Share

Bermalam Dengan CEO
Bermalam Dengan CEO
Author: vitafajar

1. Kepercayaan Diri yang Menghilang

"Aku tetap tidak suka kamu menikah Kak Aleena." 

Langkah kaki Aleena terhenti saat mendengar namanya disebut oleh. Saat ini dia membawa paper bag berisi cincin pernikahan yang baru saja diambil dari toko perhiasan tempat mereka memesan sebelumnya, siap memberikan kejutan manis untuk tunangannya. 

Namun, saat Aleena melangkah masuk ke dalam rumah kekasihnya, dia mendengar suara seorang wanita dari dalam kamar.

Jantung Aleena berdegup dengan sangat kencang, dia mengintip sedikit dari celah pintu yang terbuka. Debaran yang dirasakannya semakin menjadi saat dia melihat tunangannya sedang bermesraan dengan wanita lain. 

Dengan hati yang berdebar, Aleena semakin mendekati pintu yang sedikit terbuka dan memperhatikan dengan hati-hati. Apa yang dia lihat membuatnya terdiam dan terpaku. Di dalam rumah, pria yang beberapa hari lagi akan menjadi suaminya, terlihat mesra dengan wanita lain yang ternyata adalah adik tirinya.

"Kamu tenang saja, Sayang. Aku menikahi Aleena, hanya karena perjodohan orang tua kami. Aku tidak benar-benar mencintainya." 

Air mata mulai mengalir di pipi Aleena saat dia menyaksikan adegan yang menghancurkan hatinya. Rasa sakit dan kekecewaan melanda dirinya, membuatnya merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Aleena merasa terpukul dan terluka oleh pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang akan menjadi pendamping hidupnya. 

"Tapi, Kak, aku sebenarnya juga merasa sangat sedih," ucap Eloise dengan nada suara manja yang dibuat menyedihkan.

"Sedih kenapa, Sayang? Kita sudah bersama saat ini dan sebentar lagi kita akan lebih sering bertemu dari biasanya."

"Besok Kakak dan Kak Aleena akan sah menjadi suami istri. Kalian pasti akan melakukan malam pertama itu sementara aku?" Eloise mengeluarkan air mata, membuat Darius langsung menghapusnya dan memberikan kecupan di jejak air matanya. 

"Kamu tenang saja, aku akan mencari cara supaya malam pertama itu tidak pernah terjadi. Aku akan membuktikan padamu bahwa pernikahan ini memang hanya untuk status saja," Darius berkata dengan penuh keyakinan. 

Aleena membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan, menahan suara tangis yang hendak keluar dari celah bibirnya. Bagaimana bisa orang yang dia percaya berselingkuh dengan adik tirinya? Dia pikir Darius adalah pria yang tulus mencintainya, nyatanya dia salah. 

Aleena membuka pintu kamar dengan kasar, membuat mereka terkejut melihat kehadirannya, "Teganya kalian melakukan ini padaku!"

Darius langsung saja turun dari ranjang, mengambil kemejanya yang berada di lantai, menutupi tubuhnya kemudian mendekati Aleena, "Sayang, aku—"

Aleena menepis dengan kasar tangan Darius yang hendak menyentuhnya, "Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" 

Aleena melihat Eloise yang bersembunyi dari balik selimut, "Apa salahku padamu sampai kamu tega melakukan ini padaku?"

Eloise tanpa rasa bersalah, "Semua ini adalah salah Kakak sendiri. Kakak tidak cantik sepertiku sehingga Kak Darius lebih suka padaku. Lebih baik Kakak instrospeksi diri saja sebelum menyalahkan orang lain atas kekurangan yang Kakak miliki." 

Aleena membelalak, mulutnya terbuka saking tercengang dengan kalimat yang diucapkan oleh Eloise padanya. Aleena adalah korban, lalu kenapa sekarang dia malah disalahkan atas perselingkuhan mereka? 

"Aleena, Eloise tidak bermaksud mengatakannya, dia hanya—"

"Kita batalkan pernikahan ini." 

"Apa?" 

"Aku tidak sudi menikah dengan orang menjijikan sepertimu!" 

"Kamu berani menghinaku?" Darius berjalan mendekati Aleena, tatapannya yang tajam, tanpa sadar membuat Aleena takut hingga memundurkan tubuhnya. 

Namun, kekecewaan yang besar terhadap dua orang di depannya, Aleena berusaha untuk memberanikan diri. Dia balik menatap Darius dengan tajam, "Kenapa? Kamu tidak terima? Pergi saja sana ke dalam— hekkk!"

Darius langsung memegang bahu Aleena, membuat kata-katanya terhenti. Tatapan pria itu menyalak, seringai muncul di wajahnya. 

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu membatalkan pernikahan ini! Jika berani melakukannya, aku tidak akan membiarkanmu hidup!" 

Aleena membelalak, dia baru melihat sisi gelap Darius yang seperti ini. Tepat pada saat itu, dia merasakan cengkraman Darius di bahunya semakin mengeras dan membuatnya meringis kesakitan.

"Darius, sakit!" 

Darius menggertakkan giginya, beberapa saat didiamkan dalam posisi seperti itu hingga dia berkata, "Enyahlah dari hadapanku sekarang! Besok, kamu harus datang di pernikahan kita. Jika tidak, jangan salahkan aku bersikap lebih dari ini padamu!" 

Darius langsung melepaskan Aleena dan kembali ke sisi Eloise. 

Sementara Aleena, jelas sekali dia melihat senyum mengejek Eloise untuknya. Dalam keheningan yang menyakitkan, Aleena segera pergi dari sana. Dia berjalan perlahan meninggalkan tempat itu, hatinya dipenuhi dengan kehampaan dan keputusasaan. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan kekecewaan yang sulit diungkapkan.

Di tengah malam yang sunyi, Aleena duduk di tepi danau yang tenang. Dia memandang air yang mengalir dengan hening, mencerminkan kekosongan dan kesepian yang melanda hatinya. Air mata tak henti mengalir, meresapi kepedihan dan pengkhianatan yang dia alami.

Cukup lama dia berada di sana sampai akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia tidak peduli dengan ancaman Darius. Aleena harus segera mengakhiri rencana pernikahan mereka. Tidak peduli dengan rasa cintanya, pengkhianatan ini sudah sangat dalam menusuk hatinya. 

Saat sampai di rumah, dia langsung disuguhkan dengan pemandangan ayahnya dengan raut wajah tidak enak sedang duduk di sofa keluarga. Ketika Aleena datang, pria itu segera berdiri dan menatapnya dengan tajam. 

"Darimana saja kamu? Bukannya mengurus pernikahan, malah pergi tanpa kabar." 

"Pa, aku ...," Aleena mempersiapkan dirinya, "Aku tidak bisa menikah dengan Darius." 

Tidak ada jawaban apapun dari pria itu sampai akhirnya Aleena kembali berkata, "Pa, aku tidak akan menikah dengan Darius." 

"Jangan bicara sembarangan kamu! Undangan sudah disebar dan banyak orang akan datang. Kamu mau mempermalukan papa, ya!" 

"Sayang, tenanglah. Aku yakin Aleena memiliki alasan," ucap Helena, ibu tiri Aleena. Dia melihat Aleena dengan sinis kemudian berkata, "Aleena sayang, kamu tidak bisa sembarangan seperti ini. Papamu akan menanggung malu jika kamu melakukannya." 

Kedua tangan Aleena terkepal di sisi kanan dan kirinya. Bagaimana perlakuan ibu dan adik tirinya, dia sudah hafal. Di depan sang ayah baik, di belakang akan jauh berbeda. Nada suaranya sangat lembut tetapi tatapannya menyalak. 

"Tanyakan pada putrimu yang telah berselingkuh dengan Darius di belakangku!" Aleena dengan berani membongkar semuanya. 

Helena dan Ivander langsung terkejut dengan perkataan Aleena. 

"Kamu, berani sekali kamu memfitnah Eloise!" Helena langsung beralih pada suaminya kemudian berkata, "Ivander, sepertinya aku tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan kita. Sudah cukup aku dibenci oleh putrimu. Tapi, saat dia memfitnah putriku, aku juga tidak bisa tinggal diam!" 

Ivander segera menenangkan istrinya, dia mengusap air mata Helena lalu beralih pada Aleena, "Aleena, segera minta maaf!" 

Aleena merasa sangat terkejut, dia terdiam beberapa saat lalu berkata dengan lirih, "Jadi, Papa tidak percaya denganku?" 

"Tentu saja! Papa lebih percaya kamu yang sangat ingin mempermalukan papa sehingga membatalkan pernikahan ini dibandingkan omong kosong yang sudah kamu katakan!" 

Aleena bergetar melihat mereka, sekarang dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Tidak ada satupun yang percaya padanya, tidak ada satupun orang yang peduli terhadapnya. 

"Aleena! Segera minta maaf pada ibumu sekarang juga!" Ivander berteriak.

"Dia bukan ibuku!" Aleena tidak bisa lagi berkata-kata, tanpa bicara, dia langsung pergi meninggalkan rumah. 

Aleena tidak memiliki tempat sebagai tujuan. Dia memilih untuk pergi ke sebuah bar dan melepaskan segala keresahan dalam hatinya di sana. 

Dalam suasana berisik musik DJ, Aleena merenungkan keputusasaan dan kehancuran yang menimpanya. Dia merasa terbuang dan terluka, kehilangan segalanya yang pernah dia percayai. 

Sudah lebih dari satu botol tequila masuk ke dalam tubuhnya. Hal itu sudah cukup membuat Aleena mabuk hingga tidak bisa melihat sekitar dengan jelas. Dia berdiri dan berjalan tidak tentu arah. Kemanapun, Aleena tidak peduli, yang terpenting baginya adalah pergi sejauh mungkin dari keluarga yang tidak pernah peduli terhadapnya.

Hingga tanpa sadar Aleena menabrak seorang pria. Dia berkerut, berusaha untuk bisa melihat dengan jelas walaupun itu adalah hal yang percuma. Namun, sudut bibir Aleena langsung terangkat ketika dalam pandangannya nampak seorang pria tampan. 

***

Bersambung~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status