Beranda / CEO / Bermalam Dengan CEO / 2. Bermalam Dengan Pria Asing

Share

2. Bermalam Dengan Pria Asing

Penulis: vitafajar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-14 20:03:16

Aleena berkerut, berusaha untuk membuka kedua mata. Saat akhirnya dia berhasil menopang tubuhnya, Aleena mengangkat wajah dan melihat sosok di depannya. 

Seorang pria tampan dengan napas yang terengah-engah memegang bahunya. Aleena yang sebelumnya dalam kondisi mabuk, seketika langsung berangsur sadar. 

"Kamu siapa?" Aleena berkerut bingung, dia tidak tahu siapa pria itu, tetapi yang dia sadari adalah wajah pria itu yang lumayan tampan. 

Aleena tersenyum, dia memegang wajah pria itu dan seketika teringat dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan juga adik tirinya. Namun, sesaat kemudian aleena segera tersadar. Meskipun yang dilakukan oleh tunangannya sangat menyakitkan, tetapi dia tidak boleh berperilaku sama. 

"Lepaskan aku!" Aleena berusaha untuk melepaskan diri tetapi cengkraman pria itu di bahunya sangat keras. 

"Kamu sudah datang rupanya," ucap pria itu dengan lirih. 

Tanpa menunggu Aleena menjawab, dia segera membawanya masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di club malam tersebut. Dihempaskan tubuh Aleena dengan kasar di dinding kamar. Membuatnya Aleena terkunci dalam pelukannya. 

"Tuan, lepaskan aku! Kamu siapa?" Sekuat apapun Aleena mencoba untuk melepaskan diri tetap saja tidak sebanding dengan tenaga pria yang di depannya. 

Tanpa berkata-kata, pria itu segera membekap mulut Aleena dengan mulutnya. Manibannya dengan erat, membuat Alena tidak bisa berteriak. 

Aleena merasakan ada sesuatu yang menerobos ke dalam pertahanan dirinya. Membelit daging tak bertulang dalam mulutnya, membuatnya tersiksa namun juga nikmat di saat bersamaan. 

Aleena tahu bahwa ini adalah sebuah kesalahan, dia tidak boleh melepaskan miliknya yang berharga dengan sembarang orang. Dia bukan adik tirinya, Aleena adalah wanita terhormat dan sampai kapanpun tidak akan dilepaskan selain pada suaminya kelak. 

Namun, tenaganya sangat lemah, alkohol yang dikonsumsi sebelumnya membuat Aleena semakin tidak berdaya. Hingga akhirnya Aleena pasrah dibawah kendali pria itu. Aleena menerima semuanya dan membiarkan pria asing menyentuhnya untuk pertama kali. 

***

Keesokan paginya, Aleena terbangun sebab merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Terutama area inti di tubuhnya yang terasa nyeri. Dengan usaha yang keras, akhirnya Aleena bisa membuka kedua mata dan di saat itulah dia menyadari tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain.

"Dimana aku?" 

Aleena minat sekitar, tidak ada siapapun selain dirinya. Dia berusaha untuk mengingat kembali kejadian semalam dan seketika itu juga Aleena terkejut dengan tindakan bodohnya. 

"Sial! Kenapa kamu bisa sebodoh ini?" Aleena merutuki dirinya sendiri. 

Aleena segera menarik selimut dan saat itu dia mendengar suara yang mengalir dari dalam kamar mandi. Kedua matanya terbelalak, Aleena segera mengambil pakaiannya dan mengenakan dengan cepat. Setelah itu, Aleena terburu-buru keluar dari kamar dan meninggalkan ruangan yang menjadi saksi dari melepaskan kehormatannya pada pria lain. 

Aleena berjalan dengan lunglai dan perasaan hampa. Dikhianati dan sekarang dia telah kehilangan mahkotanya. Hidupnya sangat sial, Aleena bak sampah yang tidak berguna. 

Sesampainya di rumah, Aleena melihat Darius dan sudah duduk di ruang tamu bersama dengan ayah dan ibu tirinya. Tanpa menatap ke arahn pria itu, Aleena segera pergi melewatinya. 

"Aleena, mau kemana kamu?" 

Langkah Aleena terhenti, dia menatap papanya dengan malas, "Ke kamar." 

Tiba-tiba Ivander berdiri dan melemparkan beberapa kertas ke arah wajahnya, hingga membuat kertas-kertas tersebut berserakan di lantai. Aleena merasa sangat terkejut, dia menunduk dan melihat kertas-kertas tersebut yang ternyata adalah beberapa foto. 

Dari posisinya berdiri, meski belum terlihat secara jelas, Aleena bisa mengetahui bahwa foto tersebut adalah dirinya. Aleena sedang bersama dengan seorang pria yang wajahnya tidak terlihat sebab membelakangi kamera. 

Perlahan Aleena mengambil kumpulan foto itu, melihatnya satu persatu dengan tangan yang gemetar. Ini adalah dia ketika tadi malam dalam keadaan mabuk bersama dengan pria asing. 

"Bisa-bisanya kamu mengatakan bahwa Eloise dan Darius berselingkuh di belakangmu sementara kamu yang berkelakuan kecil seperti itu!" 

Aleena mengangkat wajah, dia melihat tatapan ayahnya yang menyalak. Wajah dan kedua matanya mulai memerah, pembuluh darah di lehernya juga mulai terlihat. 

"Pa, aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti—"

"Sudah cukup!" Kali ini ganti Darius berteriak. Pria itu berdiri kemudian menatap Aleena dengan tatapan kecewa. 

"Aleena, aku tidak menyangka bahwa kamu memfitnahku di depan orang tuamu. Terlebih yang kamu fitnah adalah adik kandungmu sendiri. Aku sangat kecewa padamu, Aleena." 

Darius menundukkan kepalanya, perlahan dia melangkah mendekati Aleena kemudian kembali berkata, "Aku tidak tahu bahwa kamu adalah wanita yang begitu keji. Pintar sekali Kamu memutar balikan fakta bahwa sebenarnya kamulah yang berselingkuh di belakangku." 

Mendengar itu, Aleena langsung saja tidak terima, jelas sekali semalam dia melihat Darius bersama dengan Eloise di tempat tidur. 

"Justru kamu yang sudah tidur bersama dengan Eloise! Kamu yang mengkhianati hubungan kita! Kamu yang berselingkuh bersama dengan jalang—"

"Plak!"

Aleena terbelalak, tiba-tiba sebuah tamparan yang sangat keras mendarat tepat di pipinya. Dia merasakan telinganya berdenging, sudut bibirnya terasa perih. Aleena berusaha dengan kera supaya tidak kehilangan keseimbangan.

"Cukup, Kak! Aku tahu bahwa Kakak sangat tidak menyukaiku, Kakak membenciku sebab aku adalah putri dari wanita yang Kakak anggap sebagai perebut suami orang. Tapi, hal itu bukan berarti Kakak bebas memfitnahku seperti ini. Aku juga punya hati, Kak!" 

Tiba-tiba Helena menangis, dia memeluk putrinya, "Ini semua salahku, seandainya saja aku tidak menikah denganmu, mungkin Eloise tidak akan menerima kebencian yang begitu besar dari putrimu, Ivander." 

Ivander buru-buru mengusap punggung Helena dan Eloise, "Tidak, tidak. Ini semua murni salah Aleena. Kalian tidak bersalah." 

Aleena sampai kehilangan kata-kata untuk bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Tidak ada satupun yang mengerti dan memahaminya, bahkan tidak ada yang percaya hal apapun mengenai hal yang diucapkan. 

"Aleena," panggil Darius. "Aku akan melupakan perselingkuhanmu. Aku tidak akan memperpanjangnya lagi. Asalkan kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mengulanginya, aku akan menerimamu apa adanya, Aleena." 

Mulut Aleena sampai terbuka lebar saking tercengang dengan kata-kata yang diucapkan oleh Darius. Pria itu, pandai sekali bersilat lidah, padahal dirinya yang bersalah tetapi kini malah Aleena yang dijadikan tersangka. 

"Aku tidak mau menikah denganmu!" Aleena dengan puh keyakinan. 

"Aleena!" Ivander berteriak, "Kamu sudah tidak berhak lagi untuk menentukan apakah pernikahan ini akan dilanjutkan atau tidak. Biar bagaimanapun tetap kamu yang bersalah, dan pernikahan ini akan tetap dilanjutkan sesuai dengan keinginan Darius!" 

"Aku tidak bisa menikah dengan dia, Pa! Dia sudah berselingkuh dengan Eloise!" 

"Sudah cukup! Papa tidak mau dengar lagi alasanmu! Pernikahan ini akan segera dilanjutkan sesuaikan dengan rencananya!" 

Aleena menggertakkan giginya, dia melihat keempat orang di sana dan dia menyadari bahwa kini dirinya sendirian. Kedua tangannya terkepal dengan erat, tidak ada lagi yang bisa Aleena lakukan selain pasrah dengan nasibnya. 

***

Bersambung~

Bab terkait

  • Bermalam Dengan CEO   3. Hamil Anak Pria Asing

    Semenjak hari itu, Aleena tidak diperbolehkan untuk keluar dari kamar. Dia hanya berada di dalam kamar, untuk makan saja, ada seseorang yang mengantarkannya. Aleena bagai terpenjara dalam rumahnya. Aleena memegang kepalanya yang terasa sakit. Sudah beberapa hari ini dia merasa tidak enak badan. Perutnya terasa mual dan tubuhnya seperti tidak bertenaga. Aleena menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berdiri dan berjalan lesu menuju pintu kamar. Aleena sedikit memberikan pukulan di daun pintu, berharap ada orang yang akan mendengarkannya. "Pa," panggil Aleena, "Tolong, buka pintunya! Aleena—" Mendadak Aleena tidak bisa berkata-kata, dia terdiam dan saat telah menyadari kepalanya seperti berputar. Aleena memegang handle pintu dengan erat, berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya supaya tidak terjatuh dan membentur lantai. Namun, Aleena sudah mencapai puncak kekuatannya, sesaat kemudian tidak ada lagi yang dapat dilihat olehnya dan semuanya berubah menjadi gelap.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Bermalam Dengan CEO   4. Ayah Bayi yang Dikandung Aleena

    Cahaya menyilaukan mengganggu tidur Aleena sehingga dia memutuskan untuk menyudahi waktu istirahatnya. Saat kedua mata Aleena terbuka sempurna, di situlah dia menyadari bahwa saat ini dirinya berada di ruangan yang asing. "Dimana aku?" Aleena ingat bahwa sebelumnya dia berada di jalanan. Kepalanya tiba-tiba terasa sakit hingga akhirnya dia sudah tidak ingat lagi kejadian setelahnya. Aleena berusaha untuk mengubah posisi tidur menjadi duduk. Dia melihat sekeliling, beberapa saat Aleena tersadar bahwa saat ini dirinya berada di sebuah ruangan di rumah sakit. Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba dia berada di tempat ini? Aleena memejamkan kedua mata, meski sudah tidak terlalu sakit, tetapi dia masih merasa tidak nyaman di kepalanya. Dengan perlahan, Aleena menyibak tirai yang berada di sampingnya, dia langsung disuguhkan dengan seorang pasien lain yang sedang beristirahat. Aleena kembali menutup tirai tersebut dan berusaha untuk turun dari ranjang. Tepat ketika kedua kaki Aleena meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Bermalam Dengan CEO   5. Kebencian Itu Hadir

    Aleena berjalan terlunta-lunta di keheningan malam. Dia tidak tahu harus kemana, tidak ada tempat tujuan ataupun tempat untuk berpulang. Saat itu yang terlintas dalam kepala Aleena adalah kematian. Mungkin saja jika dia tidak ada, maka semua permasalahan akan selesai. Aleena berdiri di pinggir trotoar, melihat begitu banyak kendaraan yang lewat. Dalam benaknya terlintas satu pemikiran, jika dia berjalan ke tengah, apakah seketika dia akan langsung menghilang dari dunia? Aleena melangkah maju, tetapi sesaat kemudian dia seperti disadarkan. Otomatis Aleena memegang perut yang masih rata. Di dalam sana masih ada sebuah kehidupan yang berhak untuk melihat dunia meskipun kejam. Aleena menundukkan kepalanya, air mata mulai keluar membasahi pipinya. Di tengah keramaian kota, Aleena menangis tersedu-sedu tanpa peduli dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Entah sudah berapa lama Aleena berdiam diri di pinggir jalanan. Dia memejamkan kedua mata, dan saat itulah merasa bahwa di sekelilingn

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Bermalam Dengan CEO   6. Pria Asing di Bandara

    Seorang anak laki-laki berusia lima tahun berlari melewati pintu pesawat dengan senyum tanpa dosa di wajahnya. Dengan memegang sebuah pesawat kecil, hadiah dari sang ibu, bocah lelaki itu terus keluar tanpa peduli dengan teriakan ibunya yang memanggil namanya. "Ansel, tunggu mama!" Seorang wanita berteriak dengan menenteng satu koper besar dan juga satu koper kecil milik putranya. Meskipun dia masih muda, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan tenaga anak kecil yang seakan tidak ada habisnya. "Mama, cepatlah! Ansel sudah tidak tahan lagi ingin ke toilet." Bocah itu langsung saja berlari menuju sebuah tanda toilet pria. Dia masuk dan disaat itulah ibunya sudah tidak bisa mengejarnya. Aleena mengembuskan napas panjang, dia menggelengkan kepala saat melihat kelakuan putranya. Akhirnya dia memilih untuk menunggu di kursi tunggu yang memang disediakan oleh pihak bandara. Aleena membuka ponsel dan mengetik sebuah pesan untuk teman lamanya. Setelah selesai, dia melihat ke arah jendela ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Bermalam Dengan CEO   7. Pria Itu Papaku

    Aleena membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memaksa senyuman di depan putranya. "Hei, bocah! Darimana kamu bisa berkesimpulan bahwa orang asing itu adalah papamu?"Ansel memandang lurus ke arah depan kemudian berkata, "Dia pria dewasa yang tampan, gayanya keren, meski menyebalkan, tapi mata dan hidungnya mirip dengan Ansel." Bocah itu kembali beralih pada sang ibu kemudian berkata dengan antusias, "Ansel yakin bahwa itu adalah papa." "Ansel, di dunia ini ada begitu banyak orang. Bahkan menurut penelitian, setidaknya ada tujuh orang yang bisa mirip dengan kita. Mungkin pria yang Ansel temui tadi adalah salah satunya." "Tapi, Ma, dia—"Aleena menggelengkan kepalanya, tatapannya tegas, memerintahkan Ansel untuk menghentikan perkataannya. "Mama tidak mau mendengar lagi cerita tentang pria asing itu. Lagipula, bukankah mama sudah berkata bahwa kamu tidak boleh bicara dengan orang asing? Kenapa masih melanggar perintah mama?"Ansel hanya tersenyum malu membalasnya. "Ya, sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Bermalam Dengan CEO   8. Pria Malam Itu

    Ansel langsung berlari menuju pria yang dipanggilnya "papa", bocah kecil itu merasa sangat bahagia. Senyuman kebahagiaan terpancar dari wajah mungilnya. Ketika mereka sudah berhadapan, Ansel segera memeluk kaki panjang pria itu dengan erat. "Papa kemana saja? Kenapa baru menjemput Ansel?" tanya bocah itu dengan wajah polos. Belum sempat pria itu menjawab, seorang pria lainnya langsung melepaskan pelukan Ansel dengan kasar. "Singkirkan tanganmu!" "Finn," panggilan pria yang disebut "papa" oleh Ansel, langsung membuatnya menundukkan kepala. "Maafkan saya, Tuan. Saya akan segera mengurusnya." "Tidak perlu," ucap Ethan, menahan pergerakan asistennya. Ethan kembali melihat Ansel, seketika ingatannya kembali pada kejadian di toilet bandara tadi. Tidak disangka malah kembali bertemu dengannya di sini. Ethan mensejajarkan tingginya dengan Ansel, dia tersenyum kemudian mengulurkan tangannya, "Sepertinya kita belum berkenalan tadi. Siapa namamu, Bocah?""Ansel, Pa," jawab Ansel dengan po

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Bermalam Dengan CEO   9. Aku adalah Pria Malam Itu

    Harry segera masuk ke dalam lift kemudian melambaikan tangan pada Aleena. Aleena pun membalas lambaian tangan Harry kemudian pintu lift tertutup setelah Ethan keluar dari dalam lift. Setelah Harry pergi, di situlah Aleena menyadari tatapan Ethan untuknya. Aleena merasa tidak nyaman dengan pandangan pria itu. Segera dia membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Namun, belum sempat Aleena menutup, Ethan dengan segera menahan gerakannya. "Siapa kamu? Jangan macam-macam padaku atau aku akan panggil security!" ancaman Aleena tentu saja tidak berpengaruh. Ethan segera mendorong tubuh Aleena hingga membentur lemari sepatu yang berada di samping pintu masuk. Tidak salah lagi! Dia adalah gadis yang malam itu tidur bersama dengannya. "Aleena Reverie Anderson," Ethan bergumam. Aleena membelalak, dia tidak merasa pernah mengenal pria ini tetapi malah tahu nama keluarganya. "Ka-kamu ....""Dimana anakku?" Alis Aleena berkerut, dengan tenaga yang penuh, dia segera mendorong dada Ethan dan menjau

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Bermalam Dengan CEO   10. Terasa Mudah Untuk Aleena

    "Kamu tidak akan masuk?" Aleena menghela napas panjang kemudian dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Aleena tidak memiliki waktu yang banyak untuk sekedar menunggu lift berikutnya. Aneh sekali, gedung apartemen mewah seperti ini hanya memiliki satu lift sebagai akses keluar masuk untuk para penghuninya. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Aleena memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam lift dan menekan tombol pintu ditutup. Aleena memilih untuk berada di sisi paling jauh dari Ethan. Sama sekali tidak menoleh ke arah pria itu bahkan ketika Ethan mulai berbicara dengannya. "Jadi, apakah kamu akan menjelaskan di mana anakku berada?"Aleena bersedekap, tanpa memandang ke arah Ethan, dia menjawab, "Aku tidak punya anak denganmu." "Jangan berbohong! Terakhir kali kamu berada di rumah sakit, sangat jelas hasil tes berkata bahwa kamu tidak mengandung anakku."Terdengar nada suara penuh amarah dari kalimat yang diucapkan oleh Ethan. Tetapi Aleena sama sekal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • Bermalam Dengan CEO   66. Badai Kembali Datang

    Dua minggu sebelum Aleena dan Harry bertemu. Sebelum artikel-artikel yang memunculkan berita miring mengenai Eloise, tiba-tiba Harry mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tanpa nama, dia mengangkat panggilan tersebut tanpa curiga."Halo, dengan siapa saya bicara?" Harry diam saat orang itu berbicara, dan setelahnya, ekspresi wajah Harry berubah serius. "Baik, saya akan ke sana dalam satu jam."Harry berjalan menuju ruang private yang berada di sebuah restoran mewah di mall terbesar yang ada di pusat kota. Sepanjang perjalanan, dia tidak henti bertanya-tanya alasan pria itu memintanya untuk datang. Padahal mereka sama sekali tidak dekat, mereka pun sama-sama bersaing untuk mendapatkan hati Aleena. Dia sudah bersiap dengan kata-kata penolakan jika seandanya nanti Ethan menyuruhnya untuk pergi menjauhi Aleena. Namun, yang terjadi saat ini sangat berbanding terbalik dengan yang dia pikirkan sepanjang perjalanan menuju kemari. Ethan malah memberikan sebuah flashdisk berisi beberapa inf

  • Bermalam Dengan CEO   65. Salah Paham

    "Tidak ada!" Aleena melihat Ansel lalu kembali berkata, "Jangan dengarkan kata-katanya! Terkadang anak-anak memiiki imajinasi di luar dugaan orang dewasa."Aleena langsung buru-buru mengambil mainan dari tangan putranya kemudian menuntunnya duduk di kursi makan. Dia mengambilkan makanan untuk Ansel dan tidak menyadari melakukan hal yang sama untuk Ethan. Melihat sikap Aleena yang tiba-tiba gugup, seketika membuat Ethan merasa lucu. Dia segera bergabung dengan keduanya. "Ansel, makanlah dengan baik. Usahakan jangan berantakan, mengerti?"Merasa dirinya diperhatikan, Aleena mengangkat wajah dan saat itu dia bertemu tatap dengan Ethan. "Ada apa?" Aleena bertanya tanpa sadar nada suaranya menjadi ketus."Kenapa marah padaku? Apakah karena sebenarnya ada hadiah untukku tapi kamu terlalu malu untuk mengatakan yang sejujurnya?" ucap Ethan sebelum memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya.Aleena hendak membantah tetapi langsung diurungkan. Melihat ada Ansel di antara mereka, tidak baik u

  • Bermalam Dengan CEO   64. Hadiah dari Aleena

    "Sayang, aku mohon dengarkan aku dulu. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Eloise pasti memiliki alasan kenapa dia melakukannya," Helena berusaha untuk membujuk Ivander supaya mempercayai perkataannya. Dia tidak bisa membiarkan suaminya mencoret nama Eloise dari daftar pewaris keluarga Anderson. "Aku sudah memberikan waktu pada kalian membuktikan bahwa Eloise tidak bersalah. Kuperintahkan untuk segera membereskan kekacauan yang sudah kalian buat. Tapi, apa ini? Eloise dipenjara dan membuat keadaan perusahaan semakin kacau! Kalian mau membuatku hancur, ya?!" Wajah Ivander sudah sangat merah saking besar amarah yang dirasakannya. Pria itu nampak seperti bisa menghancurkan apapun yang ada di depannya. Baru kali ini dia melihat kemarahan Ivander yang tidak biasa. Sampai-sampai dia merasa khawatir dengan keselamatannya di masa depan.Namun, Helena penuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dia berusaha untuk tetap tersenyum di depan sang suami. Helena mencoba memegang lengan Ivan

  • Bermalam Dengan CEO   63. Penangkapan Eloise 

    Aleena buru-buru melepaskan diri dari Ethan sehingga membuat Ansel yang berada di tengah-tengah mereka menjadi kebingungan. Dia berusaha untuk mengubah ekspresi wajahnya seperti biasa. "Ansel, karena Papa sudah ada di sini, sebaiknya Ansel tidur. Hari sudah malam, sudah waktunya untuk kita beristirahat," ucap Aleena seraya merebahkan diri di samping Ansel. "Mama, kenapa wajah Mama merah? Apakah Mama sakit?" Mendengar kalimat Ansel, seketika Aleena mengangkat wajah dan menatap Ethan. Buru-buru dia mengalihkan pandangan, dia tidak berani untuk menatap suaminya. Rasanya seperti jantung akan meledak jika bertemu pandang dengannya. "Tidak, mama hanya lelah dan ingin istirahat saja. Lebih baik sekarang kita tidur, ya?" Aleena benar-benar menghindari kontak mata dengan Ethan. Dia langsung menarik selimut, menutupi tubuhnya dan Ansel. Dalam hati berharap bahwa tidak akan ada lagi pertanyaan serta hari langsung berganti menjadi pagi. Baru saja Aleena mendengarkan embusan napas Ansel yang

  • Bermalam Dengan CEO   62. Ketidaksengajaan yang Semakin Mendekatkan Mereka

    Aleena tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan Ansel. Dia baru saja menemani putranya konsultasi dengan psikolog. Hasilnya pun sudah sesuai dengan dugaan bahwa Ansel mengalami gangguan trauma pasca penculikan. Namun, melihat bocah itu yang sudah mau berinteraksi dengan orang lain, meski belum sembuh benar sudah merupakan hal yang baik. Mereka diminta untuk terus menemaninya kemanapun bocah itu pergi.Aleena berpikir bahwa masih belum terlambat, dia pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk putranya. Berharap ke depannya juga akan ada beberapa terapi ataupun pengobatan supaya bisa mengembalikan keceriaan di wajah Ansel. Melihat suasana sekitar dan ternyata dirinya masih tidak mendapati Ethan berada di sana, seketika Aleena diliputi perasaan kecewa. Pria itu sudah berjanji untuk menyusul mereka di rumah sakit tetapi sekarang nyatanya janji itu hanya omong kosong belaka."Ma, ayo, kita pulang!" ajak Ansel setelah dia menghabiskan ice cream di tangannya.Aleena langsung memasan

  • Bermalam Dengan CEO   61. Ancaman Menantu pada Mertua

    Setelah mengatakannya, Aleena langsung berdiri dan meninggalkan Ethan yang masih termenung memikirkan kata-katanya. Dalam hatinya ada sedikit rasa malu karena secara tidak langsung, dia telah mengungkapkan perasaannya. Saat sampai di depan pintu lift, Aleena terdiam sejenak dan melihat tempat dimana Ethan masih duduk tanpa bergerak sedikitpun. Seketika itu juga hatinya diliputi perasaan kecewa sebab berharap bahwa pria itu akan mengejarnya dan menanyakan lebih jelas tentang perasaannya. Tetapi, yang terjadi adalah Ethan masih duduk di kursi taman tanpa berniat untuk mengejarnya.Aleena tersenyum merutuki kebodohannya. Mana mungkin Ethan melihatnya sebagai seorang wanita ketika tembok yang menghalangi mereka begitu tinggi dan sulit untuk dihancurkan. Pada akhirnya dia memilih untuk masuk ke dalam lift meninggalkan Ethan sendirian.Tanpa diketahui oleh Aleena, Ethan terdiam sebab memikirkan kata-katanya. Dia tidak mau menjadi salah paham dan mengira Aleena sudah mulai bisa membuka hati

  • Bermalam Dengan CEO   60. Pujian dan Isi Hati

    Eloise membelalak, lelaki mana yang dimaksud suaminya? Dia langsung mengambil kotak hadiah tersebut kemudian membukanya. Benar saja, bahwa di dalam kotak itu terdapat beberapa foto dirinya dengan pria lain sedang masuk ke dalam hotel berbintang. Semua detail sangat jelas sehingga dia tidak akan bisa mengelak.Namun, Eloise mana mau mengakuinya, dia merobek kumpulan foto itu kemudian memeluk lengan Darius. Dia menggelengkan kepalanya dengan dan saat itulah air matanya mengalir keluar. "Kakak, semua foto-foto ini tidak seperti yang kamu kira. Aku tidak pernah mengenalnya. Foto-foto ini pasti sudah direkayasa oleh orang yang tidak menyukaiku. Aku tidak pernah berselingkuh darimu, Kak," Eloise membela dirinya.Darius menatap Eloise dan masih terlihat ketidakpercayaan dari sorot matanya. Segera Eloise mengusap dada bidangnya kemudian bersandar di sana. "Kakak tahu betapa aku mencintai Kakak. Aku sampai merelakan hubungan persaudaraanku rusak hanya demi bisa hidup bahagia bersama dengan K

  • Bermalam Dengan CEO   59. Bukti Perselingkuhan

    Aleena menyeruput kopi hitamnya dengan penuh nikmat sembari melihat pemandangan pagi hari dari atap rumah yang semalam diberitahukan oleh Ethan. Hari ini suasana hatinya dalam kondisi baik sebab Ansel yang juga sudah mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya keceriaan itu hadir, tetapi Aleena sudah merasa sangat bahagia setelah melihat beberapa hari ini kedapatan melihat Ansel yang tertawa saat sedang bermain dengan Nancy. Saat sedang memikirkan betapa hatinya merasa senang, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Otomatis dia langsung menoleh dan seketika itu juga Aleena bisa bernapas dengan lega. "Ethan! Kamu mengejutkanku!" Aleena berseru dengan kedua tangan yang menyentuh dadanya. Beruntung dia tidak sedang memegang secangkir kopi panas. Jika iya, sudah pasti tangannya akan menjadi korban. "Apa yang kamu pikirkan, Aleena? Serius sekali sampai tidak menyadari kedatanganku." Ethan langsung mengambil posisi di samping Aleena. Aleena menggelengkan kepalanya, dia mengambil

  • Bermalam Dengan CEO   58. Keresahan di Hati Aleena 

    Melihat Ansel yang dengan mudah langsung mengikuti Nancy, seketika membuat Aleena merasa sangat senang. Dia tahu bahwa orang-orang yang dipekerjakan oleh Ethan adalah orang yang bisa dipercaya. Jadi, saat Ansel langsung mengikuti langkah Nancy naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya, seketika hati Aleena menghangat. Penculikan yang dialami oleh putranya, telah meninggalkan trauma yang lumayan dahsyat dalam pikirannya. Sejak kejadian itu, sulit sekali untuk mendekati Ansel. Bahkan Ethan sempat tidak diterima dengan baik oleh anaknya sendiri. Sehingga membutuhkan pendekatan yang lumayan menguras hati dan pikiran untuk bisa berbicara dengannya. Lalu, saat mereka akhirnya memutuskan untuk merawat Ansel di rumah, ketika pelayan Nancy mendekati Ansel dan langsung diterima dengan tangan terbuka, merupakan kebahagiaan yang tidak bisa dideskripsikan oleh Aleena. Putranya yang sulit didekati, akhirnya secara perlahan bisa kembali seperti sebelumnya. Walaupun tentu saja perubahan itu belum me

DMCA.com Protection Status