Share

Berondong Simpanan Ibuku
Berondong Simpanan Ibuku
Penulis: Syaha1505

Bab 1 Rekaman ibuku di ponsel temanku

"Shiren, lihat ini! Bukankah ini ibumu? Tapi siapa pria muda itu? Setahuku kau tidak punya abang atau pun adik laki laki.

Satu satunya adikmu itu cuma si centil Melisa", ucap Dira padaku.

Dira berlari lari menyusulku yang sedang berjalan di lorong sekolah, nafasnya ngos ngosan karena mengejarku.

Jam pelajaran baru saja usai, jadi aku bermaksud langsung pulang sesuai peraturan dari ayahku.

" Jangan keluyuran kemana mana di saat ayah sedang bertarung.

Jika kalian, keluarga inti ayah tidak bisa menjaga sikap, maka pihak lawan akan memiliki senjata untuk.melumpuhkan ayah".

Sebagai anak yang berbakti pada ayahnya tentu aku harus patuh pada perintah ayahku.

"Shireeen!", pekik Dira karena aku tidak menanggapinya.

Dengan kasar ia menyeret tanganku, menghindari teman teman kami yang juga sedang berjalan di.lorong itu.

Dira mengajak aku duduk di bangku beton di sudut taman sekolah.

" Lihat ini!",cetusnya, lalu menyodorkan ponselnya yang sedang menyala dan memperlihatkan rekaman ibuku bersama pria muda yang sangat tampan.

Berwajah kearab araban dengan rambut ikal sedikit pirang.

Melihat adegan demi adegan yang sebenarnya biasa saja, seolah seorang ibu yang sedang mengantarkan anaknya yang akan berpergian dengan pesawat, mataku membola dan mulutku terbuka lebar.

Ibuku penggemar berondong?

Langsung otakku berpikir negatif, dan tiba tiba saja hatiku mendidih, aku marah sekali.

Karena emosiku yang langsung naik, aku tidak bisa mengontrol air mataku.

Aku menangis tersedu sedu.

"Ibuku mengkhianati ayahku! Hu hu hu..!", ucapku di tengah tengah isakkanku.

Sebisa mungkin aku menahan suara tangisanku karena aku tidak ingin jadi pusat perhatian.

"Diamlah Shiren!Jangan sampai wartawan melihatmu! Atau ada orang yang merekammu! Habislah ayahmu nanti digoreng! Bisa kalah ayahmu nanti!"

Dira menutupi tubuhku yang sedang terguncang dengan tubuhnya.

"Hapus air matamu cepat! Aku ikut pulang ke rumahmu!",: ucap Dira tegas.

Beriringan kami berjalan menuju parkiran di mana mobil jemputanku berada.

" Jaga sikapmu nanti jika melihat ibumu ya! Kita belum tahu apa sebenarnya yang terjadi.

Bersikaplah seolah tidak ada apa apa, jangan menyerang tante Arumi!"

Dira berulang kali mengingatkan aku dengan kata kata yang itu itu saja.

Ia bicara berbisik bisik takut di dengar oleh mang Dono, sopir kami.

Setengah jam berlalu, kami tiba di rumah. Kedatangan kami disambut oleh ibuku.

Beliau merentangkan kedua tangannya dan membawaku dan Dira ke dalam pelukkannya berganti an.

"Munafik!", bisikku dalam.hati atas perlakuan ramah ibuku itu.

" Ayo.masuk! Setelah kalian mencuci tangan dan cepat ganti pakaian kalian lalu kita makan!", ucap ibuku manis sekali.

Sedikit pun tidak terlihat jika ia sedang mengkhianati pernikahannya dengan ayahku.

Tanpa banyak bicara, kami menaiki anak tangga menuju ke kamarku di lantai dua.

"Lihatlah, betapa pintarnya ibuku berakting!", ucapku sinis pada Dira.

" Hush! Tak baik.mencela ibumu! Kita tidak tahu alasan beliau untuk melakukan hal itu!", sentak Dira tak suka karena aku menjelek jelekkan ibuku sendiri.

"Bukankah kau melihat betapa manisnya sikap ibuku tadi? Aku kok jadi jijik karena ibuku ternyata penggemar berondong!", ucapku dengan menaikkan nada bicaraku.

" Shiren, sekali lagi jaga sikapmu! Aku sangat menghormati tante Arumi, dan aku tidak suka sikap kurang ajarmu itu!"

Dira benar benar marah menghadapi sikap keras kepala dari sahabatnya itu.

"Apa sih salahnya bersikap sewajarnya dulu! Kita selidiki setelah jelas siapa pemuda itu baru kita bisa bertindak!

Awas jika sekali lagi mulutmu ngoceh ngoceh tak jelas seperti itu, aku pulang!"

Kali ini Dira benar benar menunjukkan taringnya padaku, karena Dira tahu jika aku akan kelimpungan jika aku didiami oleh Dira.

Sahabatku itu adalah sahabat sekaligus kerabat di dalam.keluarga kami.

Ia bisa bebas dan sesukanya keluar masuk ke dalam rumahku, tanpa segan terhadap ayah apa lagi.ibuku.

Sejak ibunya meninggal dunia, Dira lebih sering menghabiskan waktunya di rumahku.

"Bisamu cuma mengancam! Lagi pula bukan kau yang aku marahi, tapi ibuku yang aku marahi, lantas mengapa kau tak suka? Urusannya apa denganmu?", sentakku kesal.

" Terserah! Suka sukakulah!"

Dira cepat cepat keluar setelah ia mengganti seragamnya dengan baju rumah milikku.

Bocah itu jadi besar kepala di rumahku karena kedua orang tuaku sangat menyayanginya, sama seperti mereka menyayangi aku dan adikku, Melisa.

Mau tak.mau aku mengikuti Dira, keluar dan menuruni tangga menuju ke arah ruang makan.

Di situ, aku melihat pemandangan yang makin mengacaukan perasaanku.

Betapa Dira bersikap manja pada ibuku, memeluk tubuh ibuku dari belakang dan merebahkan kepalanya di punggung ibuku.

"Harum tubuh tante Arumi mirip harum ibuku!", ucapnya manja.

Ibu berbalik, lalu mengambil tangan Dira dan mendudukkan gadis itu di kursi makan.

" Mau pake lauk apa ?", tanya ibuku sambil menyendokkan nasi ke piring Dira.

Lalu tanpa menunggu jawaban Dira, ibuku meletakkan paha ayam goreng tepung dan dua potong tempe goreng.

Melihat itu aku cemburu, tanpa sadar aku mencebikkan bibirku dengan sinis.

Di dalam hatiku, aku memaki maki Dira, aku tak suka sikapnya yang kolokkan pada ibuku itu seolah membiarkan dan menyetujui perselingkuhan ibuku.

"Dasar bermuka dua!", aku memaki Dira, tentu saja di dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status