Share

56. Perselisihan Keluarga

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

"Apa benar yang dikatakan, Adik, Mi?" bentak Nareswara. Tubuhnya begitu lemah sekarang. Untuk berdiri saja, lelaki itu rasanya tak sanggup.

"Nggak seperti itu, Pi. Anggita pasti salah paham. Aku nggak pernah berniat membunuh siapa pun," elak Hawa.

"Benarkah?" tanya Anggita. Dia mengeluarkan ponsel dari tasnya. Lalu, memutar sebuah rekaman video. "Coba Papi dengarkan ini."

Semua orang serius menonton rekaman video.

"Hawa!" bentak Nareswara, "begitu keji hatimu. Apa yang nggak aku berikan untukmu sebagai seorang istri dan menantu di keluarga ini. Mengapa kamu masih bisa berbuat demikian?"

"Pi, bukan itu maksudku." Hawa segera berdiri. Mendekati Nareswara dan memegangi lututnya. "Maaf, Mami cuma ingin mempertahankan nama baik keluarga Zafir. Jika orang-orang tahu bahwa Papi punya anak haram, maka kehormatan keluarga Zafir akan tercemar."

"Tutup mulutmu, Hawa," sentak Ranti, "Andini bukan anak haram. Dia terlahir dari pernikahanku dan Nares. Perkawinan kami sah di m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   57. Gawat

    Happy Reading*****Nareswara berteriak memanggil sopir, sedangkan Hawa memegang kepala Anggita. Andini dan Ranti berada di bagian kaki perempuan hamil itu. Semua orang memanggil dan menepuk-nepuk pipi serta bagian tubuh lainnya untuk membangunkan Anggita."Ada apa, Pak?" tanya sopir sambil membungkukkan badan. "Siapkan mobil. Bawa Anggita ke rumah sakit." Nareswara segera membopong si bungsu. Diikuti Hawa dan lainnya di belakang. Mobil keluarga Zafir melaju dengan kecepatan tinggi, sementara Andini dan Ranti mengikuti di belakangnya. "Din, hubungi Rasya. Dia harus tahu kondisi Anggita," pinta Ranti.Sambil menyetir, Andini menghubungi Rasya. Namun, panggilannya tak juga terjawab walau sudah beberapa kali menelepon. "Ke mana dia pergi?" ucap Andini lirih. "Kenapa? Apa telponmu nggak diangkat?" Andini menggelengkan kepala. "Biar aku telpon Bisma saja," putus ibu satu anak itu setelah melirik arlojinya. "Kenapa harus Bisma. Apa nggak ganggu sekolahnya?""Sudah jam istirahat, Bu.

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   58. Kabar Duka

    Happy Reading*****Ranti semakin gugup ketika ditatap semenakutkan itu oleh Hawa. Nareswara dan Andini bahkan memegangi kedua tangan wanita paruh baya tersebut. Namun, Hawa menepis kedua tangan yang menghalanginya. Seperti kerasukan, dia melangkah semakin dekat pada Ranti. Andini dan Nareswara tak lagi bisa mencegah pergerakannya. Tanpa di duga oleh kedua orang itu, Hawa menekuk lutut dan menjatuhkan diri ke lantai."Tolong maafkan semua salahku, Ran. Maaf jik selama ini aku sudah begitu menyakitimu," ucap Hawa tanpa diduga oleh Andini dan Nareswara.Dia yang selama ini begitu angkuh dan tak mau mengalah pada siapa pun. Entah mengapa, hari ini tiba-tiba bertekuk lutut di hadapan Ranti bahkan meminta maaf seperti sekarang. "Wa, apa yang kamu lakukan?" tanya Ranti. Kedua tangannya memegang tubuh nyonya Zafir. "Berdiri, Wa. Kamu nggak boleh melakukan hal begini. Ini tempat umum. Jangan sampai memalukan nama baik keluarga besar Zafir. Jika ada yang mengenalmu gimana nantinya?""Aku ngg

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   59. Kabar Duka 2

    Happy Reading*****"Ran, tolong jelaskan," pinta Nareswara. Lelaki itu masih memeluk sang istri walau tatapannya mengarah pada sang mantan. "Putranya Anggita meninggal sesaat setelah dilahirkan. Tim medis sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi nyawa bayi itu nggak tertolong," jelas Ranti."Maafkan Mami, Pi," ucap Hawa sambil terisak. Perempuan itu mengurai pelukannya dan menatap sang suami yang sedang memejamkan mata. "Mungkin ini balasan dari perbuatan jahat Mami pada Ranti.""Wa, jangan katakan itu lagi. Aku nggak pernah bermaksud untuk membalasmu," sahut Ranti disertai gelengan kepala. "Kenapa Mami bisa ngambil kesimpulan seperti itu? Semua takdir ini sudah digariskan jauh sebelum kelahiran kita. Jadi, nggak ada yang perlu di sesali," kata Nareswara berusaha membesarkan hati istrinya."Betul, Wa. Lupakan kejadian itu. Aku jug nggak ingat sudah mengutukmu seperti itu. Maafkan aku." Penuh ketulusan, Ranti menyodorkan tangannya untuk meminta maaf."Kamu nggak salah, Ran. Aku yan

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   60. Hancur

    Happy Reading*****"Hati-hati, Mbak," teriak Nareswara ketika Andini tak lagi mendengarkan perkataannya. "Semoga nggak terjadi apa-apa sama Rasya," ucap Ranti. Dia masih memeluk Hawa yang terisak."Semua ini salahku. Harusnya, aku mengatakan sejak dulu. Rasya pasti sangat terluka dengan semua kenyataan ini," kata Hawa."Sebuah keputusan akan selalu mendatangkan resiko. Kita harus siap menghadapi semuanya," sahut Nareswara. Kalau boleh jujur, saat ini hatinya tengah hancur melihat penderitaan anak-anaknya. Anggita masih berjuang di ruang UGD untuk melahirkan penerus keluarga. Kini, Nareswara harus mendengar kabar buruk tentang si sulung. Walaupun tak tahu apa yang terjadi, tetapi melihat gelagat Andini yang begitu panik. Pasti sesuatu telah terjadi pada Rasya.Melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh, Andini tak lagi memikirkan keselamatannya, dia bahkan lupa untuk menjemput sang buah hati hingga salah satu guru menginfokannya. Di tengah kepanikannya, Andini terpaksa meminta tol

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   61. Patah Hati Terberat

    Happy Reading*****Andini terpaksa memeluk Rasya erat, melingkarkan kedua tangannya ke leher si lelaki. "Jangan lakukan itu. Apa kamu nggak kasihan pada Bisma? Jika kamu melakukannya, dia pasti akan sangat terpukul. Selama ini, hanya kamu yang dia anggap sebagai papanya." Tangis Andini pecah. Davit yang semula menyangka jika hubungan keduanya akan segera mendapat restu. Kini, terlihat syok. Dia tidak pernah menyangka jika keduanya memiliki jalinan kasih yang cukup rumit.Bertahun-tahun berusaha melupakan Andini dan setelah keduanya hampir menyatu, takdir berkata lain. Sungguh miris, Davit tak sanggup membayangkan jika dirinya berada di posisi Rasya."Ras, jangan begini," sahut Davit, "apa yang dikatakan Andini benar. Apakah kamu rela membiarkan kesayanganmu itu menangis sepanjang hidupnya karena nggak bisa ketemu papanya lagi. Kamu rela, Bisma hidup di bawah asuhan Raditya yang bejat itu?"Lelaki yang terlalu banyak meminum alkohol itu mendongak, bergantian menatap Andini dan Davit.

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   62. Mencoba Tenang

    Happy Reading*****Raditya mendorong tubuh sang istri. Tatapannya begitu tajam, menguliti Andini."Papa itu cowok apa bukan? Kenapa kelakuannya selalu menyakiti Mama. Bukankah seorang lelaki itu harus melindungi perempuan?" kata Bisma berteriak sambil mendongakkan kepala pada Raditya. "Egois. Kamu nggak tahu kejadian sebenarnya. Jangan asal nuduh. Bukankah kamu sendiri berselingkuh di belakang Andini bahkan sudah berlangsung bertahun-tahun?" tambah Pratiwi. Lalu, dia berdiri di sisi sahabatnya. "Maaf, aku terpaksa membawanya ke sini. Aku nggak mau rumahmu dihancurkan oleh lelaki nggak berguna seperti dia.""Nggak papa, Wi," sahut Andini disertai gelengan. Dia tidak menyalahkan sahabatnya yang sudah membawa Raditya ke rumah Rasya. "Heh. Kalian berdua itu sama saja. Perempuan yang suka menyodorkan tubuhnya pada lelaki kaya. Bukankah kamu juga berselingkuh dengan Davit. Nggak takut, nih, kalau istrinya Davit tahu?" ejek Raditya sengaja memprovokasi sahabat Andini.Sebuah tamparan kera

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   63. Memilih Pergi

    Happy Reading *****Tiga hari sudah sejak Anggita melahirkan dan hari ini, ibu muda itu diperkenankan untuk pulang. Kejadian tiga hari lalu sangat membekas di hati Andini, walau Hawa sudah menerimanya sebagai bagian dari keluarga Zafir. Namun, kehadiran Kamelia saat itu seakan menegaskan bahwa perempuan berjilbab itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk berdekatan dengan Rasya.Hawa sudah mengumumkan secara sepihak bahwa pesta pertunangan Rasya dan Kamelia akan segera dilangsungkan setelah putrinya Anggita diperbolehkan pulang. Ikhlas, mungkin hanya satu kata itu yang harus ditanamkan si hati mamanya Bisma. Bagaimanapun dirinya dan Rasya ingin bersama, nyatanya takdir tak menyatukan keduanya. Seperti saat ini, sulung keluarga Zafir itu datang bersama Kamelia untuk menjemput kepulangan si bungsu. Anggita mentap tidak suka pada perempuan berpakaian minim di hadapannya. Apalagi melihat tangan Kamelia yang bergelayut manja pada lengan kanan Rasya."Mbak, Din," panggil Anggita pada Andi

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   64. Bebas

    Happy Reading*****Wajah-wajah tegang tampak pada semua orang yang ada di meja makan tersebut. Nareswara diam, tetapi tangannya segera merogoh saku. Mengeluarkan benda pipih miliknya. Beberapa detik kemudian, suaranya terdengar menyapa seseorang di seberang sana. "Masalah apa yang ada di pabrik baru kita? Kenapa aku baru mendengarnya dari Rasya saat ini?" tanya Nareswara pada lawan bicaranya.Di sebelah duduknya, Rasya mendengarkan penuh ketenangan. Dia sudah mempersiapkan semua itu. Sengaja menciptakan masalah di pabrik baru milik keluarganya demi menghindari pertemuan dengan Andini setiap hari. Rasya tak sekuat itu untuk tetap menganggap Andini sebagai adiknya. "Masalah biasa yang sering terjadi pada setiap pabrik baru, Pi. Wandra sedikit kesulitan menanganinya. Mungkin karena dia tidak terbiasa dan belum pernah hidup di Bali.""Baiklah, kamu boleh pergi ke Bali. Cuma pas tanggal pertunangan yang sudah disepakati kamu harus pulang, Mas.""Pi, kenapa terburu-buru. Masih ada banyak

Bab terbaru

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   76. Happy End

    Happy Reading*****Rasya sangat jengkel dengan tingkah Davit yang menyamar sebagai Andini. D jaia pun memukuli lelaki itu hingga mengaduh."Ampun ... Ampun. Adikmu tersayang yang nyuruh. Marahin dia saja," ucap Davit sambil menunjuk pada Anggita. "Ih, kok aku, sih?" sahut Anggita, "Mbak Tiwi, tuh. Dia yang ngasih ide." Menunjuk sahabat Andini yang tertawa lebar melihat ekspresi kecewa Rasya. "Sudah!" bentak Rasya, "sekarang mana istriku?""Ini," ucap Ranti dan Hawa bersamaan. Gamis putih perpaduan sutra satin dan berkata serta payet mutiara, melekat di tubuh Andini. Kerudung yang menutup dada dan menjuntai serta mahkota mutiara bertengger di kepala. Jangan lupakan make up natural yang makin menambah pesona kecantikan perempuan itu berlipat ganda. Senyum penuh kebahagian menambah kilau kecantikannya bersinar. Rasya dibuat terpukau dengan sosok wanita yang kini sedang berjalan mendekatinya. Tanpa kedip, dia terus menatap Andini. Seorang perempuan yang sudah sangat lama dicintai. Se

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   75. Pernikahan

    Happy Reading*****Niat hati ingin berduaan dan menyatakan cinta pada sang pujaan malah gagal total. Seluruh keluarga Rasya dan Andini ada di restoran itu. Tangan Nareswara bahkan sudah bertengger pada telinga kiri. "Papi itu nggak percaya kalau Mas ngomong mau jemput Andini. Pasti kayak gini hasilnya," ucap Nareswara. "Hmm, Mas," sahut Hamni."Padahal tinggal nunggu beberapa hari lagi. Masak iya sudah nggak tahan pengen berduaan," tambah Hawa. Rasya meringis sambil menggaruk kepalanya. "Kok pada tahu kalau Mas di sini, sih?""Jelas kami tahu. Ada mata-mata yang akan mengatakan perilakumu, Mas," sahut Dzauhari. "Ayah kok ikut-ikutan, sih?" Wajah ditekuk-tekuk karena kesal rencana manisnya dengan Andini gagal, Rasya memajukan bibirnya. "Makanya, Pa. Kalau punya rencana ajak-ajak Adik biar nggak gini kejadiaannya," celetuk Bisma. "Eh, kok nggak belain Papa?" Rasya menggerak-gerakkan bibir, lucu sekali tingkah sang pemimpin grup Zafir itu. Andai para karyawannya tahu, apa mungkin

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   74. Gagal

    Happy Reading*****"Sudahlah, Nak. Nggak usah tanya untuk apa beliau meminta cincin ini," ucap Hamni. Dia mulai melepas cincin yang dibelikan sang suami sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang ke 25 waktu itu. "Ibumu benar, Nak," tambah Dzauhari. "Ayah bisa membelikan ibumu cincin yang seperti itu lagi nantinya."Walau keberatan, Rasya tetap menganggukkan kepala. Perlahan Hamni melepaskan cincin yang diminta oleh Nareswara. "Ini, Pak." Menyerahkan pada lelaki yang tengah berbaring di ranjang kesakitan itu, Hamni menampilkan senyumnya."Tolong kamu pasangkan ke hari manis Mbak Andini. Sebelum terjadi hal-hal yang nggak diinginkan, saya mau melihatnya menjadi calon menantumu.""Papi," panggil Andini dan Rasya bersamaan. Mereka juga saling tatap. Tidak menyangka sama sekali jika Nareswara punya niat seperti itu."Papi nggak tahu sampai kapan hidup. Jadi, sebelum Papi dipanggil sama Allah, Papi mau kalian saling terikat satu sama lain."Andini meletakkan jari telunjuknya ke

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   73. Akhirnya

    Happy Reading*****Anggita mendekat pada Nareswara. Tangannya berusaha melepaskan cekikan di leher Hawa. "Pi, pliss jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua dengan tenang. Biarkan Mami menceritakan semuanya.""Pi, benar katanya Adik. Nggak akan ada penyelesaian jika kita mengedepankan emosi," tambah Andini. Dia juga berusaha melepaskan pegangan tangan Nareswara pada leher Hawa. "Istighfar, Pi."Nareswara menghela napas. Perlahan, dia mengendurkan pegangannya pada leher sang istri. "Astagfirullah," ucapnya pelan.Sementara di seberang duduknya, Rasya dan orang tua kandungnya melihat dengan diam. Mereka tidak akan menambah kekeruhan permasalahan yang ada dengan membuka suara. "Jadi, katakan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rasya sampai nekat akan melamar Andini yang jelas-jelas diketahui adalah adiknya," pinta Nareswara ketika Hawa terlihat jauh lebih tenang. "Berjanjilah, Papi nggak akan menceraikan Mami atau marah lagi," pinta Hawa. Sorot mata penuh ketakutan dan keput

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   72. Harus Jujur

    Happy Reading*****"Iya, saya," kata seorang perempuan berjilbab yang di sebelahnya berdiri Rasya dan Dzauhari. "Apa kabar, Mbak?""Kalian kok bisa kenal sama Rasya padahal nggak pernah bertemu sama sekali?" tambah Nareswara, "ayo duduk."Walau sedikit terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang. Nareswara tetap ramah dan menerima kedatangan Dzauhari dan Hamni. "Mbak minta tolong sama Bibi buatkan minuman untuk mereka," tambah Nareswara pada Andini. Sementara Hawa, dia diam bak patung, menjawab pertanyaan yang Hamni ajukan saja, tidak dilakukan. Tak disangka, mamanya Arvan mendekati Hamni dan memeluk. Mereka saling sapa dengan cipika-cipiki. Rasya menatap curiga pada Hamni. "Apa kabar, Mbak? Lama nggak ketemu, balik Banyuwangi nggak kabar-kabar. Tahu gitu tak jemput lho di bandara," ujar perempuan yang diketahui bernama Sarita, ibunya Arvan."Kabar baik, Rit. Maaf, ya, aku dadakan ini pulangnya. Jadi, nggak sempat kabar-kabar.""Yah, kok ibu kenal?" bisik Rasya pada Dzauhari. "B

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   71. Syarat

    Happy Reading*****"Kami, cuma bisa memberikan ini untuk kebahagianmu, Nak. Kapan pun kamu meminta kami untuk menghadap Pak Nareswara dan Mbak Hawa, kami siap," ucap Hamni."Benar, Nak. Nggak perlu nunggu besok atau lusa. Sekarang pun, kita bisa kembali kalau kamu mau," tambah Dzauhari."Ayah, Ibu, sekali lagi terima kasih. Aku nggak tahu bagaimana harus membalas semua ini," ucap Rasa begitu terharu.Para pekerja yang melihat adegan mengharukan di depan mereka, tak kuasa membendung air mata. Mereka begitu terharu, setelah sekian lama kebahagiaan itu akhirnya datang pada atasan mereka. "Mungkin, besok pagi. Aku kembali ke Banyuwangi, Pak. Gimana?""Nggak masalah, Nak." Dzauhari menaikkan garis bibirnya. "Gimana kalau menggunakan perjalanan darat saja, Nak. Ibu dengar, besok penerbangan Banyuwangi-Bali ditiadakan karena cuaca memburuk," tambah Hamni."Sepertinya iya, Bu. Aku barusan dapat kabar dari Adipati. Nggak ada tiket ke sana untuk besok."Pasangan itu tersenyum. "Biar sopir

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   70. Kado Istimewa

    Happy Reading*****Rasya mencengkeram erat kerah kemeja lawan bicaranya. Berani sekali Arvan menghubungi Nareswara di saat dia belum bisa menjelaskan semua kebenaran dan menunjukkan bukti kebenaran yang membuatnya bisa menikahi Andini. "Dari awal, aku sudah tahu apa tujuan pertemuan ini. Jadi, aku sengaja meminta pendapat Om Nares," jelas Arvan dengan suara tercekat akibat tangan Rasya yang berada di lehernya. "Nggak usah macam-macam, Mas. Papi yang meminta Arvan. Lebih baik kamu pulang sekaran. Kita selesaikan semua masalah ini di rumah," ucap Nareswara dari ponsel milik Arvan.Rasya melepaskan tangannya, lalu mematikan sambungan yang menghubungkan Arvan dengan papinya.Melirik sang asisten, Rasya berkata, "Tiketku, apa sudah siap?""Siap, Bos. Satu jam lagi, penerbangannya," ucap Adipati. "Bagus, kamu suruh orang bawa mobilku pulang dan antar aku ke bandara."Sulung keluarga Nareswara itu langsung meninggalkan Arvan tanpa pamit. Tak perlu pulang ke rumah besar Zafir lagi dan men

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   69. Langkah Selanjutnya

    Happy Reading*****"Tante, minum ini," pinta Andini sambil menyodorkan segelas air. "Mami kenapa, sih?" Kening Nareswara berkerut. "Bukankah orang yang ditanyakan Mas Rasya itu adalah salah satu pegawai di keluargamu dulu?"Hawa memilih diam sejenak sambil meminum air yang diberikan Andini. "Iya. Papi masih ingat sama mereka?" Bukannya menjawab, Hawa malah memberikan pertanyaan aneh itu."Ingat banget, Mi. Saat Papi menjemputmu di rumah Ayah waktu itu, Mbak Hamni terlihat begitu sedih melihat Mas Rasya. Mungkin dia kepikiran sama anaknya.""Memang anaknya kenapa, Pi?" tanya Rasya dan Andini bersamaan. "Sudahlah, mereka cuma mantan pegawai Kakek kalian. Nggak ada sesuatu yang istimewa," sahut Hawa."Kenapa menanyakan tentang mereka, Mas?" tanya Nareswara. Rupanya, lelaki itu masih sangat penasaran. "Apa kalian pernah bertemu sebelumnya?"Pandangan Rasya menyapu semua anggota keluarganya. Lalu, dia menjatuhkan tatapan penuh selidik pada sang Mami. "Waktu ini, Mas, nggak sengaja ketem

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   68. Tentang Sebuah Nama

    Happy Reading*****Ditanya dengan pertanyaan yang menyudutkan dirinya, Rasya tetap tersenyum. Sebelum sampai di rumah besar Zafir, lelaki itu sudah mengumpulkan banyak informasi tentang Arvan. Semula, sulung Nareswara itu berusaha legowo. Namun, ketika membaca slide akhir data yang dikirim Adipati, seketika perasaan tak rela muncul kembali. "Untuk apa aku mengada-ada. Semua ini nggak bakalan terjadi jika kamu menjaga perilakumu selama ini terhadap wanita. Jangan kira, aku nggak tahu sifat burukmu, Van," ancam Rasya. "Mas, duduk dulu, deh. Kamu tiba-tiba pulang nggak ngabari Papi. Ada apa sebenarnya?" Daripada mempermasalahkan keberatan si sulung, Nareswara lebih khawatir melihat Rasya. Badan yang terlihat lebih kurus dengan kumis dan jambang belum dirapikan. Biasanya, si sulung tak pernah terlihat seberantakan itu. Nareswara semakin khawatir ketika wajah pucat Rasya terlihat dengan jelas.Duduk di sebelah Nareswara, Rasya menatap sekelilingnya bergantian. Pandangan terakhir dia tu

DMCA.com Protection Status