Kali ini Kaila mulai beringsut mundur perlahan hingga mentok ke sandaran ranjang. Apalagi melihat Melviano yang merangkak naik ke atas kasur dengan gaya yang begitu amat menakutkan.
Dalam hati Kaila selalu berdoa, ia belum siap melepas virginnya ini. Gila aja sih, masa iya mau digarap langsung sih?! Nanti malam ‘kan ada acara lagi, bagaimana kalau nanti sampai nggak bisa jalan? Bisa bahaya delapan enam kalau begini. Dengan cepat Kaila menendang Melviano hingga terjungkal ke bawah lantai.
“Awww, fuck!” Melviano menggeram kesakitan kala Kaila menendang tepat kena juniornya itu.
Dengan rasa takut, Kaila langsung melihat Melviano yang masih meringis kesakitan sambil memegangi area aset berharganya.
Sungguh Kaila nggak sengaja tadi, niatnya mau nendang daerah perut tapi nggak tahu kenapa meleset kesitu.
“Ma-ma-maaf,” cicit Kaila dengan takut kala melihat Melviano sudah berdiri dan pergi berjalan meninggalkan Kaila sendirian di kamar hotel yang sudah didesain seperti kamar pengantin.
Kaila bernapas lega kala Melviano sudah pergi ke luar dari kamar. Tapi kira-kira dia mau kemana ya? Pertanyaan itu terus menerus bercokol dipikiran Kaila. Hingga tak terasa ada bunyi ketukan pintu kamar hotelnya.
Dengan cepat Kaila membuka pintu tanpa mau melihat terlebih dahulu siapa yang datang.
“Kai, belum ganti?” tanya Rania kala melihat anaknya masih pakai gaun pengantin.
“Belum Mah,” balas Kaila lesu.
Rania melongok ke dalam memastikan keadaannya. “ Melvin mana?” tanya Rania kala tak melihat sesosok Melviano.
“Keluar.”
“Loh, kemana? kalian nggak....”
“Apasih Mah, ini masih sore. Jangan mulai deh,” sungut Kaila sambil mencoba membuka gaunnya.
“Sini mamah bantu,” Rania langsung maju menuju ke Kaila dan membantu membuka resleting gaunnya.
“Makasih Mah, Kaila mandi dulu,” ujar Kaila kala gaunnya sudah terlepas dari tubuhnya.
“Yaudah kalau udah selesai mandi jangan lupa turun ke bawah makan bersama. Jangan lupa ajak Melvin sekalian,” ujar Rania dan pergi meninggalkan Kaila yang masih diam membisu.
Lagi-lagi Kaila mengembuskan napasnya dengan panjang. Tidak habis pikir kalau hidupnya akan berubah dengan sekejap. Sekarang statusnya sudah jadi istri saja. Kaila menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran yang tidak-tidak tentang kehidupan ke depannya. Dan dengan segera Kaila memasuki kamar mandi untuk membilas tubuhnya yang sudah terasa lengket itu.
Di tempat lain sekarang Melviano sedang merecoki kamar Mikaila. Ia sedang mengganggu adiknya itu. Sudah lama juga ‘kan mereka berdua tidak berantem.
“Ya ampun, ngapain sih pengantin tuh disini!” ujar Mikaila dengan sewot karena acara istirahatnya diganggu oleh kakaknya yang kurang ajar.
“Numpang tidur bentar terus mandi,” jawab Melviano asal sehingga membuat Mikaila memutarkan bola matanya jengah.
“Lagian lo kan udah ada kamar Kak, terus juga sudah nikah ada istri. Mana cakep pula anaknya.”
“Ck,” Melviano berdecak sebal. Memang sih Kaila cakep tapi bukan tipe wanitanya gimana dong? Melviano itu suka wanita yang seksi juga menggairahkan, bukan kaya Kaila yang masih ingusan gitu. Emang bocah ingusan itu bisa muasin dirinya apah?! Melviano nggak yakin sih, paling digarap satu ronde saja sudah minta ampun.
“Kak, malahan ngelamun lagi.” Mikaila memukul bahu Melviano karena kesal ucapannya dari tadi tidak didengarkan.
“Yaudah gue numpang mandi,” ucap Melviano cepat dan langsung masuk ke kamar mandi.
Mikaila hanya geleng-geleng melihat kelakuan kakaknya itu. Nggak nyangka aja itu orang udah nikah, Mikaila memikirkan apakah nanti kakaknya itu bisa menjalani kehidupan rumah tangganya itu? Apalagi kakaknya masih suka gonta-ganti wanita setiap malam. Ya semoga saja dengan menikah kakaknya bisa berubah. Semoga.
Tiga puluh menit kemudian.
Baik Melviano dan Mikaila sudah siap-siap akan turun ke ballrom kembali untuk melanjutkan acara pernikahannya. Pada malam hari acara dan tema yang diusung lebih friendly dan bebas. Tidak seperti tadi pagi harus memakai dress code yang sudah ditentukan.
Melviano mencoba melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan Kaila. Matanya memicing kala melihat wanita berpakaian yang sangat terbuka dibagian punggungnya. Bukan apa atau gimana, tapi Kaila nanti masuk angin gimana? Dengan langkah cepat Melviano menghampiri Kaila yang tengah asyik tertawa. Entah dia sedang menertawakan apa, yang jelas terlihat bahagia sekali.
“Ehem,” deham Melviano dan langsung melingkarkan tangannya dipinggang Kaila dengan begitu posesif.
Kaila yang diperlakukan seperti itu merasa sangat kaget. Ini seriusan Melviano yang tadi sore udah ngambek pergi dari dalam kamarnya itu? Kaila merasakan kalau tangan Melviano meremas pinggangnya kuat-kuat.
“Sayang,” ucap Melviano dengan lembut.
Kaila langsung melongo kala mendengar Melviano mengucapkan kata ‘sayang’ kepada dirinya. Ini Melviano kesambet setan hotel nggak sih? Tolong dong jangan pergi setannya, tetap awet disini aja.
“Iya,” balas Kaila tak kala lembut juga tersenyum yang dipaksakan.
“Dia siapa? Kenapa nggak dikenalin sama aku?” ujar Melviano kala melihat pasangan yang sangat kontras itu. Wanitanya ini masih sangat muda banget seperti umuran Kaila, tapi laki-lakinya ini seperti om-om saja.
“Oh, ini teman aku. Kenalin ini Debi sama Donat eh Doni maksud aku,” Kaila langsung meralat ucapannya kala Doni sudah melototinya dengan isyarat protes.
Dengan cepat Debi dan Doni bersalaman dengan Melviano sambil mengucapkan selamat. Namun Debi membisikan sesuatu kepada Kaila yang hanya bisa didengar mereka berdua.
“Ganteng banget, pasti nanti malam oke banget performanya. Udah keliatan dari tubuhnya yang aww kekar,” bisik Debi sambil tersenyum dan cipika-cipika agar tidak terlalu ketara.
Akhirnya mereka berempat melakukan selfi, karena tadi Debi yang meminta berfoto bersama katanya sih biar cepat nular cepat nikah. Padahal kalau mau nikah mah Doni sudah siap, Cuma kadang Debinya yang masih labil.
Setelah kepergian Debi dan Doni. Dengan cepat Melviano langsung melepaskan pelukannya, tatapannya berubah kembali dingin lagi dan itu membuat Kaila bingung juga merasa aneh dengan Melviano.
Suara pengumuman pembawa acara membuat Kaila dan Melviano untuk segera berdiri di tempat pelaminan kembali. Mereka akan melakukan sesi foto kembali juga acara lempar bunga. Karena acara malam diatur untuk tamu undangan khusus anak-anak muda saja.
Baik Kaila dan Melviano menerima ucapan selamat terus menerus sampai merasa tangannya pegal kembali dan juga merasakan kebas. Hingga tiba acara lempar bunga, Kaila berdiri ditengah untuk melemparkan bunga kearah belakang namun yang mendapatkan bunga itu justru Mikaila adik iparnya sendiri. Semua bersorak juga merasa senang dengan acara malam ini.
Hari sudah mulai larut, tamu satu persatu sudah mulai pamit untuk pulang. Hanya beberapa tamu yang sedang mengobrol dengan ayah Melviano. Mungkin itu salah satu rekan bisnisnya.
Lagi-lagi Kaila sudah menguap merasa sangat ngantuk. Jujur saja Kaila tidak kuat untuk bergadang, mentok tidur malam itu jam sembilan malam. Sedangkan ini sudah jam satu dini hari dan sudah dipastikan Kaila sangat ngantuk juga begitu lelah.
“Ck,” decak Melviano sebal meliat Kaila yang menguap terus-terusan.
“Namanya juga ngantuk.” Kaila menjawab tak terima dengan ejekan Melviano.
“Gimana nanti kalau suami minta jatah,” ucap Melviano lalu pergi meninggalkan Kaila yang berdiri mematung mencerna ucapan Melviano.
“Minta jatah? Jatah apaan? Ngawur banget sih tuh orang,” gumam Kaila pada dirinya sendiri. Hingga tak sadar Rania datang menghampirinya.
“Kai, kalau mau istirahat kamu istirahat dulu aja gih, acara juga sudah selesai kok, palingan itu tinggal sisa rekan kerja mertua kamu saja.”
Kaila mengangguk sambil menutupi mulutnya yang sudah menguap kembali. Kali ini untung pakaiannya lebih simple jadi Kaila masih bisa berjalan kearah kamar hotel yang sudah dibooking.
Kaila membuka kamar hotel itu dengan lemas karena tenaga benar-benar dikuras habis hari ini. Namun kenapa kamar hotelnya terang benderang? Memang siapa yang masuk? Apa maling? Nggak mungkin dong hotel semewah Ritz Carlton bisa ada maling.
Dengan cepat Kaila melepaskan high hellnya dan mencoba langsung tidur, Kaila masa bodoh dengan sisa make up yang masih menempel di mukanya itu. Kaila sudah tidak kuat untuk bersih-bersih.
Baru akan memejamkan mata, pintu kamar mandi terbuka lebar dan menampilkan sesosok laki-laki yang begitu hot, badannya yang tercetak begitu sempurna membuat siapapun yang melihat pasti ngiler, pahatan demi pahatan sesuai dengan porsinya.
Melviano berjalan kearah lemari sambil mengacak-acak rambutnya yang terlihat basah itu, handuknya pun hanya sebatas pinggang yang agak terlihat melorot sehingga terlihat bentuk perutnya yang sixpack itu. Melviano mengeryit kala melihat Kaila sedang menatapnya tanpa berkedip, Melviano berpikir bukannya itu bocah tadi udah tidur kenapa sekarang malah duduk menatapnya terus menerus seperti ini?
Dengan langkah cepat Melviano menghampiri Kaila yang masih terbengong menatap Melviano.
Dengan cepat Kaila sadar, kalo objek yang ditatapnya sudah menuju kearahnya. Bahaya ini bahaya, mana Melviano pakai handuk doang lagi, kalau melorot gimana? kan bisa kelihatan itunya. Nggak bisa dibiarkan.
“Tidaaaaaakkkkkk!” teriak Kaila dengan kencang sehingga membuat Melviano sangat kaget dan berhenti sebelum sampai kearah Kaila.
Saat ini Melviano sedang menatap kebingungan wanita di depannya ini. Sebab Melviano tidak melakukan apapun tapi wanitu itu malahan teriak histeris seperti akan disembelih saja.Dengan cepat Melviano berjalan meninggalkan Kaila yang masih memejamkan mata dan melongo akibat teriakannya tadi. Melviano berpikir ia memiliki dosa apa sampai mempunyai istri absurd seperti itu.Melviano akan menggunakan pakaiannya didalam kamar mandi saja, dari pada nanti akan membuat wanita itu makin nggak waras. Melviano sadar betul kalau Kaila itu mengagumi tubuhnya yang tercetak dengan indah ini. Tapi Melviano bertekad tidak akan menyentuh istrinya itu, lagian tubuhnya saja tidak menggairahkan hasratnya sama sekali, terlalu kecil disemua bagian. Apa Melviano kasih vitamin kesuburan saja ya? Agar tubuh Kaila bisa berisi dibagian-bagian yang semestinya.Ah, sialan ... Kalau seperti ini gimana Melviano bisa mencari kepuasaan? Tidak mungkin ia pergi malam-malam begini mencari kelab malam untuk menuntaskan has
Melviano saat ini sedang mengguyur diri di bawah shower, ia berharap kejantanan ini cepat kembali normal. Rasanya tidak enak sekali jika tidak ada pelampiasan untuk melepaskan hasratnya ini.Sial. Bocah sialan. Awas saja kamu.Dengan terpaksa Melviano harus mengerluarkannya di luar dan bermain solo seperti ini. Benar-benar ngenes nasib jadi pengantin baru.Setelah kepergian Melviano yang masuk ke dalam kamar mandi, Kaila selalu menatap pintu kamar mandi dengan rasa was-was. Ia takut jika nanti Melviano keluar akan mengamuk dan menyeretnya keluar dari hotel ini. Apalagi melihat penampilannya saat ini yang masih menggunakan bathdrobe hotel. Tidak ... tidak... tidak! Kaila menggelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran negatif.Kaila masih terus saja menatap dan memantau pintu kamar mandi sambil menggigiti kukunya sendiri. Kaila berpikir kenapa Melviano mandi lama sekali? Memangnya apa yang sedang dia kerjakan di dalam sih? Kenapa mandinya melebihi seorang wanita? Apa ketuk saja pintun
Mall Pacific Place Jakarta.Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya. Selang beberapa menit kemudian.Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal
Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya."Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna."Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu."Makan.""Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila."Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?""Emang kenapa?" tanya Kaila heran."Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."
Kaila dan Melviano memasuki rumah yang sederhana. Kaila mengetuk pintu dan tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sesosok Rania."Eh pengantin baru ... kalian sudah pulang? Bukannya masih nginap disana?" tanya Rania bingung."Sudah cek out Mah, lagian saya harus urus beberapa dokumen," balas Melviano dengan sopan."Tau tuh Mah, ngeselin." Kaila seperti biasa, suka menggerutu."Hust kamu nggak boleh bilang seperti itu sama suami kamu," ucap Rania memperingatkan Kaila yang sering blong kalau berbicara."Nak Melvin, jangan diambil hati ya kalau Kaila ngomong. Dia emang begitu anaknya suka ceplas-ceplos sembarangan," ujar Rania tidak enak.Sedangkan Kaila hanya menatap mamahnya dengan kesal. Lagian disini yang jadi anaknya itu siapa sih? Kenapa mamahnya sekarang membela Melviano terus? Kalau begini terusan berasa jadi anak tiri." Yasudah Mah sampai kapan kita berdiri depan pintu begini kaya orang minta-minta," keluh Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sudah larut hanyut ke dalam alam bawah sadarnya. Ia merasa capek karena sudah berkeliling mal tadi.Kaila merasakan tubuhnya ada yang menggerayanginya dengan sangat intim. Tapi, kenapa ini rasanya seperti nyata sekali.Ada sebuah tangan yang menyentuh setiap inci tubuhnya ini. Dan tunggu ... kenapa tangan itu berhenti di area sensitifnya? Dan sumpah demi apapun ini rasanya seperti akan terbakar. Gairah dalam tubuhnya seakan ingin mencuat keluar.Tangan itu terus meraba-raba area sensitifnya hingga salah satu jarinya menggoda di dalamnya. Dan ... rasanya begitu enak dan nikmat. Ini rasanya benar-benar ingin terbang. Ya terbang langit ketujuh. Kaila melenguh, mendesah dalam waktu bersamaan. Hingga tak terasa Kaila merasakan seperti ingin pipis."Aaaahh, setop aku ingin pipis," ujar Kaila kepada laki-laki yang tidak terlihat wajahnya itu.Kaila merasakan tidak kuat menahan pipisnya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan m
Setelah kepergian Melviano ke kantor ayahnya, kini Kaila sedang menunduk menghadapi mamahnya, Rania.Kaila merasa malu juga takut. Sebab saat Rania masuk ke dalam kamar Kaila sempat sangat terkejut melihat sperei yang sangat berantakan mosak-masik.Rania menggelengkan kepalanya pusing. Sungguh kelakuan Kaila saat ini bikin migrain. Statusnya saja sudah istri tapi membereskan sperei saja tidak bisa."Kamu itu tidur apa perang sih Kai, sperei sampai amburadul begini," keluh Rania sambil membereskan ujung-ujung sperei."Tidur lah Mah, masa perang di kasur.""Terus ini kamu ganti sperei baru? Makanya kalau habis tempur sama suami itu jangan ganas-ganas toh. Sampai kaya kapal pecah gini," gerutu Rania melihat kamar Kaila berantakan sekali.Apa tadi bilang? Tempur sama suami? Ya ampun Mah, anakmu ini masih perawan lho.Kaila hanyan manyun-manyun saja saat mendengar kultum pagi Mamahnya itu. Orangnya sih pendiam kaya kak Nasya tapi kalau uda
Kaila saat ini sedang menunggu ojol alias ojek online. Tadi Kaila mengatakan kalau naik angkutan itu hanya kebohongan yang haqiqi saja. Yakali dari Pondok Labu ke Thamrin naik angkutan bisa tua di jalanan nanti. Belum kena macetnya sama gonta-ganti angkutan menuju Thamrin.Kaila mendesah lelah, terik matahari panas banget gila. Kaila langsung mengeluarkan handbody lotion untuk mengoleskan ke tangannya yang terasa kebakar itu. Kaila berpikir ia nggak hitam gara-gara kena sinar matahari, perawatan tubuh itu mahal. Apalagi harga skincare itu benar-benar nguras kantong. Kalau Kaila anak Sultan sih nggak masalah. Ini Kaila mau deketin anak sultan aja malahan kabur itu orangnya ke Surabaya. Ngomong-ngomong apa kabar Rezvan ya? Nanti tanya saja sama Donat, lagian dia teman akrabnya.Tiba-tiba saja ada pengendara motor berjaket hijau dan helm hijau. Pokoknya serba hijau. Dia berhenti depan Kaila dan melihat hape.“Mbak Dakota Johnson?” tanya Mas itu sambil m
Beberapa hari kemudian.Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”“Kalau begitu saya permisi dul
Melviano masih setia menunggu panggilan video call dirinya diangkat oleh Damian. Melviano sendiri mendesah kesal karena panggilannya lama sekali.“Ya, halo,” sapa Damian yang terlihat di sebuah ruangan gelap.“Sedang apa kau?”“Lagi menjalankan misi, ada apa?”“Gini, aku mau kasih tahu kalau Kaila sudah melahirkan.”“What, seriusan? Mana anakmu? Pasti tampan sepertiku.”“Shit! aku ini Daddynya, jelas tampan seperti diriku.”“Ya, terserah kau saja. Mana anakmu?”Melviano langsung mengarahkan kamera ponsel ke arah box bayi yang terdapat Matheo. Di sana, Melviano dapat melihat ekspresi Damian yang sangat kagum terhadap anaknya.“Sudah, anakku tampan kan?”“Iya tampan, mirip dengan Kaila.”“Fuck, dia mirip denganku.”“Rambutnya saja mirip denganmu. Semuanya mirip Kaila.”
“Kamu gila ah, Mel. Aku aja baru melahirkan rasanya sakit luar biasa, kamu udah pengin baby girls aja.” Kaila menggerutu mengenai bisikan Melviano yang menginginkan baby girls.“Iya kan nggak sekarang, kita program nanti.”“Udah lah, kita urus Mamat yang benar dulu. Aku mau pakai kb aja nanti.”“Jangan pakai kb.”“Kenapa? Nanti aku kebobolan gimana?”“Gapapa, kan ada aku yang tanggung jawab.”“Iya sih, tapi bukan masalah tanggung jawab atau gimana. Kamu baru aja lihat perjuanganku tapi udah pengin anak lagi,” dumel Kaila.“Iyakan itu hanya keinginan dan planing saja sayang.”“Ya udah simpan saja dulu planing buat baby girlsnya. Kita urus anak kita aja.”Selesai memberikan Asi kepada Matheo, kini keduanya saling istirahat. Melviano tidur di sofa kali ini atas perintah Kaila. Lagipula Kaila tak tega melih
Melviano tersenyum ketika sudah mempersiapkan nama yang bagus menurutnya. Melviano berdeham sejenak sebelum memberitahukan nama dari buah hatinya.“Namanya Matheo Demonte Azekiel.”“Whoa, nama yang bagus,” sahut Rania yang masih menimang cucunya.“Panggilannya apa nih?” tanya Nasya yang penasaran.“Mamat,” sambar Kaila dengan cepat.“WHAT.” Debi langsung terkejut mendengar nama panggilan yang diusung oleh Kaila.“Sayang, panggilannya jangan itu. Panggilannya Matheo.” Melviano membetulkan nama panggilan baby boy.“Mel, panggilan Matheo itu susah, lidah belibet jadi yang gampang aja sih, panggilannya Mamat.”“Hah, seriusan kamu, Kai?” tanya Nasya sedikit tak yakin.“Iya, seriusan dong.” Suara Kaila sangat menyakinkan semua yang ada di ruangan. Ia meringis menatap wajah pias suaminya.“Kaila, nama anak lo
Kaila menarik rambut Melviano dengan kuat sambil mengejan.“Aaaaaaaaaaaa,” teriak Kaila mengejan begitu kuat.“Ayo terus, lagi. Mengejan terus.”“Hooosst ... huuutff ....” Kaila merasakan sudah mengejan kuat, tapi kenapa bayinya belum keluar juga. Tenaga Kaila bahkan sudah lemas terkuras.Melviano sendiri memegang punggung Kaila untuk menahan tubuh Kaila. Rambutnya sebagai sasaran tangan Kaila ia abaikan, yang terpenting istri dan anaknya selamat.“Ayo sayang kamu pasti bisa,” ucap Melviano menyemangati. Wajah Melviano sendiri sudah tak karuan ekspresinya. Hanya ada satu ekspresi dalam diri Melviano, yaitu tegang.“Satu, dua, tiga, mengejan kua, ayo,” suara Dokter selalu mengintruksi Kaila agar segera mengejan kuat.“Aaaaaaaaa ... eghhhhhhhhh.” Kaila kembali lemas. Ia sudah habis tenaga, kenapa sulit sekali keluarnya. Kaila justru menangis karena proses pers
Melviano langsung masukl ke ruang bersalin. Ia menatap ke arah Kaila yang tengah meringis kesakitan. Rasa lelah dan kantuk dalam diri Melviano mendadak langsung hilang melihat perjuangan sang istri yang akan melahirkan buah cinta mereka.“Sayang.”Kaila langsung membuka matanya, ia tersenyum tipis di sela-sela rasa sakitnya. Kaila merasa senang dengan kehadiran suaminya, tanpa sadar air mata Kaila terjatuh dengan sendirinya.“Mel.”“Iya sayang. Kamu pasti kuat, kamu pasti bisa, ya.” Melviano menggenggam tangan Kaila erat. Tangan satunya ia gunakan untuk mengusap air mata Kaila yang terus mengalir.“Sakiiiiitt,” rintih Kaila.“Iya sayang, aku tahu kok itu pasti sangat sakit banget. Kamu boleh lakukan apapun ke aku agar bisa meredakan rasa sakitmu.”“Nggak kuat.”“Ssssttt ... jangan bilang begitu, kamu pasti kuat kok.”“Aahhhhhhhhh,&r
RUMAH SAKIT EZVAN MEDIKA.Kini Kaila langsung dilarikan ke IGD kemudian langsung dimasukkan ke ruang khusus bersalin (Vk). Kaila sedang menahan sakit yang mendera di perut bagian bawahnya. Kaila merasa tersundul perutnya dengan sangat dahsyat.“Awwww, sakit,” teriak Kaila yang sudah keluar keringat dingin di mana-mana.Rania pun diperbolehkan masuk untuk mendampingi pasien. Rania menangis melihat anaknya kesakitan seperti itu. Rania merasa lemas sendiri.“Mah ... sakiiiiiiit.”“Iya sayang, sabar ya.”Kini para tim medis bagian ruang bersalin langsung memeriksa kondisi Kaila. Salah satu seorang bidan memeriksa tekanan darah Kaila, serta mengecek jalannya lahir.“Pembukaan satu,” kata bidan itu sedikit lantang.“Whoa, udah pembukaan satu, Bu?”“Iya, sabar aja, ya. Memang seperti itu kalau mau melahirkan. Kontraksi terus menerus sampai pembukaan penuh. Jadi h
PESTA KEHAMILAN NASYA.SATU MINGGU KEMUDIAN.Sudah satu minggu kemudian tapi Melviano belum kunjung pulang ke Indonesia, semua ini membuat Kaila kesal juga khawatir. Apalagi, Kaila sering mengalami kontraksi palsu. Kaila sering mulas yang tiba-tiba saja menghilang.“Kamu yakin akan ikut hadir, Kai?”“Yakin, Mah. Masa Kak Nasya adakan pesta kehamilan Kaila nggak hadir sih.”“Tapi perut kamu seperti akan melahirkan begitu.”“Namanya juga sudah sesuai HPL Mah.”“Iya, tapi suami kamu kenapa belum juga pulang sih.”“Kaila hubungi tadi nggak aktif.”“Ck, ponsel nggak aktif ini yang bikin jadi kesal sendiri.”“Iya, Mah.”“Yaudah kamu hati-hati jalannya. Mamah ngeri lihat kamu jalan dengan perut gede banget gitu. Masih mending Mamah aja yang hamil dari pada lihat orang hamil gitu, hati Mamah ikutan linu.&rdqu
Kaila merasa bingung sendiri, ia dengan cepat langsung memesan taksi online. Sambil menunggu taksi online, Kaila melihat foto hasil USG dirinya yang selalu disimpan dalam tas.Lima menit kemudian, Kaila langsung mendapatkan chat kalau taksi online sudah berada di depan rumahnya. Kaila segera keluar. “Mah, Kaila pergi ke apartemen Kak Nasya dulu.”“Iya udah hati-hati.”Kaila segera keluar rumah, ia memasuki taksi. Seperti biasa, Kaila selalu mendapatkan sapaan terlebih dulu oleh sopir taksi.“Sesuai aplikasi, Bu?”“Iya.”Kini Kaila hanya menatap ke arah jalanan kota Jakarta. Kaila merasa seperti tak punya suami saja saat ini, apalagi apa-apa saat ini harus sendirian. Mamahnya tak pernah memanjakan Kaila seperti Melviano. Kalau hamil begini paling enak emang bersama suami tercinta.Setelah hampir dua jaman akhirnya Kaila sampai di kawasan apartemen sudirman. Kaila langsung membayar tarif t