Kali ini Kaila mulai beringsut mundur perlahan hingga mentok ke sandaran ranjang. Apalagi melihat Melviano yang merangkak naik ke atas kasur dengan gaya yang begitu amat menakutkan.
Dalam hati Kaila selalu berdoa, ia belum siap melepas virginnya ini. Gila aja sih, masa iya mau digarap langsung sih?! Nanti malam ‘kan ada acara lagi, bagaimana kalau nanti sampai nggak bisa jalan? Bisa bahaya delapan enam kalau begini. Dengan cepat Kaila menendang Melviano hingga terjungkal ke bawah lantai.
“Awww, fuck!” Melviano menggeram kesakitan kala Kaila menendang tepat kena juniornya itu.
Dengan rasa takut, Kaila langsung melihat Melviano yang masih meringis kesakitan sambil memegangi area aset berharganya.
Sungguh Kaila nggak sengaja tadi, niatnya mau nendang daerah perut tapi nggak tahu kenapa meleset kesitu.
“Ma-ma-maaf,” cicit Kaila dengan takut kala melihat Melviano sudah berdiri dan pergi berjalan meninggalkan Kaila sendirian di kamar hotel yang sudah didesain seperti kamar pengantin.
Kaila bernapas lega kala Melviano sudah pergi ke luar dari kamar. Tapi kira-kira dia mau kemana ya? Pertanyaan itu terus menerus bercokol dipikiran Kaila. Hingga tak terasa ada bunyi ketukan pintu kamar hotelnya.
Dengan cepat Kaila membuka pintu tanpa mau melihat terlebih dahulu siapa yang datang.
“Kai, belum ganti?” tanya Rania kala melihat anaknya masih pakai gaun pengantin.
“Belum Mah,” balas Kaila lesu.
Rania melongok ke dalam memastikan keadaannya. “ Melvin mana?” tanya Rania kala tak melihat sesosok Melviano.
“Keluar.”
“Loh, kemana? kalian nggak....”
“Apasih Mah, ini masih sore. Jangan mulai deh,” sungut Kaila sambil mencoba membuka gaunnya.
“Sini mamah bantu,” Rania langsung maju menuju ke Kaila dan membantu membuka resleting gaunnya.
“Makasih Mah, Kaila mandi dulu,” ujar Kaila kala gaunnya sudah terlepas dari tubuhnya.
“Yaudah kalau udah selesai mandi jangan lupa turun ke bawah makan bersama. Jangan lupa ajak Melvin sekalian,” ujar Rania dan pergi meninggalkan Kaila yang masih diam membisu.
Lagi-lagi Kaila mengembuskan napasnya dengan panjang. Tidak habis pikir kalau hidupnya akan berubah dengan sekejap. Sekarang statusnya sudah jadi istri saja. Kaila menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran yang tidak-tidak tentang kehidupan ke depannya. Dan dengan segera Kaila memasuki kamar mandi untuk membilas tubuhnya yang sudah terasa lengket itu.
Di tempat lain sekarang Melviano sedang merecoki kamar Mikaila. Ia sedang mengganggu adiknya itu. Sudah lama juga ‘kan mereka berdua tidak berantem.
“Ya ampun, ngapain sih pengantin tuh disini!” ujar Mikaila dengan sewot karena acara istirahatnya diganggu oleh kakaknya yang kurang ajar.
“Numpang tidur bentar terus mandi,” jawab Melviano asal sehingga membuat Mikaila memutarkan bola matanya jengah.
“Lagian lo kan udah ada kamar Kak, terus juga sudah nikah ada istri. Mana cakep pula anaknya.”
“Ck,” Melviano berdecak sebal. Memang sih Kaila cakep tapi bukan tipe wanitanya gimana dong? Melviano itu suka wanita yang seksi juga menggairahkan, bukan kaya Kaila yang masih ingusan gitu. Emang bocah ingusan itu bisa muasin dirinya apah?! Melviano nggak yakin sih, paling digarap satu ronde saja sudah minta ampun.
“Kak, malahan ngelamun lagi.” Mikaila memukul bahu Melviano karena kesal ucapannya dari tadi tidak didengarkan.
“Yaudah gue numpang mandi,” ucap Melviano cepat dan langsung masuk ke kamar mandi.
Mikaila hanya geleng-geleng melihat kelakuan kakaknya itu. Nggak nyangka aja itu orang udah nikah, Mikaila memikirkan apakah nanti kakaknya itu bisa menjalani kehidupan rumah tangganya itu? Apalagi kakaknya masih suka gonta-ganti wanita setiap malam. Ya semoga saja dengan menikah kakaknya bisa berubah. Semoga.
Tiga puluh menit kemudian.
Baik Melviano dan Mikaila sudah siap-siap akan turun ke ballrom kembali untuk melanjutkan acara pernikahannya. Pada malam hari acara dan tema yang diusung lebih friendly dan bebas. Tidak seperti tadi pagi harus memakai dress code yang sudah ditentukan.
Melviano mencoba melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan Kaila. Matanya memicing kala melihat wanita berpakaian yang sangat terbuka dibagian punggungnya. Bukan apa atau gimana, tapi Kaila nanti masuk angin gimana? Dengan langkah cepat Melviano menghampiri Kaila yang tengah asyik tertawa. Entah dia sedang menertawakan apa, yang jelas terlihat bahagia sekali.
“Ehem,” deham Melviano dan langsung melingkarkan tangannya dipinggang Kaila dengan begitu posesif.
Kaila yang diperlakukan seperti itu merasa sangat kaget. Ini seriusan Melviano yang tadi sore udah ngambek pergi dari dalam kamarnya itu? Kaila merasakan kalau tangan Melviano meremas pinggangnya kuat-kuat.
“Sayang,” ucap Melviano dengan lembut.
Kaila langsung melongo kala mendengar Melviano mengucapkan kata ‘sayang’ kepada dirinya. Ini Melviano kesambet setan hotel nggak sih? Tolong dong jangan pergi setannya, tetap awet disini aja.
“Iya,” balas Kaila tak kala lembut juga tersenyum yang dipaksakan.
“Dia siapa? Kenapa nggak dikenalin sama aku?” ujar Melviano kala melihat pasangan yang sangat kontras itu. Wanitanya ini masih sangat muda banget seperti umuran Kaila, tapi laki-lakinya ini seperti om-om saja.
“Oh, ini teman aku. Kenalin ini Debi sama Donat eh Doni maksud aku,” Kaila langsung meralat ucapannya kala Doni sudah melototinya dengan isyarat protes.
Dengan cepat Debi dan Doni bersalaman dengan Melviano sambil mengucapkan selamat. Namun Debi membisikan sesuatu kepada Kaila yang hanya bisa didengar mereka berdua.
“Ganteng banget, pasti nanti malam oke banget performanya. Udah keliatan dari tubuhnya yang aww kekar,” bisik Debi sambil tersenyum dan cipika-cipika agar tidak terlalu ketara.
Akhirnya mereka berempat melakukan selfi, karena tadi Debi yang meminta berfoto bersama katanya sih biar cepat nular cepat nikah. Padahal kalau mau nikah mah Doni sudah siap, Cuma kadang Debinya yang masih labil.
Setelah kepergian Debi dan Doni. Dengan cepat Melviano langsung melepaskan pelukannya, tatapannya berubah kembali dingin lagi dan itu membuat Kaila bingung juga merasa aneh dengan Melviano.
Suara pengumuman pembawa acara membuat Kaila dan Melviano untuk segera berdiri di tempat pelaminan kembali. Mereka akan melakukan sesi foto kembali juga acara lempar bunga. Karena acara malam diatur untuk tamu undangan khusus anak-anak muda saja.
Baik Kaila dan Melviano menerima ucapan selamat terus menerus sampai merasa tangannya pegal kembali dan juga merasakan kebas. Hingga tiba acara lempar bunga, Kaila berdiri ditengah untuk melemparkan bunga kearah belakang namun yang mendapatkan bunga itu justru Mikaila adik iparnya sendiri. Semua bersorak juga merasa senang dengan acara malam ini.
Hari sudah mulai larut, tamu satu persatu sudah mulai pamit untuk pulang. Hanya beberapa tamu yang sedang mengobrol dengan ayah Melviano. Mungkin itu salah satu rekan bisnisnya.
Lagi-lagi Kaila sudah menguap merasa sangat ngantuk. Jujur saja Kaila tidak kuat untuk bergadang, mentok tidur malam itu jam sembilan malam. Sedangkan ini sudah jam satu dini hari dan sudah dipastikan Kaila sangat ngantuk juga begitu lelah.
“Ck,” decak Melviano sebal meliat Kaila yang menguap terus-terusan.
“Namanya juga ngantuk.” Kaila menjawab tak terima dengan ejekan Melviano.
“Gimana nanti kalau suami minta jatah,” ucap Melviano lalu pergi meninggalkan Kaila yang berdiri mematung mencerna ucapan Melviano.
“Minta jatah? Jatah apaan? Ngawur banget sih tuh orang,” gumam Kaila pada dirinya sendiri. Hingga tak sadar Rania datang menghampirinya.
“Kai, kalau mau istirahat kamu istirahat dulu aja gih, acara juga sudah selesai kok, palingan itu tinggal sisa rekan kerja mertua kamu saja.”
Kaila mengangguk sambil menutupi mulutnya yang sudah menguap kembali. Kali ini untung pakaiannya lebih simple jadi Kaila masih bisa berjalan kearah kamar hotel yang sudah dibooking.
Kaila membuka kamar hotel itu dengan lemas karena tenaga benar-benar dikuras habis hari ini. Namun kenapa kamar hotelnya terang benderang? Memang siapa yang masuk? Apa maling? Nggak mungkin dong hotel semewah Ritz Carlton bisa ada maling.
Dengan cepat Kaila melepaskan high hellnya dan mencoba langsung tidur, Kaila masa bodoh dengan sisa make up yang masih menempel di mukanya itu. Kaila sudah tidak kuat untuk bersih-bersih.
Baru akan memejamkan mata, pintu kamar mandi terbuka lebar dan menampilkan sesosok laki-laki yang begitu hot, badannya yang tercetak begitu sempurna membuat siapapun yang melihat pasti ngiler, pahatan demi pahatan sesuai dengan porsinya.
Melviano berjalan kearah lemari sambil mengacak-acak rambutnya yang terlihat basah itu, handuknya pun hanya sebatas pinggang yang agak terlihat melorot sehingga terlihat bentuk perutnya yang sixpack itu. Melviano mengeryit kala melihat Kaila sedang menatapnya tanpa berkedip, Melviano berpikir bukannya itu bocah tadi udah tidur kenapa sekarang malah duduk menatapnya terus menerus seperti ini?
Dengan langkah cepat Melviano menghampiri Kaila yang masih terbengong menatap Melviano.
Dengan cepat Kaila sadar, kalo objek yang ditatapnya sudah menuju kearahnya. Bahaya ini bahaya, mana Melviano pakai handuk doang lagi, kalau melorot gimana? kan bisa kelihatan itunya. Nggak bisa dibiarkan.
“Tidaaaaaakkkkkk!” teriak Kaila dengan kencang sehingga membuat Melviano sangat kaget dan berhenti sebelum sampai kearah Kaila.
Saat ini Melviano sedang menatap kebingungan wanita di depannya ini. Sebab Melviano tidak melakukan apapun tapi wanitu itu malahan teriak histeris seperti akan disembelih saja.Dengan cepat Melviano berjalan meninggalkan Kaila yang masih memejamkan mata dan melongo akibat teriakannya tadi. Melviano berpikir ia memiliki dosa apa sampai mempunyai istri absurd seperti itu.Melviano akan menggunakan pakaiannya didalam kamar mandi saja, dari pada nanti akan membuat wanita itu makin nggak waras. Melviano sadar betul kalau Kaila itu mengagumi tubuhnya yang tercetak dengan indah ini. Tapi Melviano bertekad tidak akan menyentuh istrinya itu, lagian tubuhnya saja tidak menggairahkan hasratnya sama sekali, terlalu kecil disemua bagian. Apa Melviano kasih vitamin kesuburan saja ya? Agar tubuh Kaila bisa berisi dibagian-bagian yang semestinya.Ah, sialan ... Kalau seperti ini gimana Melviano bisa mencari kepuasaan? Tidak mungkin ia pergi malam-malam begini mencari kelab malam untuk menuntaskan has
Melviano saat ini sedang mengguyur diri di bawah shower, ia berharap kejantanan ini cepat kembali normal. Rasanya tidak enak sekali jika tidak ada pelampiasan untuk melepaskan hasratnya ini.Sial. Bocah sialan. Awas saja kamu.Dengan terpaksa Melviano harus mengerluarkannya di luar dan bermain solo seperti ini. Benar-benar ngenes nasib jadi pengantin baru.Setelah kepergian Melviano yang masuk ke dalam kamar mandi, Kaila selalu menatap pintu kamar mandi dengan rasa was-was. Ia takut jika nanti Melviano keluar akan mengamuk dan menyeretnya keluar dari hotel ini. Apalagi melihat penampilannya saat ini yang masih menggunakan bathdrobe hotel. Tidak ... tidak... tidak! Kaila menggelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran negatif.Kaila masih terus saja menatap dan memantau pintu kamar mandi sambil menggigiti kukunya sendiri. Kaila berpikir kenapa Melviano mandi lama sekali? Memangnya apa yang sedang dia kerjakan di dalam sih? Kenapa mandinya melebihi seorang wanita? Apa ketuk saja pintun
Mall Pacific Place Jakarta.Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya. Selang beberapa menit kemudian.Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal
Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya."Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna."Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu."Makan.""Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila."Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?""Emang kenapa?" tanya Kaila heran."Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."
Kaila dan Melviano memasuki rumah yang sederhana. Kaila mengetuk pintu dan tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sesosok Rania."Eh pengantin baru ... kalian sudah pulang? Bukannya masih nginap disana?" tanya Rania bingung."Sudah cek out Mah, lagian saya harus urus beberapa dokumen," balas Melviano dengan sopan."Tau tuh Mah, ngeselin." Kaila seperti biasa, suka menggerutu."Hust kamu nggak boleh bilang seperti itu sama suami kamu," ucap Rania memperingatkan Kaila yang sering blong kalau berbicara."Nak Melvin, jangan diambil hati ya kalau Kaila ngomong. Dia emang begitu anaknya suka ceplas-ceplos sembarangan," ujar Rania tidak enak.Sedangkan Kaila hanya menatap mamahnya dengan kesal. Lagian disini yang jadi anaknya itu siapa sih? Kenapa mamahnya sekarang membela Melviano terus? Kalau begini terusan berasa jadi anak tiri." Yasudah Mah sampai kapan kita berdiri depan pintu begini kaya orang minta-minta," keluh Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sudah larut hanyut ke dalam alam bawah sadarnya. Ia merasa capek karena sudah berkeliling mal tadi.Kaila merasakan tubuhnya ada yang menggerayanginya dengan sangat intim. Tapi, kenapa ini rasanya seperti nyata sekali.Ada sebuah tangan yang menyentuh setiap inci tubuhnya ini. Dan tunggu ... kenapa tangan itu berhenti di area sensitifnya? Dan sumpah demi apapun ini rasanya seperti akan terbakar. Gairah dalam tubuhnya seakan ingin mencuat keluar.Tangan itu terus meraba-raba area sensitifnya hingga salah satu jarinya menggoda di dalamnya. Dan ... rasanya begitu enak dan nikmat. Ini rasanya benar-benar ingin terbang. Ya terbang langit ketujuh. Kaila melenguh, mendesah dalam waktu bersamaan. Hingga tak terasa Kaila merasakan seperti ingin pipis."Aaaahh, setop aku ingin pipis," ujar Kaila kepada laki-laki yang tidak terlihat wajahnya itu.Kaila merasakan tidak kuat menahan pipisnya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan m
Setelah kepergian Melviano ke kantor ayahnya, kini Kaila sedang menunduk menghadapi mamahnya, Rania.Kaila merasa malu juga takut. Sebab saat Rania masuk ke dalam kamar Kaila sempat sangat terkejut melihat sperei yang sangat berantakan mosak-masik.Rania menggelengkan kepalanya pusing. Sungguh kelakuan Kaila saat ini bikin migrain. Statusnya saja sudah istri tapi membereskan sperei saja tidak bisa."Kamu itu tidur apa perang sih Kai, sperei sampai amburadul begini," keluh Rania sambil membereskan ujung-ujung sperei."Tidur lah Mah, masa perang di kasur.""Terus ini kamu ganti sperei baru? Makanya kalau habis tempur sama suami itu jangan ganas-ganas toh. Sampai kaya kapal pecah gini," gerutu Rania melihat kamar Kaila berantakan sekali.Apa tadi bilang? Tempur sama suami? Ya ampun Mah, anakmu ini masih perawan lho.Kaila hanyan manyun-manyun saja saat mendengar kultum pagi Mamahnya itu. Orangnya sih pendiam kaya kak Nasya tapi kalau uda
Kaila saat ini sedang menunggu ojol alias ojek online. Tadi Kaila mengatakan kalau naik angkutan itu hanya kebohongan yang haqiqi saja. Yakali dari Pondok Labu ke Thamrin naik angkutan bisa tua di jalanan nanti. Belum kena macetnya sama gonta-ganti angkutan menuju Thamrin.Kaila mendesah lelah, terik matahari panas banget gila. Kaila langsung mengeluarkan handbody lotion untuk mengoleskan ke tangannya yang terasa kebakar itu. Kaila berpikir ia nggak hitam gara-gara kena sinar matahari, perawatan tubuh itu mahal. Apalagi harga skincare itu benar-benar nguras kantong. Kalau Kaila anak Sultan sih nggak masalah. Ini Kaila mau deketin anak sultan aja malahan kabur itu orangnya ke Surabaya. Ngomong-ngomong apa kabar Rezvan ya? Nanti tanya saja sama Donat, lagian dia teman akrabnya.Tiba-tiba saja ada pengendara motor berjaket hijau dan helm hijau. Pokoknya serba hijau. Dia berhenti depan Kaila dan melihat hape.“Mbak Dakota Johnson?” tanya Mas itu sambil m
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud