Share

7. Pria Itu Papaku

Aleena membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memaksa senyuman di depan putranya. "Hei, bocah! Darimana kamu bisa berkesimpulan bahwa orang asing itu adalah papamu?"

Ansel memandang lurus ke arah depan kemudian berkata, "Dia pria dewasa yang tampan, gayanya keren, meski menyebalkan, tapi mata dan hidungnya mirip dengan Ansel." 

Bocah itu kembali beralih pada sang ibu kemudian berkata dengan antusias, "Ansel yakin bahwa itu adalah papa." 

"Ansel, di dunia ini ada begitu banyak orang. Bahkan menurut penelitian, setidaknya ada tujuh orang yang bisa mirip dengan kita. Mungkin pria yang Ansel temui tadi adalah salah satunya." 

"Tapi, Ma, dia—"

Aleena menggelengkan kepalanya, tatapannya tegas, memerintahkan Ansel untuk menghentikan perkataannya. 

"Mama tidak mau mendengar lagi cerita tentang pria asing itu. Lagipula, bukankah mama sudah berkata bahwa kamu tidak boleh bicara dengan orang asing? Kenapa masih melanggar perintah mama?"

Ansel hanya tersenyum malu membalasnya. 

"Ya, sudah. Lebih baik sekarang kita pergi saja. Orang yang menjemput kita, sudah menunggu sejak tadi." 

Aleena segera mengajak putranya pergi meninggalkan bandara. Ketika mereka berada di lobi, seorang pria dengan senyuman manis berlesung pipi langsung menghampiri mereka. 

"Hai, Harry! Apakah kamu sudah menunggu lama?" Aleena memeluk pria itu singkat. 

"Tidak terlalu lama. Aku baru sampai 15 menit sebelum kamu tiba." Harry menolehkan kepala ke arah Ansel kemudian berkata, "Hai, Ansel! Bagaimana kabarmu? Apakah penerbangannya berlangsung dengan baik?"

"Biasa saja." Ansel langsung menolehkan kepala, sangat terlihat jelas bahwa bocah kecil itu tidak terlalu menyukainya. 

Harry sudah terbiasa dengan tatapan Ansel padanya. Dia pun memilih untuk tidak terlalu ambil pusing, hanya pandangan seorang bocah kecil, lambat laun pasti akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. 

"Oh, berikan kopermu." Harry langsung mengambil alih koper yang dipegang oleh Aleena lalu membawa pasangan ibu dan anak itu keluar area bandara. 

Harry membukakan pintu untuk Aleena dan Ansel setelah memasukkan koper mereka ke dalam bagasinya. Kemudian dia segera mengemudikan mobil menuju sebuah gedung apartemen yang berada di pusat kota. 

Sekitar 30 menit kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah gedung apartemen yang sudah disiapkan oleh Harry untuk Aleena dan Ansel. 

"Harry, bukankah aku sudah berkata untuk mencarikan apartemen yang berada di pinggiran kota saja?" 

Aleena menatap gedung apartemen yang terlihat sangat mewah. Aleena meminta tolong pada Harry sebab pria itu yang paling tahu semua hal mengenai apartemen dan sebagainya. Dia sudah memberitahu jenis apartemen yang diinginkannya. 

Aleena hanya ingin tempat tinggal yang sederhana dan tidak terlalu mencolok. Tetapi yang ada di depannya ini nampak sangat mewah dan berada di lokasi yang sangat strategis dengan perkantoran. 

"Sistem keamanan di apartemen yang berada di pinggiran kota tidak terlalu bagus. Kamu akan tinggal berdua bersama dengan Ansel dan aku tidak mau mengambil resiko."

Aleena menghela napas, dia melihat putranya yang hanya balik menatap ke arahnya kemudian berkata, "Ansel, mama akan bicara dengan Om Harry sebentar. Jangan turun dari mobil sampai mama izinkan, mengerti?" 

Ansel mengangguk singkat sebagai jawaban. 

Aleena tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Ansel, setelah itu dia berkata pada Harry, "Harry, bisakah kita bicara sebentar di luar?" 

"Baiklah." 

Aleena segera keluar meninggalkan mobil dan disusul oleh Harry. 

Dari dalam mobil, Ansel bisa melihat ibunya yang berdebat dengan Harry. Sangat jelas ekspresi wajah sang ibu yang tidak menyukai argumentasi dari pria itu. 

Selama ini Ansel hanya melihat Harry sebagai seorang pria yang berniat untuk menggantikan posisi ayahnya yang tidak pernah hadir dalam hidupnya, berusaha untuk mengambil perhatian sang ibu dari sisinya. Hal itulah yang membuat dia tidak senang meskipun berulang kali Harry meyakinkannya bahwa dia adalah pria yang baik. 

"Ansel tidak akan membiarkan Om merebut mama dariku!" bocah itu bermonolog. 

Secara perlahan, Ansel membuka pintu mobil dengan penuh kehati-hatian. Dia berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun supaya tidak membuat Aleena dan Harry menyadari pergerakannya. 

Setelah berhasil keluar dari mobil, Ansel segera pergi dari sana. Dengan kakinya yang mungil, Ansel berusaha untuk pergi sejauh mungkin. 

Namun, secara tiba-tiba Ansel menabrak tubuh seorang pria dewasa. Dia mengaduh kesakitan, dengan perasaan yang kesal, Ansel mengangkat wajah dan di saat itulah kedua matanya terbelalak melihat pria yang menabrak tubuh mungilnya. 

"Papa!" 

***

Bersambung~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status