Beranda / Pernikahan / Berondong Simpanan Ibuku / Bab 4 Ayahku butuh modal besar

Share

Bab 4 Ayahku butuh modal besar

Penulis: Syaha1505
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dira sudah pulang dari tadi, Melisa tidak keluar kamar sejak pulang sekolah, ayah dan ibu juga belum pulang ke rumah padahal sudah pukul sebelas malam. Aku bete sendirian di rumah.

Kegiatan ayah semakin hari semakin padat, sejak memutuskan untuk ikut kompetisi pemilihan kepala daerah membuatnya sering keluar rumah.

Aku heran melihat sikap ayahku belakangan ini, kehidupan ekonomi kami sangat baik,walau tidak seperti kehidupan para sultan di luaran sana.

Menurut aku, ayah tidak perlulah mengikuti pertandingan seperti itu, karena membutuhkan dana yang sangat besar dan belum tentu menang.

Lampu kamar kumatikan, aku menuju ke balkon yang lampunya juga mati.

Duduk memandangi langit malam yang cerah sambil menunggu orang tuaku pulang.

Tak lama aku duduk, ku lihat sorot lampu mobil mengarah ke pintu pagar.

Lalu suara pintu dibuka dan didorong sehingga menimbulkan gesekan roda besi dan relnya.

Mobil ayah melaju masuk, pagar ditutup kembali dengan cepat sehingga suara yang ditimbulkan juga makin kuat.

Blaamm!

Grubragh..!

Pintu yang garasi dibanting dengan kuar, lalu terdengar pula pintu lain yang ditutup dengan kasar.

Aku keluar kamar,bermaksud ingin menyapa ayah dan ibuku.

Namun aku menghentikan langkaku di mulut tangga dan cepat cepat berlindung di balik pilar.

Aku mendengar ayah ibuku bertengkar dengan hebatnya.

"Tidak bisa rupanya kau gadaikan tanah warisamu itu?", tanya ayahku dengan suara melingking.

" Makanya jika tak punya modal besar tidak usah ikut ikutan pemilihan itu!

Aku tidak berani spekulasi! Iya kalau menang? Kalau kalah? Bisa habis tanah warisanku itu!",pekik ibu tidak mau kalah.

Di balik pilar, aku menangis mendengar pertengkaran kedua orang tuaku itu.

Aku lebih setuju pendapat ibu, karena menurutku itu lebih masuk akal.

"Kalau begitu, jual perhiasanmu hasil kau membabu di Arab itu!", teriak ayah lagi.

Wah ayahku ternyata payah, ia telah menghina pekerjaan ibuku di masa lalu.

" Tidak bisa! Itu untuk Shiren dan Lisa nanti!",ucap ibuku membantah suaminya.

"Kan bisa diganti jika aku sudah duduk!", cicit ayahku mulai melunak.

" Tidaaakk! Jika pun kau menang, uangmu pasti uang haram! Aku tak mau!"

Mendengar jawaban ibuku, aku tersenyum, aku lebih setuju dengan ucapan ibuku yang masih berdiri di koridor agamanya.

"Dasar istri sialan! Bukannya patuh dan mendukung suaminya,malah dari tadi melawan terus!Atau apa perlu aku menggamparmu?"

Kalimat kasar dan penuh ancaman dari mulut ayahku,membuat tubuhku menggigil.

Sedikit pun aku tidak pernah menduga ternyata ayahku yang penyayang itu memiliki sisi lain yang sangat buruk.

"Ha ha ha...Bakhtiar, Bakhtiar, kau lupa jika laporanku tentang kdrt yang kau lakukan akan mampu membuat kau tersungkur, kalah sebelum bertanding!"

Ke dengar ibuku tertawa sinis sambil mengejek ayahku.

Sepi!Tak ada suara apa pun lagi! Namun aku salah, beberapa saat kemudian aku mendengar dua pintu dibanting oleh dua orang dewasa dengan keluatan yang sama.

Bllaamm

Blaamm

Ayah dan.ibuku masing masing memasuki kamar yang berbeda, dengan dentuman suara pintu fibanting bersamaan.

Aku menarik nafas panjang, dan melepaskannya dengan kuat melalui mulut.

Aku sedih sekali, sejak ayahku ikut ikutan hal hal seperti itu, sikapnya jadi berubah, jadi serakah!

Andai nanti ibuku terbujuk oleh rayuan gombal ayah dan ternyata ayah kalah, mau jadi apa keluarga kami?

Yang pasti ayah stres, depresi atau bahkan bisa jafdi gila.

Sedangkan kami tentu tidak bisa lagi hidup nyaman seperti semula.

Minggu pagi di ruang makan, dari anak tangga pertama, cuma ibuku yang kulihat, tidak ada ayahku seperti biasanya.

Satu persatu aku melompati anak tangga dengan berpura pura riang, agar ibuku mengira aku tidak mendengar pertengkaran mereka.

"Pagi bu! Mana ayah?", tanyaku sambil mencomot paha ayam goreng dan langsung mengunyahnya.

" Habis subuh tadi langsung pergi. Eh, kamu sudah sholat?", tanya ibuku dengan tersenyum,manis sekali.

Matanya melengkung, tanda pemiliknya tersenyum, namun aku dapat melihat, ada bias kelabu di mata indah itu.

"He he he, kebablasan bu!", sahutku terus terang.

" Sholatlah nak! Jika terjaga sholatmu, maka Allah akan menjagamu! Setiap masalah yang kau hadapi nanti tentu diberi jalan keluarnya dengan mudah!"

"Maaf bu, lain kali Shiren tidak lalai lagi", jawabku agar omelan ibuku tidak melebar kemana mana.

Dari pada membuat ibuku melanjutkan ocehannya, aku lebih memilih meletakkan album lama yang kutemukan semalam di gudang.

" Bu, kemarin Shiren ke gudang untuk mencari majalah bekas, untuk tugas dari sekolah, tapi Shiren juga menemukan ini!".

Ku sodorkan album itu ke arah ibuku dengan ujung jariku dan mataku menatap wajah ibuku lekat lekat. Aku ingin melihat perubahan air muka ibuku.

Benar! Ibuku nampak terkejut dengan wajah memucat pias, sekejap, hanya sekejap, beberapa detik kemudian wajah cantik ibuku kembali seperti semula.

"Ternyata ibu pernah menjadi tki di Arab Saudi dulu ya bu? Anak laki laki yang ibu gendong itu anak majikan ibu ya? Tapi menurut Shiren mata dan bibirnya kok mirip ibu ya? Apa benar kata orang orang jika bayi yang kita asuh bisa mirip dengan kita ya bu?"

Sebenarnya pertanyaanku biasa saja, wajar sekali, tidak ada yang aneh dengan itu semua, tapi mengapa wajah ibuku kembali memucat? Apa yang salah coba!

"Mungkin saja!", sahut ibuku dengan suara bergetar.Aneh sekali.

Tap tap tap, suara Lisa dianak tangga, lalu ia muncul dengan wajah bantalnya.

" Mandi dulu sana! Jorok!",ucap ibuku sambil menghalangi Losa yang ingin duduk di kursi.

"Ih, ibu, Lisakan lapar!Huuaaa...!"

Bocah konyol itu menguap lebar tanpa menutup mulutnya. Aroma tak sedap mampir ke hidungku, membuat nafsu makanku langsung hilang.

"Bau tahu! Bikin aku jadi tidak selerah!", omelku marah pada adikku itu.

Aku melirik ibuku, beliau terlihat tersenyum lega, sepertinya kedatangan Lisa di ruang makan, mengalihkan perhatianku tentang bayi Arab yang digendongnya itu.

" Sana!"

Kali ini ibu mendorong tubuh Lisa sedikit keras sehingga hampir saja anak itu tersungkur. Aku mentertawai nasib Lisa yang malang.

"Dasar anak manja!", ibu terdengar menggerutu.

Bersamaan dengan naiknya Lisa ke kamarnya, aku kembali mengusik ibuku dengan membahas kembali foto yang di album itu.

" Bu, cerita dong, tentang kisah ibu sewaktu jadi tki dulu!",bujukku.

"Tak ada yang istimewa Shiren! Sama seperti orang orang lain yang bekerja di luar negeri", ucap ibuku mengelak, seolah ia malas untuk membahasnya.

" Tapi bayi laki laki itu sudah dewasa ya bu? Apa ibu pernah berhubungan dengannya?"

"Uhuk uhuk".

Ibuku tersedak karena pertanyaanku. Sungguh aneh sekali. Ada apa sebenarnya yang terjadi dulu?

Bab terkait

  • Berondong Simpanan Ibuku   Bab 5 Cerita tentang ibu

    "Uhuk..uhuk..uhuk..!" Mendengar pertanyaanku, ibu tersedak oleh salivanya sendiri, karena saat itu ibu tidak sedang makan atau minum apa pun. Aneh sekali. "Ibu kenapa?", tanyaku cemas. Aku lantas berdiri dan mendekati ibu lalu memijit mijit tengkuk ibu, seakan akan bisa memberi ketenangan pada ibuku. " Ibu tidak apa apa. Cuma kaget saja karena tiba tiba kamu bertanya tentang masa lalu ibu saat bekerja menjadi tki", ucap ibuku. "Mengapa ibu harus kaget? Wajar toh seorang anak bertanya tentang masa lalu ibunya, karena ceritanya pasti sangat menarik", ucapku. " Hem, baiklah, dan dengarkan baik baik!" Aku kembali duduk di kursiku tadi dan melanjutkan mengunyah makananku. "Dulu, kakek dan nenekmu sangat miskin, sebagai anak tunggal tentu ibu ingin membahagiakan orang tua ibu. Begitu tamat sma, ibu diajak untuk menjadi tki, singkat cerita ibu bekerja di Arab dan Alhamdulillah majikan ibu baik sekali. Pekerjaan ibu adalah mengurus majikan perempuan yang sedang sakit keras

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Bab 6 Arumi

    "Pak e, beras kita habis, gas juga, bagaimana ibu masak sarapan untuk Arumi dan bekal bapak kerja?" Dari balik dinding papan yang keropos dimakan rayap,di kamarnya, Arumi mendengar ucapan ibunya dengan nelangsa. Pagi itu ia akan berangkat ke sekolah,untuk mengikuti ujian terakhir kelulusannya. Arumi menangisi kemiskinan orang tuanya sekaligus menangisi ketidakberdayaannya untuk membahagiakan orang tuanya di usianya yang menjelang delapan belas tahun. Setelah merapikan penampilannya, termasuk menghapus sisa air matanya dan membedaki kembali pipinya, Arumi keluar kamar. Dia menampilkan senyum terbaiknya untuk kedua orang tuanya. "Pak,bu, Rumi berangkat ya! Sudah kesiangan takut telat!", pamit Arumi dengan suaranya yang renyah. Tak sedikit pun ia menunjukkan kepedihan hatinya pada bapak dan ibunya. " Tapi kamu belum makan nak!", ucap ibunya dengan sorot matanya yang sayu, kentara sekali terlihat oleh Arumi, bias sedih di mata ibunya. "Tidak apa bu! Hari ini Arumi dimint

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Bab 7 Rencana nyonya Maryam

    "Arumi,tolong temani suamiku untuk berbelanja! Stok makanan kita sudah hampir habis. Coba periksa lagi, apa saja yang harus dibeli!" Perintah dari nyonya majikannya, sangat mengagetkan Arumi. Mana mungkin ia pergi berduaan satu mobil dengan tuan Dhafir. "Tapi nya!?", seru Arumi keberatan. Tentu saja ia merasa risih sekali berdekatan suami nyonya majikannya itu. " Jika kamu menolaknya,apakah kamu tega, jika saya yang belanja dengan kondisi seperti ini?" Maryam melihat ke pada Arumi dengan sorot mata yang menyedihkan, seolah olah minta dikasihani. Hati Arumi tercubit, tentu saja ia tidak tega melihat sang nyonya kepayahan membawa bobot tubuhnya yang subur itu. Seperti perempuan Arab pada umumnya, tubuh nyonya Maryam memang besar. Walau pun ia sedang sakit cukup parah namun bobot tubuhnya masih lumayan berat. Mungkin karena makanan yang ia konsumsi adalah makanan yang bergizi tinggi. "Sudah sana, susul suamiku, dia sudah di mobil!" Tak ada pilihan lain, Arumi mau ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Pernikahan Arumi

    Mobil tuan Dhafir, berhenti di depan garasi, tidak masuk ke dalam. Sekali lagi Arumi kesulitan membuka sealt beltnya, dan sekali lagi tuan Dhafir membantunya. Sepasang mata melihat mereka dari ujung garasi mobil yang terhubung ke gudang makanan. "Dasar genit! Jalang! Murahan!", ucap mulut berbisa itu tak suka dan sorot mata sarat akan dengki. " Arumi sudah pulang belanja tuh! Ayo kita bantui menurunkan barang barang! Ntar disemprot tuan Dhafir baru tahu?" Serang rekan kerjanya mencolek perempuan dengki itu. "Sono buka matamu lebar lebar! Lihat!", bentaknya pada rekannya itu. Dari tempat mereka berdiri, tuan Dhafir terlihat seperti sedang mencium Arumi. " Sungguh tidak tahu diri! Di saat nyonya sedang sakit, bisa bisanya ia menggoda tuan!" Perempuan dengki itu ternyata bernama Surti, terus saja nyerocos persis mercon banting. "Jangan mengumpat!Jika tuan dengar, bisa habis kau!" Rekannya yang bernama Mala itu mendekati mobil, bermaksud membantu Arumi untuk membawa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Malam pengantin Arumi

    "Sah" Teriakkan bergema di ruangan yang luas ini, menandakan jika Arumi sudah menjadi istri tuan Dhafir yang sah, istri kedua dan madu untuk nyonya Maryam. Arumi menunduk, air matanya jatuh membasahi baju pengantinnya yang indah. Bukan pernikahan seperti ini yang ia inginkan, ia ingin.menikah dengan pria lajang yang ia cintai dan mencintainya. Dinikahkan oleh ayahnya sebagai wali dan ada sedikit kemeriahan perayaan pesta pernikahannya. "Arumi, mendekatlah sini!" Tuan Dhafir menepuk kasur di sebelahnya. Arumi menatap mantan majikannya itu dengan sendu. Ia tidak mungkin menolak perintah pria yang kini telah menjadi suaminya itu. Penuh ragu ia mendekat, namun tidak berani merapat, ia duduk di sisi pria itu dengan memberi jarak. "Arumi, mengapa takut? Aku suamimu kini!" Tuan Dhafir menarik tubuh Arumi ke dalam pelukkannya. Arumi jadi begitu mungil saat tenggelam dalam pelukkan pria besar itu. Dengan rakus pria Arab itu menciumi wajah Arumi, menjilati bahkan menghis

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Demi kakak madu

    Suara azan subuh menyusup ke liang pendengaran Arumi. Mula mula sangat jauh, mungkin karena lelah tubuhnya, akibat permainan panas tuan Dhafir tadi malam. Namun makin lama suara azan itu makin dekat dan.keras, memaksa Arumi membuka matanya. Tubuh Arumi benar benar remuk redam, seakan seluruh tulangnya patah patah. Dengan terseok seok, Arumi mengangkat bokongnya, menurunkan kakinya dari kasur ke lantai lalu berjalan ke kamar mandi. Saat membuka matanya, Arumi tidak.melihat keberadaan tuan Dhafir di sampingnya. Perempuan itu tidak peduli, ia cuma berpikir jika tuan Dhafir kembali ke istri pertamanya. Guyuran air yang memancar keras dari shower, membuat sekujur tubuh Arumi menjadi segar. Setelah selesai membersihkan diri, Arum.pun berwudhu untuk melakukan sholat subuh sendirian di kamarnya yang mewah. Dalam sujudnya, Arumi berlama lama, ia ingin banyak berdoa, namun tidak tahu lagu doa apa yang akan ia pinta pada Tuhannya. Kemudian Arumi berganti baju, ia ingin melayani

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Tuan Dhafir ke Indonesia

    Arumi dengan manis melayani suaminya di meja makan di depan kakak.madunya. Tidak ada yang aneh bagi Arumi sebenarnya, ia melayani nyonya Maryam seperti biasa, namun melayani tuan Dhafir sudah seperti layaknya seorang istri.melayani suaminya. Mereka makan dengan tertib, tidak ada percakapan, masing masing larut dalam menikmati suapan demi suapan makanan mereka. Tapi nyonya Maryam terus berpikir dengan dada bergemuruh. "Harusnya aku yang melayani suamiku, bukan Arumi! Dasar penyakit sialan! Gara gara penyakit ini aku harus merelakan suamiku menikah lagi", bisik hati nyonya Maryam sarat cemburu. " Sayang!", ucap tuan Dhafir saat ia sudah selesai makan. Kedua iatrinya menoleh kepadanya, merasa dipanggil.oleh suami mereka. "Maryam..!" Ternyata sang suami memanggil istri pertamanya, aneh ada yang mencubit hati Arumi karena bukan dia yang dipanggil, sakit, tentu saja. "Minggu depan abi akan melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia". Arumi terlonjak, jauh di dasar hatinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Berondong Simpanan Ibuku   Arumi pulang kampung

    Saat nyonya Maryam meratapi nasib pernikahannya, justru Arumi tengah menikmati indahnya dunia bareng suami tampan dan tajirnya. Suami pemberian dari perempuan lain yang dengan sukarela membaginya dengan Arumi. Menikmati penerbangan dari Jeddah ke Cengkareng, di kelas utama, sungguh Arumi disuguhi sebuah kemewahan yang maha dahsyat dan belum pernah ia rasakan. Tubuh mungilnya tenggelam dalam kursi mewah yang empuk dan besar, belum.lagi ia merasakan pelayanan premium yang paripurna. Belasan jam berada di atas, suami Arumi tak ingin sekalipun melepaskan pelukkannya pada istri mungilnya itu. Ruangan private, memungkinkan mereka terus memadu kasih tanpa gangguan dari siapa pun. Dan Arumi sangat bahagia, ia bahkan melupakan sepotong hati yang berdarah darah serta sedang menangisi kebahagiaan yang sedang direguk.oleh Arumi. Perjalanan belasan jam tidak membuat Arumi kelelahan hingga mereka tiba di Jakarta. Mereka istirahat dulu di hotel sebelum beranjak ke kegiatan berikutnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Berondong Simpanan Ibuku   Amukkan Bakhtiar Suganda

    Braakk..!! "Apa apaan ini Shiren?!" Ayahku melemparkan setumpuk kertas foto di atas meja makan, di mana saat itu aku sedang menikmati sarapan bareng adekku. Pagi itu, setelah sarapan aku akan segera berangkat ke sekolah. Namun kegiatan kami terpaksa berhenti karena ulah bar bar ayahku. Mataku melotot lebar, mana kala aku melihat beberapa fotoku bersama dengan Hendry berserakan. Bahkan ada beberapa foto yang menunjukkan jika kami bukan sekedar teman biasa. Di dalam foto itu kami begitu mesra, Hendry mengusap bibirku dengan tissu dan beberaoa foto saat aku memegang erat pinggang Hendry ketika berboncengan. Aku menggigil ketakutan, manakala aku melihat kilat amarah di mata ayahku. "Apa apaan ini? Pagi pagi sudah ribit!" Wajah heran ditunjukkan oleh ibuku saat beliau keluar dari kamarnya dan menuju ke arah kami. "Lihat anakmu!! Sudah kegatelan dengan jantan!", sembur ayahku dengan tatapan merendahkan. Ibuku melihatku lalu pandangan.matanya berganti ke atas meja.

  • Berondong Simpanan Ibuku   Kencan pertama

    "Shiren..!" Suara berat itu kembali.memanggil namaku. Aku bisa tahu siapa pemilik.suara ngebass itu tanpa melihat pemiliknya, Hendry Perkasa. "Jalan yuk!", pintanya. " Aku nggak bisa!", sahutku malas. "Ayolah! Aku yang traktir! Persetan dengan orang tua kita! " Hendry Perkasa menyeret tanganku ke parkiran. "Kita lewat pintu belakang untuk keluar, soalnya kara temanku tadi, mang sopir masih celingak celinguk menunggu kamu". Aku tidak.menyahut, ku biarkan eaja Hendry terus menyeret tanganku hingga memintaku untuk naik ke motornya. Jangan ditanya bagaimana situasi jantungku, sejak Hendry menyentuh lenganku, jantungku bergemuruh tidak karuan. Dentumannya menggila, seakan ingin menjebol rongga dadaku! Jujur, sudah lama aku menaruh hati pafa Hendry, cowok tertampan di sekolahku. Kami memang tidak satu kelas, kelas kami bersebelahan. Dainganku banyak untuk memperebutkan cinta dari Hendry, karena para gadis di sekolahku berlomba lomba menarik perhatiannya. Namun tak

  • Berondong Simpanan Ibuku   Nadira

    "Shiren..!" Suara cempreng milik Nadira berasal dari bawah tangga. "Untuk apa bocah itu nongol pagi pagi? Bikin sebel!". Aku menggerutu, tapi tak ayal aku menyahut juga dengan suara tak kalah keras. Aku lalu turun melompati anak tangga. " Hey, kalian! Ini bukan hutan ya! Jangan jadi tarzan!" Ku dengar ibuku merepet sambil menata sarapan untuk kami di meja makan. "Wuih, sepertinya enak sekali itu tante!" Bocah manja tak tahu diri itu mepet ke tubuh ibuku dan memeluk tubuh ramping ibuku. Seolah olah ia mengklaim jika dia adalah anak kandung ibuku. "Duduklah!" Aku menggerutu di dalam hati ketika ku lihat ibu menyodorkan sepiring nasi goreng sosis dengan telur ceplok di atasnya dan irisan timun. "Terimakasih tante, i love you tante. Tolong angkat aku jadi anak tante dan Shiren buang saja!", ujar Dira mskin kurang ajar dan tak tahu diri. Ia melirik aku dengan sadis namun kemudian ia tersenyum mengejekku. " Santai Shiren, cuma bercanda kok! Tapi jika betul, aku akan la

  • Berondong Simpanan Ibuku   Saling curiga

    Kini mereka bertiga sudah duduk.di bangku beton di sudut halaman rumah. Dengan gaya penuh perhatian, untuk mencari muka orang tuanya Arumi, Bakhtiar menyusun makanan yang ia bawa tadi. Lalu ia menyodorkan kepada ayah lalu ibunya Arumi. "Silahkan dimakan pak, bu! Mumpung masih panas!" Sebenarnya Arsyad tidak.suka dengan cara Bakhtiar terhadap mereka. Pria tua itu tahu, ada maksud tersembunyi dan licik di balik kebaikan yang dipertontonkan oleh anak muda itu. "Motor baru bro..?" Seorang pekerja menyusul mereka sambil membawa sebungkus nasi padang. "Pinjam, punya teman", elak Bakhtiar. Ia tidak enak dengan orang tua Arumi. Ia takut mereka mencurigainya karena sudah tidak memegang amanah dari Arumi. " Punya teman atau punya temaannn?", kejar Rusli, nama pemuda yang bekerja di rumah pak Arsyad. "Wuiih, motor siapa ini? Merah menyala abangku!" Seseorang yang bernama Benu, ikut bergabung. "" Itu kan motormu Bakhtiar? Tadi malam aku melihat kau berboncengan dengan p

  • Berondong Simpanan Ibuku   Bakhtiar Suganda

    "Wuuiiih, motor baru nih pak Mandor!" Pujian penuh kekaguman meluncur dari mulut Mamad. Matanya takjub memandang motor besar berwarna merah menyala, begitu ngejreng menyilaukan karena paparan sinar matahari. "Bakhtiar, gitu loh!" Pria di atas motor itu menepuk dadanya dengan angkuh. Dengan polosnya Mamad mengitari motor merah itu. Bibirnya tak berhenti mengeluarkan suara decakan. "Ck ck ck, hebat kau ya!" Sambil mengitari ia mengelus elus bodi motor itu. "Apa sih, norak tahu!", dengkus Bakhtiar risih, karena para pekerja sudah mulai memasuki tempat itu. " Dari mana duitmu untuk beli ini? Jangan jangan kau korupsi ya?!", tanya Mamad menuduh. "Sembarangan kau! Sana kerja! Jangan.menyebar rumor tak sedap, bisa ku pecat kau!", ancam Bakhtiar penuh tekanan. Jarum jam terus bergerak, sudah menunjukkan angka delapan lewat, sudah mulai waktunya untuk bekerja. Setelah mengultimatum temannta itu, Bakhtiar menghubungi seseorang di ujung sana. " Cepat diantar ke proyek b

  • Berondong Simpanan Ibuku   Tetap pelayan nyonya Maryam

    "Silahkan mandi nyonya, mari saya bantu!", ujar Arumi sopan. Maryam mendengkus tak suka, baginya suara lembut Arumi hanyalah kedok belaka demi mencuri simpatinya saja. Jika ia mampu saat itu juga ia ingin menendang Arumi jauh jauh darinya. " Cepat urus aku seperti biasa, karena kamu adalah pelayanku! Tetap pelayanku! Persetan dengan Dhafir! Persetan dengan kehamilanmu! Karena anak.itu anakku dan Dhafir, yang cuma dititipkan di rahimmu saja! Setelah ia lahir, kau akan aku usir dari rumahku dan kembalilah ke negaramu saja!" Mendengar omelan majikannya tentu saja Arumi bingung sekaligus terpancing emosinya. "Nyonya, aku akan mengurus nyonya dengan baik, tolong jangan membentak saya! Jika nyonya tidak suka dengan saya, nyonya bisa meminta tuan Dhafir memecat saya!" Namun ia berusaha keras untuk menekan emosinya agar tidak membalas ocehan receh nyonya Maryam. "Tak perlu berpikir terlalu keras dan terlalu jauh nyonya! Saya takut nyonya ngedrop, bukankah nyonya sedang sakit? Haru

  • Berondong Simpanan Ibuku   Rasa itu semakin hambar

    Kehamilan Arumi membuat tuan Dhafir senang bukan kepalang. Hari hari yang ia lalu terasa begitu cepat karena hatinya terus gembira. Raut wajahnya juga selalu segar tidak keruh dan dingin seperti selama ini. "Wah tuan belakangan ini terlihat begitu ceria", sapa Omar, salah seorang pegawainya di kantor. Dhafir hanya terkekeh, tidak.menanggapi lebih gurauan Omar itu. Langlah kakinya yang lebar dan cepat bergerak dari lobi ke ruangannya yang kebetulan terletak di lantai satu di gedung pencakar langit itu. Di dalam ruangannya, telah menumpuk tugas yang harus ia selesaikan hari ini. Pekerjaannya sebagai pemilik banyak perusahaan sangatlah padat, ia sangat sibuk sehingga kurang memperhatikan kedua istrinya. Pergi pagi pagi, pulang nyaris tengah malam dengan membawa beban tubuhnya yang sangat meletihkannya. " Sayang, mengapa kamu begitu sibuk? Bukankan kau memiliki orang orang yang kau percaya yang bisa menghandel semua urusanmu?" Maryam menegur Dhafir yang baru saja masuk ke dala

  • Berondong Simpanan Ibuku   Arumi hamil

    "Hoeek..hoeek..!" Perut Arumi mual, begitu ia mencium bau masakkan yang sedang mengepulkan asap dari wadahnya. Tak tahan karena rasa mual itu makin mengaduk aduk perutnya, hingga mendorong cairan dari lambung ke tenggorokannya, Arumi berlari ke kamar mandi di bawah tangga, sedikit jauh dari ruang makan. Tuan Dhafir yang kala itu juga sedang makan, memandang punggung Arumi hingga masuk.ke dalam.kamar mandi. "Ada apa dengan Arumi?" Ia bertanya sambil menoleh ke istri pertamanya yang duduk di sisi kanan. "Ngidam.kali! Hamil!" Bibir tuan Dhafir melengkung ke atas, ia lalu tersenyum.lebar. "Kita akan segera punya bayi Maryam!", serunya sambil memegang telapak tangan istrinya. Hati pria itu benar benar bersorak riang tanpa beban, sedangkan istri pertamanya itu tersenyum masam. Hatinya lagi lagi tercabik, ia tidak.menyangka, keinginannya agar suaminya memiliki keturunan dari rahim perempuan lain, sangat menyakitinya. " Tapi itu tak akan lama lagi! Setelah bayi itu lahir,

  • Berondong Simpanan Ibuku   Luka yang kian berdarah

    Luka di hati Maryam makin berdarah, sikap suaminya begitu dinginbpadanya.Padahal mereka baru bertemu, tentu rindu itu seharusnya bertumpuk, bukan sikap beku seperti ini. Sadar dirinya diacuhkan, Maryam menggeser tubuhnya menjauhi suaminya. Tertatih tatih ia menuju ke kursi rodanya, dan.menekan tombol untuk menggerakkan benda itu. Suara dengkur suaminya makin membuat luka di hatinya makin parah. Apa lagi ia tadi sempat melihat tanda cinta Arumi di sekujur tubuh Dhafir. Warna merah kebiruan itu sangat kontras dengan kulit tuan Dhafir yang putih. "Ya Tuhan, mengapa rasanya sesakit ini?" Di balkon, Maryam meratapi.nasibnya yang malang. Ia menyalakan ponselnya dan menggulirkan ke aplikasi yang terhubung dengan cctv di kamar Arumi. "Dasar jalang sialan! Aku cuma ingin kau hamil anak suamiku, bukan merampok cintanya! Lihat saja, jika bayi itu telah hadir aku akan.mengusirmu dari rumah ini! Dan ku meminnta Dhafir mentalak kamu!" Sambil mengamati Arumi yang sedang tertidur, M

DMCA.com Protection Status