Share

Bab 6 Arumi

"Pak e, beras kita habis, gas juga, bagaimana ibu masak sarapan untuk Arumi dan bekal bapak kerja?"

Dari balik dinding papan yang keropos dimakan rayap,di kamarnya, Arumi mendengar ucapan ibunya dengan nelangsa.

Pagi itu ia akan berangkat ke sekolah,untuk mengikuti ujian terakhir kelulusannya.

Arumi menangisi kemiskinan orang tuanya sekaligus menangisi ketidakberdayaannya untuk membahagiakan orang tuanya di usianya yang menjelang delapan belas tahun.

Setelah merapikan penampilannya, termasuk menghapus sisa air matanya dan membedaki kembali pipinya, Arumi keluar kamar.

Dia menampilkan senyum terbaiknya untuk kedua orang tuanya.

"Pak,bu, Rumi berangkat ya! Sudah kesiangan takut telat!", pamit Arumi dengan suaranya yang renyah.

Tak sedikit pun ia menunjukkan kepedihan hatinya pada bapak dan ibunya.

" Tapi kamu belum makan nak!", ucap ibunya dengan sorot matanya yang sayu, kentara sekali terlihat oleh Arumi, bias sedih di mata ibunya.

"Tidak apa bu! Hari ini Arumi dimintai tolong pada Ummi Salmah untuk membantunya mengajar les bahasa Arab.

Jadi nanti Arumi telat pulang ya bu! Jangan ditunggu!"

Arumi cepat cepat melesat dari hadapan ibunya, ia takut disuguhi raut sedih ibunya lagi yang bisa mengganggu konsentrasinya menghadapi ujian.

Di balik kisah sedih keluarganya, Arumi masih bersyukur, ia bisa mengenal Ummi Salmah, guru agama di sekolahnya.

Karena melihat Ummi Salmah lancar berbahasa Arab saat berbicara di ponselnya dengan seseorang, Arumi begitu takjub.

Ia ingin belajar bahasa Arab, karena ia ingin menjadi tkw selepas tamat sekolah.

Ummi Salmah menyambut baik keinginan Arumi, maka diajaknya Arumi mengikuti kelas bahasa Arab di luar jam.sekolah.

Arumi les gratis di rumah Ummi Salmah sepulang sekolah.

Karena otaknya yang cerdas, Arumi cepat menguasai pelajaran yang diberikan oleh Ummi Salmah.

Setahun telah berlalu, Arumi sudah benar benar lancar berbahasa Arab dan kini malah diminta oleh Ummi Salmah untuk membantunya.

Ummi Salmah perempuan baik hati, setiap akan pulang, beliau selalu menyisipkan uang lima puluh ribu ke saku tas Arumi.

"Terimakasih Ummi!"

Mata Arumi berbinar, hatinya begitu gembira karena uang itu akan ia berikan pada ibunya untuk membeli beras.

Singkat cerita Arumi lulus dengan nilai yang cukup baik sekaligus sudah lancar berbahasa Arab.

Sesuai dengan niat awalnya, ingin membantu perekonomian orang tuanya, Arumi mengajukan diri untuk menjadi tkw di Ara Saudi.

Tiba di negara asing, Arumi ditempat di sebuah keluarga kaya yang ternyata istri majikannya sedang menderita sakit, kanker rahim yang sudah cukup serius.

Tugas Arumi adalah mengurusi semua keperluan nyonya Maryam.

Mulai dari memberi makan, menyuapi, memandikan, sampai sampai mengurusi buang air sekalian.

Arumi melakukannya dengan tulus tanpa pernah menunjukkan rasa jijik, dan hal itu membuat sang majikannya juga sangat menyayanginya.

Hubungan mereka terjalin begitu mesra, saling timbal balik dan saling menyayangi.

Namun ternyata, sikap gadis cantik yang santun dan berbudi pekerti itu membuat sang majikan pria, tuan Dhafir jatuh cinta pada gadis muda itu.

Ia ingin memiliki anak namun istrinya dengan keadaannya yang sedang sakit, tidak mungkin bisa digaulinya untuk menanam benih di rahim istrinya itu.

Sebaliknya, nyonya Maryam, begitu mencintai suaminya dan ingin membahagiakan suaminya itu dengan memintanya menikah lagi, namun dengan syarat,nia harus menikahi Arumi.

"Jsngan sayang! Arumi masih terlalu muda untukku! Berdoa sajalah, agar kamu cepat sembuh dan kita bisa mengadon anak!", tolak tuan Dhafir saat istrinya menyampikan maksudnya.

" Tapi Arumi cantik sekali! Dia juga trampil, taat pada Tuhannya dan ia juga sangat sehat!",kata nyonya Maryam tak ingin dibantah.

Sebagai pria dewasa yang sehat jasmani dan rohani tentu saja tuan Dhafir menyambut hangat usulan istrinya itu.

Namun ia tidak boleh gegabah, ia harus menjaga kesehatan mental.istrinya.

Ia tidak mau berbahagia dengan gadis yang masih sangat muda, di atas penderitaan istrinya yang sedang sakit parah.

"Tunggulah beberapa tahun lagi sayang! Tunggu hingga kamu sehat lagi. Kontrak Arumi juga masih dangat panjang", kata Dhafir sebenarnya hanya berbasa basi saja.

Karena suaminya seperti tifak setuju dengan usulnya, nyonya Maryam berganti strategi.

Ia mendekati hati Arumi, dengan menunjukkan kadih sayangnya sebagai seorang kakak perempuan terhadap adiknya.

" Arumi, saya sedang sakit, tidak berguna memakai perhiasan, jika kamu suka, ambillah semuanya untukmu".

Nyonya Maryam menyodorkan sekotak penuh perhiasan. Terdiri dari kalung, gelang dan giwang.

Tentu saja Arumi kaget setengah mati disodori hadiah begitu mewahnya.

Pagi itu, mereka baru saja selesai sarapan bersama, di hadapan tuan Dhafir, Maryam memberi Arumi hadiah.

"Maaf nyonya, saya tidak bisa menerimanya, ini terlalu berlebihan bagi saya!"

Arumi mengembalikan kota perhiassn itu di pangkuan majikannya.

"Ambillah Arumi, anggap saja sedekah dari istri saya!"

Suara berat dan tegas milik tuan Dhafir terdengar penuh tekanan buat Arumi.

"Nyonya, saya tak pantas memakainya! Saya pelayan hanya pelayan di rumah ini!", ucap Arumi sambil tertunduk.

Ia sadar diri, ia hanya perempuan yang merantau jauh dari negaranya hanya untuk menjadi pembantu di rumah ini.

" Jika kamu tidak mau menerimanya, besok saya kembalikan kamu ke yayasan! Saya akan ganti kamu dengan yang lainnya!",ucap nyonya Maryam mengancam Arumi.

Tentu saja Arumi kaget setengah mati mendapat ancaman seperti itu. Ia segera menjatuhkan diri di hadapan nyonya Maryam dan segera berlutut.

"Jangan nyonya! Jangan suruh saya pergi dari rumah ini! Saya sudah betah di sini dan saya sangat menyayangi nyonya!"

Tanpa Arumi sadari, kedua pasangan suami istri itu saling berpandangan dan saling tersenyum.

Tuan Dhafir tertawa lucu, ia senang karena sudah memiliki senjata untuk menjalankan rencana istrinya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status