau hanya mengatakan itu,” ucap penjaga tadi lalu menyimpan kembali ularnya. Ia meninggalkan posnya—meninggalkan Tyra yang tersungkur.
Sesuai dengan permintaan Tyra, sekarang Klaus lah yang menginterogasinya. Klaus juga sudah briefing bersama Seth. Otaknya yang pintar itu dengan cepat mengolah informasi dari seniornya. Ia kurang lebih sudah paham dengan apa yang harus ia lakukan.“Hai, Klaus,” sapa Tyra dengan ramah.“Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Klaus.“Kalian sudah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra. Sebelumnya, ia sudah pernah mengatakan ini kepada Seth. Entah kenapa, ia mengulangi pernyataannya.“Ya, anggap saja begitu,” jawab Klaus tidak peduli. “Bagaimana kau tahu namaku?”Tyra merapikan rambutnya sebentar. Terlihat luka bekas gigitan ular pada lehernya saat ia menyangkutkan rambutnya di telinganya. Luka itu sangat kecil dan hanya terlihat beberapa detik sampai rambutnya kembali turun dan menutupinya.“Aku adalah pengagum rahasiamu,” jawab Tyra pada akhirnya.Mata Klaus menajam. Ia mulai berpikir bahwa Seth pasti sedang bahagia karena terlepas dari pekerjaan ini. Sekarang, dir
Klaus memejamkan matanya. Ia berusaha mengingat semua pembicaraannya dengan Tyra. Semua perkataan perempuan itu memang aneh. Apalagi, ketika ia tiba-tiba mengatakan ingin memegang tangan Klaus.“Klaus, kau mirip sekali dengan Seth. Tapi, kenapa kau terlihat gugup? Apa perlu aku genggam tanganmu? Ah, aku lupa kalau tanganku diikat.”Mata Klaus membesar ketika mengingat tentang itu. Ia ingat dengan jelas susunan kata Tyra. Tepat di saat itu, otaknya langsung bekerja. Kau bisa menggenggam tangan seseorang meski tanganmu diikat. Lengan dan jarimu masih bergerak bebas. Hanya pergelangan tanganmu yang diikat.Klaus mulai mengingat percakapan lainnya. Pikirannya penuh dengan kalimat. Pandangannya kosong. Sapaan darinya pasti tidak ada artinya. Pada awalnya, ia menghindari pertanyaanku. Kemudian, saat aku menunggu jawaban darinya, ia menggerakkan rambutnya. Di saat itu, aku bisa melihat luka gigitan ular. Apa dia sengaja melakukannya saat aku memusatkan perhatian padanya?Klaus menarik kata-k
Klaus sibuk mengacak-acak tumpukan barang yang ada di depannya. Padahal, pemilik rumah itu memperhatikannya dari sudut ruangan—meski hanya sebatas foto. Sudah sejak bulan lalu ia menggeledah tempat itu. Ia belum juga menemukan apa yang ia cari.“Di mana, sih?” oceh Klaus. Entah dia bertanya pada siapa. Ia adalah satu-satunya orang yang ada di dalam tempat itu.Suara pintu yang dibuka dengan kencang berhasil membuat Klaus tersentak.“Siapa di sana?!” teriak seseorang yang baru masuk.Sebuah cahaya mengepung Klaus. Ia pun segera menutupi matanya dengan tangannya karena terlalu silau.“Klaus Alastair dari Tim Eria?” Salah satu orang di sana mengenalinya. Mata Klaus membulat ketika mendengar suaranya.Cahaya dari berbagai sudut pun redup. Klaus bisa melihat pria yang familiar di depannya. Pria itu membawa lentera di tangannya.Awalnya, Klaus sedikit bingung, untuk apa membawa lentera di siang bolong seperti ini? Namun, ketika ia mengingat interior di tempat ini, ia pun mengerti: tidak ada
“Arias, apa maksudnya? Klaus dipenjara?!” tanya Feather tidak terima.“Apa kalian tahu apa yang dia lakukan? Kalian dekat di akademi, kan?” tanya Arias.“Aku tidak tahu.” Feather menoleh ke arah Felix. “Apa kau tahu?”Felix menelan ludahnya. Ia merasa bahwa ia tidak boleh menjelaskan semuanya.“Felix, kau mengetahuinya,” ucap Arias. Itu pernyataan, bukan pertanyaan.“Klaus memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu,” jawab Felix. “Hanya itu yang bisa kukatakan.”“Di mana rumah Klaus? Aku harus memberi tahu keluarganya.”Ketika Arias hendak pergi, Felix segera menghadangnya. “Dia tidak punya keluarga.”Arias dan Feather memusatkan pandangan mereka ke arah Felix. Pernyataan yang dilontarkannya barusan membuat mereka terkejut bukan main.“Waktu kemarin, bukannya kau bilang kalo Klaus sedang ada urusan keluarga?” tanya Feather.“Maaf,” ucap Felix pelan. “Maaf karena aku sudah membohongi kalian berdua.”“Felix, kita satu tim,” ucap Feather. “Kau tahu kalau tim ini adalah tim seumur hidu
Lou terus saja mundar-mandir di ruangan Herreros. Ini membuat sang pemimpin tidak kuasa menahan rasa penasaran.“Apa yang sedang kau pikirkan, Lou?”Lou menghentikan langkahnya lalu membungkuk ke arah Herreros. “Maaf, Tuan. Saya sedang memikirkan bagaimana cara mengeluarkan Klaus dari penjara.”“Kenapa kau ingin ia keluar? Bukannya ia sudah mengakui tindakannya?” tanya Herreros. “Menggeledah barang di rumah Tuan Ritchie memang sangatlah salah.”“Apa Tuan berpikir bahwa Klaus adalah anak seperti itu?” tanya Lou.“Lalu, kenapa kau menangkapnya?” tanya Herreros. “Kaulah yang menangkap basah Klaus. Jika kau berpikir bahwa ia bukan anak seperti itu, kenapa kau menangkapnya sejak awal?”Wajah Lou menjadi panik. “Karena saya sedang bersama para pengawal. Jika saya sendirian, saya tidak akan menangkapnya. Saya juga mengira dia akan langsung menjelaskan alasannya. Tetapi, saya tidak menyangka ia akan tutup mulut seperti ini.”Herreros tertawa. “Tapi, untuk apa kau datang ke rumah Tuan Ritchie
Seth menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia sedang sibuk dengan pergulatan di otaknya. Ia sendiri tidak sadar akan gerakan tangannya itu.Sebelumnya, ia sudah menjelaskan semuanya kepada Tim Elite. Ia menjelaskan apa yang dibahas dirinya dengan Klaus sebelumnya. Ia juga memberi tahu fakta bahwa selama ini Tyra “hadir” dalam rapat di rumah Arias.Koin-koin yang sebelumnya Elite dapatkan dari Yasle itu sudah diberikan ke Laboratorium Escalera untuk diteliti. Sepertinya, Tyra juga tidak bisa menerima informasi lagi dari koin—mengingat energi tidak akan bertahan lama jika disimpan di benda mati. Prinsip koin itu mirip dengan ceodrin—menyimpan energi. Namun, ceodrin adalah perangkat yang dirancang khusus. Berbeda dengan koin yang hanya menjadi sebuah media.Setelah sudah membeberkan semua informasi yang didapatkan, Seth pun menugaskan ketiga rekannya untuk fokus ke Amy saja. Seth sendiri ingin menyelidiki lebih dalam mengenai Tyra. Jika Klaus sudah keluar dari penjara
Bosley sontak memukul belakang kepala anaknya itu.“Kenapa?!” Eugene tidak terima dengan perlakuan ayahnya.“Kau pikir ini main-main?!” tanya Bosley. Nada bicaranya sama seperti anaknya.“Paman,” panggil Nyridia. Ia ingin mengganti topik karena tidak suka dengan keributan antara ayah dan anak. “Apa Paman bisa membebaskan Klaus?”“Sampai ia memberikan alasannya, aku takkan membebaskannya,” jawab Bosley.“Aku yang menyuruhnya,” ucap Seth.Semuanya menatap Seth. Tentu mereka tidak paham dengan maksud pria itu. Ia bahkan tidak pernah membicarakan soal ini sebelumnya.“Aku sudah pernah bilang kalau banyak yang harus aku sembunyikan. Aku bahkan tidak melaporkan tentang Amy Wing kepada Tuan Herreros. Aku memberi tahu ini ke Paman untuk meminta bantuan,” jelas Seth. “Sebenarnya, aku yang menyuruh Klaus ke sana untuk mencari jurnal mengenai Amy Wing. Seperti yang sudah kita ketahui, Tuan Ritchie sudah menyelidiki Blade sejak dulu.”Bosley menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Jadi, itu alasan
Klaus keluar dari Soleclar hanya dalam beberapa hari. Perasaannya lega. Tetapi, dia juga merasa tidak nyaman. Ia merasa tidak adil jika hanya dirinya yang dibebaskan. Padahal, Tyra yang juga tidak bersalah itu masih ditahan.Tepat saat Klaus keluar dari ruang ganti, ia berpapasan dengan Seth yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Kedua mata mereka yang saling bertemu itu terangkat di waktu yang bersamaan. Tidak ada yang tahu bahwa bisa ada kebetulan seperti ini.“Kau … sudah bebas, kan?” tanya Seth yang berjalan mendekati Klaus. Ia bertanya dengan hati-hati karena ia tidak tahu Jenderal Bosley sudah memberi keputusan atau belum.Klaus mengangguk.“Mau ikut?” tanya Seth tiba-tiba.“Ke?”“Tempat yang panas.”Klaus sontak mengerutkan dahi. Matanya yang tajam itu menatap tepat di pupil Seth.“Hei, jangan lihat aku seperti itu. Kau tahu soal ledakan kemarin dan ledakan waktu dua tahun lalu?” Seth menunjuk pedang yang ia simpan di pinggangnya—menjelaskan apa yang akan dilakukan. “Kita
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap