Share

4. Ayah Bayi yang Dikandung Aleena

Cahaya menyilaukan mengganggu tidur Aleena sehingga dia memutuskan untuk menyudahi waktu istirahatnya. Saat kedua mata Aleena terbuka sempurna, di situlah dia menyadari bahwa saat ini dirinya berada di ruangan yang asing. 

"Dimana aku?" 

Aleena ingat bahwa sebelumnya dia berada di jalanan. Kepalanya tiba-tiba terasa sakit hingga akhirnya dia sudah tidak ingat lagi kejadian setelahnya. 

Aleena berusaha untuk mengubah posisi tidur menjadi duduk. Dia melihat sekeliling, beberapa saat Aleena tersadar bahwa saat ini dirinya berada di sebuah ruangan di rumah sakit. 

Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba dia berada di tempat ini? 

Aleena memejamkan kedua mata, meski sudah tidak terlalu sakit, tetapi dia masih merasa tidak nyaman di kepalanya. 

Dengan perlahan, Aleena menyibak tirai yang berada di sampingnya, dia langsung disuguhkan dengan seorang pasien lain yang sedang beristirahat. Aleena kembali menutup tirai tersebut dan berusaha untuk turun dari ranjang. Tepat ketika kedua kaki Aleena menyentuh lantai yang dingin, tirai tersibak dan nampak seorang wanita berpakaian perawat. 

"Nyonya sudah bangun?" Perawat itu buru-buru membantu Aleena untuk kembali duduk di tepi ranjang. 

Aleena teringat dengan calon bayi yang sedang dikandungnya, "Bagaimana dengan bayi saya? Apa dia baik-baik saja?" 

"Bayi Anda dalam kondisi yang baik, Nyonya." 

Aleena menghela napas lega, dia otomatis memegang perutnya yang masih rata. Biarpun bayi ini diperoleh dengan cara yang tidak biasa, tetapi Aleena sudah memiliki perasaan sayang terhadap bayi ini.

"Siapa yang membawa saya ke sini?" Aleena penasaran.

Perawat itu terlihat agak kebingungan, tetapi tetap menjawab, "Tentu saja suami Anda, Nyonya. Saat ini suami Anda sedang keluar. Mungkin akan kembali sebentar lagi." 

Aleena berkerut bingung, tetapi dia langsung tertuju pada Darius. Seorang suami berarti adalah pria. Satu-satunya pria yang dikenal oleh Aleena selain sang ayah adalah mantan tunangannya itu. 

Aleena langsung saja bangun, hendak beranjak dari sana. Lebih baik dia segera pergi sebelum Darius kembali. Aleena tidak yakin bahwa pria itu tulus menolongnya. 

"Nyonya, jangan banyak bergerak! Kondisi tubuh Anda masih lemah. Lebih baik beristirahat malam ini." Perawat langsung menahan gerakan Aleena, membuat wanita itu kembali berposisi duduk di atas ranjang. 

Aleena menggeleng lemah, dia harus pergi sejauh mungkin dari keluarga dan orang-orang yang mengenalnya. Aleena sudah terlanjur sakit hati, dengan perlakuan mereka. Dia bertekad untuk pergi sejauh mungkin dan hidup bahagia berdua dengan calon bayinya.

"Saya harus pergi sekarang. Dimana barang-barang saya?" 

"Di dalam lemari itu, Nyonya. Tapi, Anda benar-benar harus beristirahat sekarang. Kondisi Anda masih sangat lemah. Sebentar lagi kami akan memindahkan Anda ke ruang naratama." 

Mendengar hal itu, seketika Aleena membelalak. Buru-buru dia menggoyangkan kedua tangan, "Tidak, tidak. Saya tidak bisa berlama-lama di sini. Apalagi sampai harus masuk ke ruang naratama. Saya tidak memiliki cukup uang untuk membayarnya." 

Kekayaan Darius tidak seberapa dibandingkan dengan keluarganya. Menyewa satu kamar VVIP, hal itu berarti bukan Darius yang menolongnya. 

Aleena langsung turun dan membuka nakas di samping ranjang. Sesuai dengan yang dikatakan oleh perawat bahwa di sana terdapat koper besar miliknya. 

"Nyonya, tidak perlu memikirkan masalah biaya. Semua tagihan rumah sakit, sudah dibayar lunas." 

Untuk kesekian kalinya, Aleena terkejut dengan perkataan perawat. Dia tidak melihat ada siapapun di sana, lalu siapa yang membayar tagihannya?

"Apa? Siapa yang sudah membayarnya?" 

Belum sempat perawat menjawab, Aleena langsung berkata, "Aku tidak peduli dengan orang yang membayarkan tagihannya. Sekarang, aku hanya ingin pulang ke rumah. Bisakah kamu membantuku untuk turun?" 

Aleena tentu saja tidak benar-benar merealisasikan perkataannya. Dia sudah diusir dari keluarga Anderson. Tidak akan mungkin sang ayah menerimanya kembali. 

Perawat tidak bisa berbuat apapun selain mengikuti keinginan Aleena. Setelah mengurus semuanya, Aleena buru-buru pergi meninggalkan rumah sakit. 

Lebih baik terlunta-lunta di jalanan daripada berada di rumah sakit tetapi tidak jelas dengan siapa. Lagipula Aleena sudah merasa cukup kuat untuk bisa melanjutkan perjalanan. Siapa yang akan tahu jika ternyata dia ditolong oleh seorang penjahat yang memang sedang mencari mangsa untuk memperdagangkan orang? Di zaman seperti sekarang, begitu banyak orang dengan pikiran jangka pendek yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. 

Tepat ketika Aleena pergi, seorang pria dengan mengenakan setelan jas hitam melangkah masuk ke ruang IGD rumah sakit. Dia segera menuju sebuah ranjang dan menyibak tirainya. Seketika itu juga dia melihat ranjang yang kosong tanpa ada seorang wanita yang sebelumnya dia tolong. 

Perawat wanita langsung datang menghampiri pria itu, dengan sedikit membungkuk, dia berkata, "Tuan Ethan, Anda sudah datang? Baru saja Nyonya tadi pergi." 

Kening Ethan berkerut tidak senang, "Kenapa kamu biarkan dia pergi?" 

Nada suaranya tenang tetapi perawat bisa merasakan aura kemarahan di dalam diri Ethan. Perawat menunduk takut, tidak berani untuk mengangkat wajahnya. 

"Maafkan saya, Tuan. Saya sudah mencoba untuk menahannya tetapi Nyonya tetap bersikeras untuk pergi. Saya rasa masih ada waktu jika kita mencarinya sekarang," perawat langsung memerintahkan petugas keamanan untuk mencari Aleena. 

Ethan sama sekali tidak peduli, dia segera pergi dari sana. Meninggalkan area Rumah Sakit dengan mobil Bugatti miliknya. 

Sepanjang perjalanan, pikiran Ethan hanya tertuju pada wanita yang ditolongnya. Jika saja dia tidak memiliki ingatan yang kuat, mungkin dia tidak akan menyadari bahwa wanita itu adalah wanita yang bermalam dengannya. 

Ethan tadinya tidak mau terlibat apapun, tetapi ketika dia melihat Aleena yang kehilangan keseimbangan, buru-buru Ethan mendekat dan membawanya ke rumah sakit. Di sanalah dia mengetahui bahwa Aleena sedang mengandung.

Ethan tidak tahu anak siapa yang dikandungnya, dia pun langsung meminta untuk dilakukan tes paternitas. Namun, belum sempat dia mendapatkan jawaban, dirinya malah kehilangan wanita itu lagi. 

Cengkraman tangan Ethan di kemudi setir kian mengerat. Dia sangat kesal hingga memukul setir mobilnya. 

"Sial!" 

Semenjak hari itu, suasana hati Ethan semakin buruk. Pencarian terhadap Aleena selalu ditemui jalan buntu. Setiap dia berhasil menemukannya, tetapi ketika datang sudah tidak ada. 

"Wanita licik yang pintar bersembunyi." Itulah julukan yang Ethan berikan pada Aleena. 

"Aku akan mengikatmu jika aku menemukanmu nanti!" Dan itulah janji yang diucapkan Ethan. 

Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk, Ethan mempersilakan orang itu masuk. Dia dalam posisi sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya ketika pria berwajah asia itu mendekati mejanya. 

"Ini adalah hasil yang Anda minta, Tuan." 

Ethan mengangkat wajah, dia menatap asistennya tanpa ekspresi, meski tanpa berkata-kata, tetap sangat jelas terlihat bahwa Ethan memang sudah sangat menantikannya. 

"Berikan padaku!" 

Finn segera memberikan sebuah map berwarna hijau itu. 

Dengan sedikit tergesa-gesa, Ethan membuka dan membaca hasilnya. Beberapa saat setelahnya, air muka Ethan berubah, senyum tipis terlihat di sana. 

Finn menunggu sampai akhirnya sebuah instruksi diberikan padanya. 

"Segera cari wanita itu sekarang juga! Periksa bagian imigrasi dan jangan biarkan dia bisa kabur dengan calon anakku dari negara ini!" 

***

Bersambung~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status