Setelah perjalanan selama tiga jam, Tim Eria pun sampai di depan papan dengan tulisan “Wilayah Yasle”. Karena sudah sampai di tempat tujuan, mereka pun berjalan dengan lebih santai.
Yasle merupakan daerah perbatasan Escalera dan Rivera. Tempat ini juga memiliki pemukiman yang cukup ramai. Banyak orang yang berprofesi sebagai petani dan peternak. Pemandangannya jauh lebih indah dari daerah mana pun.
Bagian yang paling terkenal di Yasle yaitu Bukit Yasle. Dari bukit ini, kamu bisa melihat daerah Rivera dengan jelas. Tempat ini merupakan tempat terbaik untuk memandangi sungai di Rivera yang dapat berubah warna sesuai temperatur.
Dari pintu utama Yasle menuju Bukit Yasle tidaklah jauh. Mereka hanya perlu berjalan lurus sejauh seratus meter. Namun, yang membuat lelah adalah jalanannya yang menanjak.
Terlihat seorang pemuda yang duduk di ujung bukit. Di sebelahnya, ada pedang yang berdiri tertancap di tanah.
"Arias Ocleria?"
Pemuda itu menoleh karena namanya dipanggil. Setelah melihat siapa yang datang ke arahnya, ia langsung bangkit.
Arias mencabut pedangnya yang menancap di tanah itu lalu menyimpannya. "Oh, kalian—"
"Kami adalah Tim Eria," potong Felix karena Arias tidak kunjung melanjutkan ucapannya. Felix menaruh tangan kanannya di dadaㅡmemberi tanda hormat. "Tuan Herreros memerintahkan kami untuk menemuimu."
"Aku sudah mendengar kabarnya dari Tuan Herreros," jawab Arias. "Terima kasih sudah jauh-jauh datang ke sini. Mari kita ke markas."
Arias melewati tiga orang di sana. Ia memimpin jalan menuju rumahnya — tepatnya, markas utama mereka selama menjalankan misi di Yasle.
Tim Eria berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar. Di sekelilingnya juga terdapat lahan pertanian. Arias membuka pintu rumah miliknya. Ketiga anggota lainnya menatap kagum pada kemegahan rumah miliknya. Dibanding sebuah rumah, bangunan ini lebih mirip dengan sebuah mansion.
Keempat anggota itu masuk ke dalam rumah itu lalu berkumpul di ruangan utama.
“Karena kalian sudah kelelahan hari ini, kita akan mulai menjalani misi di hari esok,” kata Arias lalu membungkuk. “Persilakan aku untuk memperkenalkan diri. Aku Arias Ocleria. Aku merupakan penduduk asli Yasle. Aku pernah berlatih di bawah Tuan Herreros di Escalera.”
Setelah Arias memperkenalkan diri, tiga orang lainnya pun ikut mengenalkan dirinya sendiri. Rasanya masih sangat canggung dan kaku. Namun, mereka berempat sudah membangun permulaan yang baik sebagai satu tim.
“Arias, kamu akan bergabung terus dengan Tim Eria atau bagaimana?” tanya Felix.
“Mungkin bisa dibilang aku anggota sementara Tim Eria?” Arias terkekeh. “Aku tidak bisa meninggalkan tempat tinggalku dalam waktu yang lama. Sepertinya, aku akan ikut Tim Eria dalam misi kali ini saja.”
Feather tersenyum. “Kamu bisa bergabung dengan Eria kapan saja. Ingat itu, ya!”
Arias terkejut dengan nada ceria yang dilontarkan oleh Feather. Seakan-akan keberadaannya itu sangatlah dibutuhkan. “Terima kasih,” jawabnya.
***
Sesuai perintah Arias, mereka mulai menjalankan misi di keesokan harinya. Tim Eria sudah menjelajahi beberapa sisi dari Yasle. Namun, tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan. Dibanding memeriksa keamanan Yasle, misi ini lebih seperti tour dengan Arias sebagai guide-nya.
“Apa kita kembali lagi ke Escalera untuk melaporkan bahwa tidak terjadi apapun di sini?” tanya Felix.
“Jangan langsung menyimpulkan seperti itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi nantinya,” jawab Klaus.
Tepat setelah Klaus mengucapkan itu, seorang perempuan muncul di hadapan mereka berempat. Perempuan itu terlihat sangat familiar. Arias yang menyadari siapa perempuan itu pun langsung maju.
“Tyra,” sebut Arias. “Ternyata selama ini kau ada di sini.”
Perempuan yang bernama Tyra itu tidak menjawab apapun. Ia langsung mengeluarkan pedangnya. Tentu Tim Eria tidak siap dengan pertarungan yang mendadak seperti ini. Namun, situasi ini tidak dapat dihindari.
Tyra adalah seorang kriminal yang sudah ditandai di Escalera. Ia pernah membakar sederet rumah di Escalera. Data tentang dirinya juga dijelaskan secara detail pada buku catatan kriminal. Sudah hampir dua tahun ia berhasil melarikan diri. Lalu, tepat di hari ini, ia berani menampakkan dirinya.
Dibanding seorang kriminal, ia lebih terlihat seperti seorang putri yang tinggal di istana. Rambutnya disanggul rapi dan gaun putih bersihnya tidak pernah berubah sejak dulu.
Klaus meluruskan tangannya lalu mengeluarkan sebuah laser dari telapak tangannya. Laser itu ia arahkan ke mata Tyra supaya ia tidak bisa melihat keberadaan mereka. Karena “buta”, Tyra menggerakkan pedangnya secara asal. Dari pedangnya itu muncul banyak duri ke arah lawan.
Duri yang dihasilkan Tyra bukanlah duri seperti jarum. Melainkan sebuah gumpalan pasir yang dibentuk sedemikian rupa hingga memiliki ujung yang lancip. Tyra adalah pengguna elemen pasir. Meski begitu, gaun putihnya tidak pernah kotor.
Arias segera membuat tembok dengan elemen kayu miliknya. Duri-duri itu menancap pada tembok buatannya. Suara kayu yang mulai rapuh itu terdengar.
Tyra mulai mendekat lalu menghancurkan tembok itu. Kemudian, tanah yang mereka injak mulai retak. Dari retakan itu, muncul ratusan duri ke arah mereka. Tidak hanya itu, Tyra mengayunkan pedangnya berkali-kali. Duri yang ia keluarkan semakin banyak. Empat anggota Eria menerima serangan dari berbagai sisi.
Klaus mengganti arah lasernya menjadi ke arah duri-duri itu. Namun, duri itu lebih cepat dan lebih banyak. Ia tidak mungkin bisa menghancurkan semuanya dengan hanya menggunakan dua tangan.
Arias berusaha membuat tembok di berbagai sisi. Namun, duri itu tidak bergerak lurus. Duri itu terus mengikuti pergerakannya. Ini membuatnya hanya membuang energi untuk menggunakan jurus.
Feather mengeluarkan pedang yang ia bawa di punggungnya. Ia menangkis satu per satu duri yang dihasilkan dari pedang Tyra. Namun, ia tidak berhasil menangkis semuanya. Ada beberapa duri yang berhasil mengenainya.
Felix sendiri sebagai pengguna elemen air berusaha untuk membuat perisai dari es yang mengelilingi dirinya dan rekan-rekannya. Namun, kontrol energinya belum sempurna. Ditambah lagi, esnya itu tidak bisa bertahan lama dan cepat mencair.
Setelah bekerja keras dan mengeluarkan energi sebanyak mungkin, Tim Eria tetap tidak bisa menghindari duri dari Tyra. Duri yang dihasilkan Tyra memberikan efek kelumpuhan. Itu membuat mereka semua jatuh dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Tyra menatap Tim Eria yang sudah terbaring lemah di tanah. Mereka tidak bisa menggerakkan badan mereka sama sekali. Satu tebasan lagi dari Tyra, mereka semua bisa mati bersama-sama.
Tyra tersenyum sambil mengayunkan pedangnya. Tepat pada saat itu, datang seorang pemuda yang berlari secepat angin.
Pedangnya itu berhasil ditangkis oleh pemuda yang datang secara tiba-tiba itu. Rambut pendeknya yang berwarna coklat terang bergerak mengikuti arah angin. Jubahnya yang hitam terus berkibar.
Suara petikan jari terdengar setelahnya.
Kali ini, muncul seorang perempuan. Rambutnya memiliki warna yang sama dengan jubahnya. Tanpa pedang atau senjata apapun, perempuan itu menyentuh langsung pinggang Tyra dengan dua jarinya. Dalam sekejap, Tyra langsung terpental dan tubuhnya berhasil menabrak pohon. Pohon yang cukup kokoh itu langsung terbelah dan jatuh menimpa Tyra.
Pemuda tadi menghampirinya lalu menusuk tubuhnya dengan pedang miliknya. Setelah itu, ia memeriksa denyut nadi di leher Tyra.
"Dia sudah mati," katanya.
Setelah selesai, dua orang yang baru datang itu menoleh ke belakang. Mereka menunduk ke arah empat orang yang tersungkur di tanah. Mereka menjulurkan tangan ke satu per satu orang. Setelah semuanya berdiri, mereka berdua melihat wajah empat orang itu secara seksama.
"Melihat ada Arias di sini, berarti kalian Tim Eria?" tanya pemuda berambut coklat terang dengan ramah.
"Benar." Arias tersenyum. "Seth, Pilav, sudah lama kita tidak bertemu."
"Kapan-kapan, ayo makan bersama kami," jawab Seth.
"Bagaimana, ya? Aku sekarang kan sudah tidak tinggal di Escalera. Sulit juga untuk bertemu."
Seth menepuk pundak Arias. "Datanglah ke Escalera jika sempat. Aku akan membelikan ebi tempura kesukaanmu."
Mata Arias berkaca-kaca. "Tentu!"
Seth melihat ke anggota Eria yang lain. Dari ekspresi mereka yang bingung, ia bisa menyimpulkan bahwa mereka tidak mengenal dirinya dan Pilav.
"Perkenalkan, aku Seth." Seth merangkul pundak Pilav. Namun, tangannya langsung ditepis. "Lalu, perempuan galak ini bernama Pilav. Kita berdua dari Tim Elite."
Ketika disebut "Tim Elite", tiga orang yang bersama Arias itu membulatkan mata. Mereka tentu sudah sering mendengarnya. Mereka tahu seberapa kuat Tim Elite dari mulut ke mulut. Namun, tidak pernah menyaksikannya secara langsung.
Tim Eria dan Tim Elite memiliki misi yang berbeda. Tim Eria sebenarnya hanya ditugaskan untuk menjaga keamanan. Namun, tidak disangka, kehadiran Tyra membuat mereka harus menyerang. Padahal, kemampuan menyerang mereka belum diasah sepenuhnya.
Di antara empat anggota Eria, reaksi Klaus adalah yang paling berbeda. Wajahnya mengekspresikan bahwa ia tidak suka akan sesuatu. Ada sesuatu yang ingin sekali ia ketahui. Ia sadar bahwa ada yang tidak beres dengan situasi sekarang.
"Barusan itu Tyra, kan?" tanya Pilav. Berbeda dengan Seth yang ramah, suara Pilav terdengar sangat dingin.
"Iya, dia Tyra," jawab Arias lalu membungkuk. "Terima kasih atas bantuan kalian berdua."
Klaus mengerutkan dahinya—memikirkan satu pertanyaan yang bisa mewakili semua rasa penasarannya. Setelah itu, ia menatap tajam ke arah Pilav dan Seth. "Lalu, apa urusan kalian di sini?"
Melihat Klaus yang angkat bicara, tiga rekannya bisa menyimpulkan bahwa sejak tadi ia penasaran akan hal itu. Jarang sekali Klaus berbasa-basi.
Feather menyikut lengan Klaus yang ada di sebelahnya. Ia berbisik, "Klaus, jangan bertanya seperti itu."
Seth tersenyum mendengar pertanyaan seperti itu. Sedangkan Pilav hanya menatap Klaus sebentar lalu melangkah pergi.
"Siapa namamu? Klaus? Sepertinya kau dan Pilav akan menjadi pasangan yang serasi," jawab Seth lalu terkekeh. "Kami tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Seperti yang sudah kalian ketahui, misi Tim Elite bersifat rahasia."
Terlihat ekspresi kecewa pada Klaus. Namun, tatapan matanya yang tajam itu malah membuatnya terlihat seperti sedang marah. Suatu saat, tatapannya itu mungkin akan membuat dirinya terkena masalah.
Klaus tetap memikirkan pertanyaan itu di dalam kepalanya — berusaha menemukan jawabannya sendiri. Tetapi, ia sadar bahwa ia tidak akan bisa mendapatkan jawabannya jika bukan Tim Elite sendiri yang memberi tahunya.
"Seth," panggil Pilav yang sedang mengamati jasad Tyra.
"Kenapa?" Seth menghampiri rekannya itu.
Pilav berlutut untuk mengambil sebuah koin perak yang berada di sebelah jasad Tyra. "Koin iniㅡ"
Leher Pilav tiba-tiba dicekik. Tyra yang awalnya sudah dipastikan sudah mati itu masih bisa bergerak lagi. Ia mengeratkan kedua tangannya di leher Pilav. Koin yang digenggam Pilav pun terjatuh ke tanah.
Seth dengan cepat mengeluarkan pedangnya dan menebasnya. Tangan yang awalnya mencekik Pilav itu terjatuh ke tanah. Namun, tidak ada darah setitik pun.
Pilav dan Seth saling bertatapan. Tentu mereka kebingungan. Jika dilihat sebelumnya, tubuh Tyra yang sempat ditusuk juga tidak terdapat darah.
Pilav menyentuh tubuh yang ada di depannya dengan telapak tangannya. Kemudian, ia mengepalkan tangan dan membukanya lagi. "Chaos."
Tubuh itu langsung hancur dan tidak terbentuk lagi.
"Ini bukan Tyra," ucap Pilav yang membuat semua orang di sana membeku.
Pilav dapat meledakkan benda mati dan makhluk non-human. Jurus andalannya, Chaos, adalah jurus yang cukup terkenal. Cocok sekali dengan Pilav yang tidak kenal ampun. Ia bisa menghancurkan benda apapun dengan sentuhan saja.Tubuh Tyra yang berhasil hancur itu membuktikan bahwa yang ada di hadapannya adalah makhluk non-human. Dengan kata lain, makhluk itu bukanlah Tyra yang asli. Hanya saja, rupanya sama persis dengan Tyra.Beberapa saat kemudian, sisa tubuh "Tyra" itu mengeras. Lalu, pecahannya berubah warna menjadi bening seperti kristal.Seth berlutut lalu mengambil potongan bening itu dengan tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan. "Ini kaca."Pilav mengambil koin yang sebelumnya ia temukan itu lalu menyimpannya. Tiba-tiba, ia sadar akan sesuatu. "Seth, makhluk yang tadiㅡ"Seth spontan berdiri. Matanya membulat. "Benar juga."Tanpa bilang apapun, Pilav langsung melangkahkan kaki ke arah mereka berdua datang sebelumnya."Sampai jumpa, Tim Eria. Mungkin kita bisa berkenalan lebih
Tim Elite disambut dengan baik di rumah Arias. Mereka semua sudah mengenal Arias sehingga suasana tidak terlalu canggung. Paling tidak, ada yang bisa menghubungkan percakapan antara dua tim.“Halo, Tim Eria,” sapa Seth ramah. “Mungkin kali ini bukan waktu kita untuk berkenalan lebih dalam. Kita harus menyelesaikan masalah ini lebih dahulu. Tidak apa-apa, kan?”“Tentu, Seth,” jawab Arias.“Arias, sepertinya tinggimu bertambah!” seru Nyridia lalu langsung mendekati Arias untuk mengukur perbedaan tinggi mereka.“Bisa saja itu karena badanmu yang mengecil,” ucap Eugene yang dibalas dengan tatapan sinis dari Nyridia.“Kalian berdua masih sering berkelahi?” tanya Arias.“Dia selalu mencari masalah denganku,” jawab Nyridia sambil menunjuk Eugene. “Marahin!”Arias hanya tertawa. Ia merasa bahagia karena teman-temannya tidak berubah sama sekali. Mereka semua masih sama.“Ayo, semuanya berkumpul,” perintah Seth. Ucapan Seth memang sangat memiliki kekuatan. Tidak ada yang tidak mendengarkannya.
“Earth Spirit!” Nyridia menyentuh tanah dengan telapak tangannya. Muncul retakan tanah yang cukup besar dan bercabang-cabang.Terdengar suara kaca yang pecah. Di ujung sana, terdapat kepingan kaca. Setelah makhluk itu sudah dipastikan pecah secara sempurna, Nyridia pun menyentuh tanah lagi. Tanah-tanah yang retak itu menyatu kembali secara alami. Tidak ada tanda-tanda kehancuran sama sekali.Nyridia menoleh ke arah Klaus yang tidak sempat melakukan apapun. “Ayo berkumpul dengan yang lain.”Pagi ini, Tim Eria dan Tim Elite dibagi ke empat lokasi. Di setiap lokasi, terdapat satu anggota Eria dan satu anggota Elite. Pembagian ini dipilih secara acak tanpa mempertimbangkan elemen ataupun kemampuan dari para anggota.Seth sempat berkata bahwa misi ini bahkan bisa diselesaikan oleh satu anggota Elite saja. Tetapi, mengingat bahwa Herreros mempercayakan Tim Eria kepada mereka, Seth harus memikirkan jalan yang terbaik.Jika empat lokasi itu sudah selesai diamankan, maka keempat tim harus berk
“Tuan Herreros, Tim Elite telah kembali.” Dipimpin oleh Seth, Tim Elite membungkuk kepada Herreros.Sebelum menemui Herreros, Tim Elite sudah membawa Tyra ke Soleclar. Soleclar adalah bangunan penjara di Escalera yang terletak di bawah tanah. Soleclar dipimpin oleh jenderal utama Escalera, Bosley Moon. Penjagaannya sangat ketat dan hanya orang tertentu yang diperbolehkan untuk masuk.Menurut keputusan jenderal utama, Tyra akan dipenjara seumur hidup. Sudah sejak lama Tyra berusaha menyerang Escalera. Ditambah lagi, ia berusaha kabur dan bersembunyi selama hampir dua tahun. Sebenarnya, hukuman mati merupakan solusi yang lebih baik untuk seorang pengacau seperti Tyra. Tetapi, penjara seumur hidup juga tidak jauh berbeda.Tim Elite sudah berencana untuk membunuh Tyra ketika menemukannya. Namun, mereka sadar bahwa masih banyak yang belum terungkap di kasus ini. Mereka juga yakin bahwa Tyra memegang kunci penting. Itulah alasan Tyra tidak langsung dibunuh. Jika sudah ditemukan bukti yang l
Tim Eria kembali ke Escalera sehari setelah Tim Elite. Sama seperti seniornya, Tim Eria juga menghampiri Herreros.“Tuan Herreros, Tim Eria sudah kembali,” ucap Arias kemudian mereka semua membungkuk.“Oh, Arias. Kau kembali ke sini.”“Iya, Tuan. Saya memutuskan untuk pergi ke Escalera untuk sementara. Saya mungkin akan kembali ke Yasle dalam waktu dekat.”Senyum pada wajah Herreros memudar. Matanya yang bulat pun menjadi sayu. Padahal, ia baru saja berpikir bahwa Arias akan kembali ke Escalera untuk selamanya. Tetapi, harapannya itu sirna.Herreros mengangguki ucapan Arias—menutupi rasa kecewanya. “Bagaimana misi pertama kalian?”“Kenapa Tuan membohongi kami?”Sebelum Arias membalas pertanyaan Herreros, Klaus sudah berbicara lebih dahulu. Arias merupakan orang yang taat dan hormat. Sehingga, melihat tingkah Klaus yang sedikit tidak sopan ini membuatnya panik.“Klaus .…” Arias menyebut nama Klaus dengan volume rendah. Klaus melirik dirinya sebentar, namun kembali menatap Herreros deng
“Tuan Herreros, informasi yang saya dapatkan dari Tyra belum banyak. Apa Tim Elite harus menginvestigasinya?””“Tyra Edericka hanyalah kriminal biasa—seorang arsonist. Saya rasa, saya tidak perlu turun tangan,” jawab Herreros. “Lagi pula, sejak awal, misi ini adalah misi Tim Elite.”Seth berdeham. Ia sedikit ragu untuk menanyakan soal ini. “Tuan, soal Tyra … dia sering sekali berlaku sesuka dirinya. Harusnya, interogasi dapat dilakukan secara menyeluruh dalam dua atau tiga kali pertemuan. Tetapi, setiap pertemuan hanya bisa mendapat sedikit informasi. Pada pertemuan pertama, saya yang pergi lebih dahulu. Tetapi pertemuan kedua, ia yang meninggalkan saya. Entah saya harus mengadakan berapa kali pertemuan.”Herreros memandang wajah khawatir Seth. Ia tahu bahwa Seth sudah memberanikan diri untuk mengatakan itu semua. Seth bukanlah orang yang suka mengeluh dan mempermasalahkan sesuatu. Tetapi, tampaknya, lelaki itu sedang kebingungan.“Apa kau tahu berapa kali Tyra diinterogasi waktu peri
“Nama panjang?”“Tyra Edericka.”“Umur?”“Dua puluh tujuh.”“Asal?”“Desa Gowi, Escalera.”Seth memulai dengan pertanyaan basic. Ia memberi tanda centang kepada data yang sudah ada. Ia memastikan bahwa data Tyra di buku catatan kriminal tidak salah.“Kalau ada ledakan besar di Escalera, apa yang akan kau lakukan?” tanya Tyra tiba-tiba.Seth yang sedang menulis di kertas pun menghentikan aktivitasnya. Matanya tertuju pada Tyra yang baru saja melontarkan pertanyaan itu.“Tentu aku akan menyelamatkan para penduduk terlebih dahulu,” jawab Seth.Tyra menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Jadi, kau tidak akan menyelamatkan dirimu terlebih dahulu?”“Apa kau berpikir bahwa aku adalah orang yang egois?”“Tidak, bukan begitu.” Tyra menegakkan punggungnya. “Kalau kau tidak menyelamatkan dirimu dahulu, bagaimana kau bisa menyelamatkan orang lain?”Seth terdiam. Perkataan Tyra tidak salah. Andaikata dirinya tidak selamat, maka ia tidak akan bisa menyelamatkan yang lain. Menyelamatkan diri sendiri
Sesuai dengan permintaan Tyra, sekarang Klaus lah yang menginterogasinya. Klaus juga sudah briefing bersama Seth. Otaknya yang pintar itu dengan cepat mengolah informasi dari seniornya. Ia kurang lebih sudah paham dengan apa yang harus ia lakukan.“Hai, Klaus,” sapa Tyra dengan ramah.“Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Klaus.“Kalian sudah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra. Sebelumnya, ia sudah pernah mengatakan ini kepada Seth. Entah kenapa, ia mengulangi pernyataannya.“Ya, anggap saja begitu,” jawab Klaus tidak peduli. “Bagaimana kau tahu namaku?”Tyra merapikan rambutnya sebentar. Terlihat luka bekas gigitan ular pada lehernya saat ia menyangkutkan rambutnya di telinganya. Luka itu sangat kecil dan hanya terlihat beberapa detik sampai rambutnya kembali turun dan menutupinya.“Aku adalah pengagum rahasiamu,” jawab Tyra pada akhirnya.Mata Klaus menajam. Ia mulai berpikir bahwa Seth pasti sedang bahagia karena terlepas dari pekerjaan ini. Sekarang, dir
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap
“Hei! Hei! Aku ada berita yang sangat mengejutkan!”Tiga rekan satu timnya menatapnya penasaran.“Putri Kerajaan Alba ingin menikahi Seth!” seru Eugene. “Woah, Seth Adler! Kau akan menjadi anggota kerajaan!” Nyridia menutup mulutnya. “Serius?! Astaga … di mana pun Seth berada, ia selalu dilamar oleh perempuan.”“Salahkan wajahnya yang tampan,” jawab Eugene. “Ah, andai aku memiliki wajah seperti Seth ….”“Kawanku ….” Nyridia merangkul Eugene. “Itu tidak mungkin bisa.”“Kenapa aku tidak mendengar apa-apa?” tanya Seth. “Eugene, kenapa kau selalu yang pertama tahu tentang ini?”Eugene membentuk angka tujuh dengan jarinya lalu menaruhnya di bawah dagu. “Aku Eugene Moon yang tahu segalanya.”“Kamu denger dari mana?” tanya Nyridia.Eugene tidak menjawab. Ia langsung menyerahkan surat dengan amplop putih yang disegel dengan lilin berwarna emas kepada Seth. Ada lambang matahari berwarna putih yang merupakan cap khas Alba. “Pagi ini, aku tiba-tiba didatangi oleh seorang kesatria. Dia memberik
Seluruh badan Tyra membeku, sedangkan Grada tertawa dengan puas.“Kenapa diam, Tyra? Kamu bukanlah orang yang hanya diam ketika mendengar ucapanku. Mulutmu biasanya selalu berisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak penting,” pancing Grada.“Apa maksudmu dengan memakannya?” tanya Tyra yang mulai ketakutan.“Memang, kamu ini sangat naif. Di balik kalimatmu yang rumit, aku berhasil menemukan celah, Tyra. Kemarin, kamu hanya menyebut nama Rudolph dan Herleva. Tetapi, kamu tidak menyebut nama Ritchie yang merupakan musuhku juga,” kata Grada. “Ternyata memang benar—kamu tidak tahu soal kematiannya.”“Jawab aku. Apa maksudmu?” ulang Tyra.“Bukankah jawaban harus dibayar dengan jawaban juga? Beri tahu aku siapa cicit dari Rudolph dan pewaris Lalia’s Pendant,” balas Grada.Tyra menggigit bibir bagian dalamnya. Jika bisa jujur, dirinya sangat gugup. Selama ini, Tyra tidak tahu kabar mengenai Ritchie. Terakhir kali ia melihat keberadaan partner-nya itu adalah ketika Pilav masuk ke akademi. T