Share

2. Bermalam Dengan Pria Asing

Aleena berkerut, berusaha untuk membuka kedua mata. Saat akhirnya dia berhasil menopang tubuhnya, Aleena mengangkat wajah dan melihat sosok di depannya. 

Seorang pria tampan dengan napas yang terengah-engah memegang bahunya. Aleena yang sebelumnya dalam kondisi mabuk, seketika langsung berangsur sadar. 

"Kamu siapa?" Aleena berkerut bingung, dia tidak tahu siapa pria itu, tetapi yang dia sadari adalah wajah pria itu yang lumayan tampan. 

Aleena tersenyum, dia memegang wajah pria itu dan seketika teringat dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan juga adik tirinya. Namun, sesaat kemudian aleena segera tersadar. Meskipun yang dilakukan oleh tunangannya sangat menyakitkan, tetapi dia tidak boleh berperilaku sama. 

"Lepaskan aku!" Aleena berusaha untuk melepaskan diri tetapi cengkraman pria itu di bahunya sangat keras. 

"Kamu sudah datang rupanya," ucap pria itu dengan lirih. 

Tanpa menunggu Aleena menjawab, dia segera membawanya masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di club malam tersebut. Dihempaskan tubuh Aleena dengan kasar di dinding kamar. Membuatnya Aleena terkunci dalam pelukannya. 

"Tuan, lepaskan aku! Kamu siapa?" Sekuat apapun Aleena mencoba untuk melepaskan diri tetap saja tidak sebanding dengan tenaga pria yang di depannya. 

Tanpa berkata-kata, pria itu segera membekap mulut Aleena dengan mulutnya. Manibannya dengan erat, membuat Alena tidak bisa berteriak. 

Aleena merasakan ada sesuatu yang menerobos ke dalam pertahanan dirinya. Membelit daging tak bertulang dalam mulutnya, membuatnya tersiksa namun juga nikmat di saat bersamaan. 

Aleena tahu bahwa ini adalah sebuah kesalahan, dia tidak boleh melepaskan miliknya yang berharga dengan sembarang orang. Dia bukan adik tirinya, Aleena adalah wanita terhormat dan sampai kapanpun tidak akan dilepaskan selain pada suaminya kelak. 

Namun, tenaganya sangat lemah, alkohol yang dikonsumsi sebelumnya membuat Aleena semakin tidak berdaya. Hingga akhirnya Aleena pasrah dibawah kendali pria itu. Aleena menerima semuanya dan membiarkan pria asing menyentuhnya untuk pertama kali. 

***

Keesokan paginya, Aleena terbangun sebab merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Terutama area inti di tubuhnya yang terasa nyeri. Dengan usaha yang keras, akhirnya Aleena bisa membuka kedua mata dan di saat itulah dia menyadari tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain.

"Dimana aku?" 

Aleena minat sekitar, tidak ada siapapun selain dirinya. Dia berusaha untuk mengingat kembali kejadian semalam dan seketika itu juga Aleena terkejut dengan tindakan bodohnya. 

"Sial! Kenapa kamu bisa sebodoh ini?" Aleena merutuki dirinya sendiri. 

Aleena segera menarik selimut dan saat itu dia mendengar suara yang mengalir dari dalam kamar mandi. Kedua matanya terbelalak, Aleena segera mengambil pakaiannya dan mengenakan dengan cepat. Setelah itu, Aleena terburu-buru keluar dari kamar dan meninggalkan ruangan yang menjadi saksi dari melepaskan kehormatannya pada pria lain. 

Aleena berjalan dengan lunglai dan perasaan hampa. Dikhianati dan sekarang dia telah kehilangan mahkotanya. Hidupnya sangat sial, Aleena bak sampah yang tidak berguna. 

Sesampainya di rumah, Aleena melihat Darius dan sudah duduk di ruang tamu bersama dengan ayah dan ibu tirinya. Tanpa menatap ke arahn pria itu, Aleena segera pergi melewatinya. 

"Aleena, mau kemana kamu?" 

Langkah Aleena terhenti, dia menatap papanya dengan malas, "Ke kamar." 

Tiba-tiba Ivander berdiri dan melemparkan beberapa kertas ke arah wajahnya, hingga membuat kertas-kertas tersebut berserakan di lantai. Aleena merasa sangat terkejut, dia menunduk dan melihat kertas-kertas tersebut yang ternyata adalah beberapa foto. 

Dari posisinya berdiri, meski belum terlihat secara jelas, Aleena bisa mengetahui bahwa foto tersebut adalah dirinya. Aleena sedang bersama dengan seorang pria yang wajahnya tidak terlihat sebab membelakangi kamera. 

Perlahan Aleena mengambil kumpulan foto itu, melihatnya satu persatu dengan tangan yang gemetar. Ini adalah dia ketika tadi malam dalam keadaan mabuk bersama dengan pria asing. 

"Bisa-bisanya kamu mengatakan bahwa Eloise dan Darius berselingkuh di belakangmu sementara kamu yang berkelakuan kecil seperti itu!" 

Aleena mengangkat wajah, dia melihat tatapan ayahnya yang menyalak. Wajah dan kedua matanya mulai memerah, pembuluh darah di lehernya juga mulai terlihat. 

"Pa, aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti—"

"Sudah cukup!" Kali ini ganti Darius berteriak. Pria itu berdiri kemudian menatap Aleena dengan tatapan kecewa. 

"Aleena, aku tidak menyangka bahwa kamu memfitnahku di depan orang tuamu. Terlebih yang kamu fitnah adalah adik kandungmu sendiri. Aku sangat kecewa padamu, Aleena." 

Darius menundukkan kepalanya, perlahan dia melangkah mendekati Aleena kemudian kembali berkata, "Aku tidak tahu bahwa kamu adalah wanita yang begitu keji. Pintar sekali Kamu memutar balikan fakta bahwa sebenarnya kamulah yang berselingkuh di belakangku." 

Mendengar itu, Aleena langsung saja tidak terima, jelas sekali semalam dia melihat Darius bersama dengan Eloise di tempat tidur. 

"Justru kamu yang sudah tidur bersama dengan Eloise! Kamu yang mengkhianati hubungan kita! Kamu yang berselingkuh bersama dengan jalang—"

"Plak!"

Aleena terbelalak, tiba-tiba sebuah tamparan yang sangat keras mendarat tepat di pipinya. Dia merasakan telinganya berdenging, sudut bibirnya terasa perih. Aleena berusaha dengan kera supaya tidak kehilangan keseimbangan.

"Cukup, Kak! Aku tahu bahwa Kakak sangat tidak menyukaiku, Kakak membenciku sebab aku adalah putri dari wanita yang Kakak anggap sebagai perebut suami orang. Tapi, hal itu bukan berarti Kakak bebas memfitnahku seperti ini. Aku juga punya hati, Kak!" 

Tiba-tiba Helena menangis, dia memeluk putrinya, "Ini semua salahku, seandainya saja aku tidak menikah denganmu, mungkin Eloise tidak akan menerima kebencian yang begitu besar dari putrimu, Ivander." 

Ivander buru-buru mengusap punggung Helena dan Eloise, "Tidak, tidak. Ini semua murni salah Aleena. Kalian tidak bersalah." 

Aleena sampai kehilangan kata-kata untuk bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Tidak ada satupun yang mengerti dan memahaminya, bahkan tidak ada yang percaya hal apapun mengenai hal yang diucapkan. 

"Aleena," panggil Darius. "Aku akan melupakan perselingkuhanmu. Aku tidak akan memperpanjangnya lagi. Asalkan kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mengulanginya, aku akan menerimamu apa adanya, Aleena." 

Mulut Aleena sampai terbuka lebar saking tercengang dengan kata-kata yang diucapkan oleh Darius. Pria itu, pandai sekali bersilat lidah, padahal dirinya yang bersalah tetapi kini malah Aleena yang dijadikan tersangka. 

"Aku tidak mau menikah denganmu!" Aleena dengan puh keyakinan. 

"Aleena!" Ivander berteriak, "Kamu sudah tidak berhak lagi untuk menentukan apakah pernikahan ini akan dilanjutkan atau tidak. Biar bagaimanapun tetap kamu yang bersalah, dan pernikahan ini akan tetap dilanjutkan sesuai dengan keinginan Darius!" 

"Aku tidak bisa menikah dengan dia, Pa! Dia sudah berselingkuh dengan Eloise!" 

"Sudah cukup! Papa tidak mau dengar lagi alasanmu! Pernikahan ini akan segera dilanjutkan sesuaikan dengan rencananya!" 

Aleena menggertakkan giginya, dia melihat keempat orang di sana dan dia menyadari bahwa kini dirinya sendirian. Kedua tangannya terkepal dengan erat, tidak ada lagi yang bisa Aleena lakukan selain pasrah dengan nasibnya. 

***

Bersambung~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status