Share

Bab 2 - What Nikah!?

Setelah melewati banyak drama keluarga beberapa minggu silam, akhirnya hari ini tepat dimana Kaila akan melangsungkan sebuah pernikahan. Pernikahan yang tidak diharapkan sama sekali oleh Kaila.

Semua orang saat ini sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, termasuk Kaila sendiri sedang sibuk bertukar chat dengan Nasya. Kaila mengutarakan isi hatinya yang sedih karena dijodohkan dengan paksa. Kaila merasa miris mengetahui kalau Nasya tidak bisa hadir diacara yang bersejarah ini. Acara yang akan Kaila ingat seumur hidupnya. Kaila memaklumi balasan Nasya yang mengatakan tidak bisa libur bekerja, tapi Kaila yakin itu ulah Hendrik Wiraguna, papanya.

Selesai dimake up akhirnya Kaila disuruh turun ke bawah untuk melaksanakan acara prosesi pernikahannya. Jujur saja hati Kaila saat ini gugup juga degdegan, Kaila membayangkan kalau ia akan dinikahkan dengan bandot tua. Saat sedang berkhayal dengan pikirannya tiba-tiba Rania datang.

“Kai, ngelamun aja. Cepetan turun acara udah mau di mulai.”

“Mah, yang nikah gantiin Mamah aja ya,” rengek Kaila manja seperti biasa.

“Hust ngaco kamu kalau ngomong. Ayo cepetan itu mempelai laki-lakinya udah nunggu loh,” Rania menarik lengan Kaila yang masih ogah-ogahan turun ke ballroom.

“Iya tunggu Mah, ini gaunnya panjang banget sih!” gerutu Kaila saat kesusahan akan berjalan.

“Namanya juga gaun pengantin ya harus panjang juga wow dong. Gimana sih kamu.”

“Ih kenapa nggak pakai baju sepak bola aja sih, kan gampang jalannya,” gerutu Kaila makin kesal karena merasa disiksa memakai baju yang menurutnya ribet.

“Hiss ngawur aja kamu, udah nggak usah banyak ngomel. Sini Mamah bantu pegang.

Akhirnya dengan sabar Rania memegangi gaun belakang Kaila, namun namanya juga kaila disuruh berjalan anggun saja susahnya minta ampun. Sering kali Rania menegur bahkan mencubit lengan Kaila untuk menjadi anggun sehari saja tapi faktanya tidak bisa. Tetap saja Kaila berjalan seperti dikejar depcoletor.

“Kai, yang anggun dong jalannya. Jangan kaya preman pasar gitu.” Rania geram melihat putri bungsunya yang tidak bisa anggun sedikitpun.

Kaila tak merespon, justru ia dengan sengaja menenteng high hellnya saat berjalan. Rania yang melihat hanya mendesah pasrah. Namun dengan tegas Rania memerintah Kaila untuk memakai hellnya kembali saat sudah di depan pintu Ballroom, dimana sebuah pernikahan digelar sangat mewah dan mewah.

Keluarga besar Azekiel tidak main-main saat memilih tempat untuk melangsungkan pernikahan keturunannya itu. Mereka memilih di Ritz Carlton, bahkan sekaligus menyewa beberapa kamar untuk anggota keluarganya. Kamar untuk pengantin pun sudah mereka siapkan dengan sedemikian rupa.

Mata kaila melotot saat melihat mempelai laki-laki, apa Kaila tidak salah lihat saat ini? Kalau mempelai laki-lakinya bakalan setampan ini sih, Kaila juga rela jika dinikahkan sejak masih SD. Kaila tersenyum dan terkikik sendiri saat membayangkan dirinya dan laki-laki yang sedang memakai tuxedo biru dongker itu, Kaila memandang dengan senyuman kagum. Mata laki-laki itu begitu tajam seperti tatapan burung elang, hidungnya mancung, rahangnya begitu kokoh juga tegas, bibirnya merah seperti cheri, dan badannya sangat atletis. Kaila membayangkan itu semua dalam pikiran nakalnya, tak terasa Rania menegur yang membuat Kaila berjenggit kaget.

“Kai, masuk. Kenapa jadi melongo di depan pintu sih,” gerutu Rania yang melihat anaknya dikit-dikit melamun. Rania khawatir kalau anaknya akan kesambet jika kebanyakan melamun.

Dengan segera Kaila menormalkan pikirannya agar bisa berfikir jernih juga bersih. Kaila melangkah masuk dan semua tatapan pengunjung melihat penampilan Kaila yang seperti cinderella saat ini. Dengan perasaan gugup Kaila mencoba tersenyum melihat para tamu undangan yang momotret dirinya yang berjalan ke arah mempelai laki-laki.

Tangan Kaila gemetar saat akan menyambut uluran tangan suaminya itu, Kaila tak menyangka diusianya yang masih sangat muda begini ia sudah menggelar predikat ISTRI.

Saat ini posisi Kaila sudah di samping laki-laki yang menyandang sebagai suaminya itu. Sesekali mata genit Kaila mencuri-curi pandang menatap suaminya. Yang membuat Kaila gugup adalah tangan Kaila masih dipegang begitu erat.

Buset dah ini tangan gede amat ya, aduh nggak bisa membayangkan sama aset-aset yang lainnya. Lagi-lagi Kaila asik berfantasi sendiri dengan pikirannya.

“Ehem,” deham Melviano.

Kaila langsung berposisi tegap bagai prajurit yang akan melaksanakan upacara itu.

Saat ini Kaila tak berani menatap bahkan menengok ke arah suaminya itu.

Gila gila gila gila jantung gue mau copot woy. Rutuk Kaila dalam hatinya.

Mereka berdua saat ini sibuk menyalami para tamu undangan yang katanya berjumlah sepuluh ribu orang itu. Lagi-lagi Kaila menghela napasnya karena tamu yang hadir tak henti-henti. Rasanya saat ini kaki Kaila akan copot berdiri lama menggunakan high hell seperti ini.

Kaila sudah berdiri dengan sempoyongan, namun tangan kekar milik Melviano dengan sigap langsung memegangi pinggulnya.

“Kau ini berdiri saja tidak becus!” bisik Melviano tepat di telinga Kaila.

Mendengar ucapan Melviano barusan membuat Kaila terkesiap, wah gila aja ganteng-genteng mulutnya pedas seperti bon cabe.

“Memangnya lu nggak lihat kalau gue pakai hell begini,” jawab Kaila dengan sengit.

“Jaga bicaramu, bicaranya yang sopan.” Bisik Melviano yang langsung kembali tersenyum kepada tamu yang menyalaminya.

“Untuk apa? Suka-suka gue lah.”

“Terserah!”

Akhirnya mempelai laki-laki dan perempuan pun diberi jeda istirahat, sebab acara pernikahannya dibagi dua season. Untuk season pertama siang sampai sore dan season kedua malam sampai selesai.

Saat ini baik Melviano dan Kaila sedang di dalam lift, mereka sama-sama diam tak ada yang berani bertegur sapa. Hingga lift sudah berada di lantai tertinggi hotel Ritz Carlton, keluarga Melviano sengaja menyiapkan kamar khusus pengantin di lantai tertinggi atau biasa di sebut penthouse room. Sedangkan keluarga dan kerabat di lantai sepuluh.

Melviano berjalan begitu saja saat melihat Kaila kesusahan dengan gaunnya itu. Karena Melviano tidak suka cewek berisik seperti Kaila.

“Woi,” panggil Kaila saat akan berjalan susah.

Melviano tetap berjalan menuju kamarnya. 

Merasa tak dipedulikan akhirnya Kaila melepas high heels dan melemparkan ke arah Melviano.

Pletak....

“Awww,” ringis Melviano saat hellnya mengenai punggungnya itu. Untung punggung yang kena, kalau kepala bisa kena gegar otak nantinya.

Kaila menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia tak menyangka bakalan kena punggung Melviano padahal Kaila melepar asal-asalan saja. 

“Kau,” geram Melviano sambil menatap tajam ke arah Kaila.

“Maaf nggak sengaja,” ucap Kaila sambil tersenyum tanpa dosa.

Dengan langkah lebar Melviano berjalan kearah Kaila, dengan cepat ia menggotong Kaila dengan mudah. 

Merasa digotong seperti karung beras membuat aliran darah Kaila seperti terkumpul di kepala.

“Woy gila banget lu gotong, turunin gue,” rengek Kaila saat kepalanya pusing menatap ke bawah.

Melviano tak menghiraukan ocehan dan protesan Kaila, ia tetap berjalan dengan tegap seperti tidak membawa apapun. Menurut Melviano tubuh Kaila itu bagaikan kapas.

Saat sudah memasuki kamar hotelnya, Melviano langsung membanting tubuh Kaila diatas kasur. Melviano memandang Kaila dengan tatapan tajam juga seringaian yang tak bisa diartikan.

Merasakan dibanting dengan kejam, punggung Kaila merasa senut-senut. Tapi yang buat Kaila takut adalah tatapan Melviano yang seperti akan memangsa umpannya. Membayangkan itu membuat Kaila merinding.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status