Seminggu ke depan adalah hari dimana semua siswa-siswi tingkat SMA melaksanakan ujian nasional. Kaila Mahestri Wiraguna, siswi yang dikenal badung sekaligus memiliki otak pas-pasan itu selalu menganggap semuanya enteng. Termasuk ujian nasional pun yang dianggap momok menakutkan bagi seluruh siswa-siswi namun tidak bagi Kaila. Bagi Kaila ujian nasional hanya seperti segelintir upil yang berada dalam hidungnya. Jadi buat apa dibikin takut, toh misal tidak lulus sekolah tidak akan mati jugakan?
Di saat semua teman-temannya sedang mempelajari materi yang sudah dibahas untuk ujian, berbeda dengan Kaila. Ia justru asik main gadget stalking-stalking i*******m para member boyband BTS. Kaila selalu berkhayal ingin bertemu dengan Jungkook. “Woi main hape mulu, belajar,” ucap Debi saat melihat temannya malah mesam-mesem menatap hape. “Udah pinter gue,” jawab Kaila asal. “Lah si anjir, kalau pinter mah nilai pelajaran lu kagak mungkin doremi,” sela Debi mengingatkan fakta yang sebenarnya. “Ah lu kalau mau belajar mah belajar aja sih, otak gue udah ngebul begini. Udah sono lu jangan ganggu gue.” Kaila mengusir Debi yang menurutnya mengganggu itu. Setelah kepergian Debi, Kaila kembali menjadi stalker. Namun beberapa saat ada pesan whatsaap masuk. Kaila langsung membukanya dan ternyata itu dari Kakaknya, Nasya. Setelah membaca pesan w******p dari Nasya, Kaila berdecak sebal. Kenapa sih semua orang selalu mengingatkan dirinya untuk belajar dan fokus? Lagian nih baca buku terus itu bikin mumet dan bisa mengakibatkan kebotakan. Lagian mending baca novel kemana-mana menurut Kaila, apalagi genre romance yang suka bikin baper pembaca. Terkadang Kaila membaca novel sambil guling-guling di kasur saat merasakan hatinya ikutan baper kepada si tokoh lelaki yang di ciptakan oleh si penulis. “Kai,” panggil Debi lagi saat melihat temannya makin nggak waras itu. “Apa.” “Lu seriusan nggak takut?” “Takut apaan?” “Ujian nasional.” “Ngapain takut sih, emangnya ujian nasional itu mematikan? Nih Deb, gue bilangin ya HIDUP ITU TIDAK PERLU DIBIKIN RIBET, NIKMATI DAN JALANI SAJA SEPERTI AIR MENGALIR.” Kaila mencoba memberikan petuahnya. “Sok bijak lu,” sela Debi tak terima dinasehati Kaila. “Ya terserah lu lah,” balas Kaila masa bodoh. “Tapi Kai, emang lu nggak ngeri apah kalau nggak lulus?” tanya Debi melihat Kaila yang tenang-tenang saja. “Udah gue bilang ngapain sih takut, udah tenang aja.” “Lu yakin bisa ngerjain?” “Yakinlah.” Kaila mengucapkan dengan mantap. “Kok gue yang ngeri kalau lu nggak lulus Kai, dilihat dari daftar riwayat hidup lu aja dari kelas satu sampai kelas tiga nilai lu itu not doremi begitu.” “Lagi-lagi lu bahas nilai gue. Ya itukan kalau nilai harian, lu tau nggak Deb? Ujian nasional itu bukan tergantung pinter bodohnya orang,” ujar Kaila. “Terus tergantung apaan?” tanya Debi penasaran. “Tergantung faktor X.” “Apa itu?” tanya Debi masih tidak paham. “Ah bego lu, pelajaran doang nilai bagus. Beginian aja lu oon Deb. Ujian nasional itu tergantung faktor keberuntungan. Lu tahukan banyak siswa yang cerdas dan pinter, sering juara kaya lu justru nggak lulus---” Kaila belum selesai berbicara langsung disambar oleh Debi. “Dih kok lu jadi nakutin gue sih,” sela Debi tak terima atas pernyataan Kaila. “Makanya kalau lu pengin lulus nanti jangan pelit-pelit bagi gue jawaban,” ucap Kaila tertawa terbahak. Debi langsung menonyor kepala Kaila. “Dih tai, itu sih bilang aja lu mau nyontek,” jawab Debi kesal. “Lagian hidup lu terlalu serius sih,” sela Kaila masih dengan tawanya. “Oya gimana Donat lu?” “Doni, Kaila ! pacar gue Doni bukan Donat.” Debi sangat marah jika Kaila memanggil pacarnya dengan seenak jidadnya itu. “Ya ya terserah lu dah, tapi gue serius Deb. Kalau ujian itu tergantung faktor X yang ada pada diri kita.” “Terserah lu Kai,” ucap Debi dan meninggalkan Kaila lagi. Bel sekolah pun berbunyi menandakan semua siswa-siswi untuk memasuki ruangan yang sudah ditentukan menurut nomor induk. Sebelum melakukan ujian nasional semua berdoa menurut kepercayaan masing-masing. *** Satu minggu kemudian. Satu minggu sudah Kaila melaksanakan ujian sekolah dan nasional, namun hidupnya bukan makin santai malah makin ribet, bagaimana tidak ribet coba? Banyak sekali wedding organiser datang kerumahnya untuk membicarakan soal pernikahan Kaila. Namun hebatnya Kaila tidak dilibatkan sama sekali mengenai tema pernikahan yang akan dilangsungkan minggu depan. Lagi-lagi Kaila berdecak sebal melihat pria paruh baya itu. Hidup Kaila sekarang bagaikan penjara, mau hangout sama teman saja harus di tanya-tanya mendetail seperti orang mau pinjam hutang. Ya pria paruh baya yang Kaila maksud itu Hendrik Wiraguna, Papah kandung Kaila sendiri. Kaila mengingat kembali saat Papahnya mengumumkan pernikahan Kaila dulu. Papahnya mengumumkan tepat sebelum Kaila melaksanakan ujian nasional. Di saat itu juga Kaila langsung menolak dengan tegas namun tetap saja seorang Hendrik Wiraguna itu susah untuk dibantah. Kaila menghela napas jika mengingat nasib Kakaknya itu, entah terbuat dari apa hati Papahnya itu. Bisa-bisanya tega mengasingkan Kak Nasya yang sedang mengandung. Bahkan alasan Papahnya menikahkan Kaila adalah, agar Kaila tidak hamil di luar nikah seperti Nasya. “Kai, belum tidur?" tanya Rania melihat putrinya menjadi pemurung seperti ini. “Belum ngantuk Mah,” balas Kaila mencoba tetap tersenyum. Rania sedih melihat putrinya yang selalu ceria itu tiba-tiba menjadi pemurung. Rania tahu kalau tindakan suaminya itu sudah keterlaluan. Namun Rania tidak bisa membantah suaminya itu, Rania terlalu lemah lembut. “Yang sabar ya sayang,” ucap Rania sambil mengelus-elus rambut panjang Kaila. “Iya Mah,” balas Kaila mengangguk dan langsung menyenderkan kepalanya di bahu sang Mamah. “Jangan jadikan pernikahan ini beban untuk kamu ya Nak, jangan benci Papahmu. Kaila tahu tidak, kalau Papahmu melakukan ini semua itu demi putri-putrinya.” “Kaila nggak masalah nikah muda, nikah diusia 18 tahun seperti ini, yang Kaila pikirkan itu bagaimana dengan Kak Nasya yang di Surabaya Mah, Kak Nasya sedang hamil. Kak Nasya butuh dukungan kita sebagai keluarga. Tapi kenapa Papah justru tega membuang Kak Nasya,” ucap Kaila menahan amarah yang sudah terlalu lama dipendam itu. “Mamah yakin, kalau Kakakmu itu baik-baik saja di sana. Apalagi Kak Nasya wanita kuat, lagian kamu waktu pergi ke Surabaya lihat sendiri kalau Kak Nasya tidak apa-apa kan. Justru Kak Nasya bekerja di sana,” ujar Rania agar Kaila tidak sedih lagi sekaligus lebih tenang dalam pernikahannya besok. Mereka berdua tanpa sadar saling mengeluarkan air mata, posisi mereka pun masih saling berpelukan. Elusan tangan Rania membuat Kaila semakin sedih, apalagi Kaila mendengar kalau calon suaminya itu hidup di negara California. Sudah Kaila bayangkan pasti kehidupan di sana sangat berbeda dengan di Indonesia. Yang membuat Kaila berpikir apakah calon suaminya bisa bahasa indonesia? Jujur saja Kaila tidak bisa bahasa inggris. Memikirkan itu membuat Kaila frustasi. Tak sadar Kaila memeluk Mamahnya makin erat. “Mah. Tidur bereng Kaila yah,” rengek Kaila manja. “Kamu kan mau jadi istri, masa tidur sama Mamah sih.” “Tapikan saat ini belum Mah, jadi masih boleh dong,” rayu Kaila lagi. “Kamu ini, udah mau nikah tapi manjanya nggak ilang-ilang. Awas loh kamu harus rubah sikap absurd kamu Kai.” Rania memperingati anak bontotnya itu untuk bersikap normal, sebab Rania hapal betul kelakuan Kaila yang hiperaktif itu. Apalagi jika ada lagu dari Korea, Kaila langsung ikutan ngedance. Namun itu semua justru untuk hiburan keluarganya, terutama menghibur Rania dan Nasya yang terkenal pendiam itu. Akhirnya dengan terpaksa Rania menemani Kaila tidur di kamarnya. Bisa ngoceh kaya burung beo besok kalau tidak diturutin. Mereka berdua terlelap dengan saling memeluk, menyalurkan rasa sayang mereka antara Ibu dan Anak.Setelah melewati banyak drama keluarga beberapa minggu silam, akhirnya hari ini tepat dimana Kaila akan melangsungkan sebuah pernikahan. Pernikahan yang tidak diharapkan sama sekali oleh Kaila.Semua orang saat ini sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, termasuk Kaila sendiri sedang sibuk bertukar chat dengan Nasya. Kaila mengutarakan isi hatinya yang sedih karena dijodohkan dengan paksa. Kaila merasa miris mengetahui kalau Nasya tidak bisa hadir diacara yang bersejarah ini. Acara yang akan Kaila ingat seumur hidupnya. Kaila memaklumi balasan Nasya yang mengatakan tidak bisa libur bekerja, tapi Kaila yakin itu ulah Hendrik Wiraguna, papanya.Selesai dimake up akhirnya Kaila disuruh turun ke bawah untuk melaksanakan acara prosesi pernikahannya. Jujur saja hati Kaila saat ini gugup juga degdegan, Kaila membayangkan kalau ia akan dinikahkan dengan bandot tua. Saat sedang berkhayal dengan pikirannya tiba-tiba Rania datang.“Kai, ngelamun aja. Cepetan turun acara udah mau di mulai
Kali ini Kaila mulai beringsut mundur perlahan hingga mentok ke sandaran ranjang. Apalagi melihat Melviano yang merangkak naik ke atas kasur dengan gaya yang begitu amat menakutkan.Dalam hati Kaila selalu berdoa, ia belum siap melepas virginnya ini. Gila aja sih, masa iya mau digarap langsung sih?! Nanti malam ‘kan ada acara lagi, bagaimana kalau nanti sampai nggak bisa jalan? Bisa bahaya delapan enam kalau begini. Dengan cepat Kaila menendang Melviano hingga terjungkal ke bawah lantai.“Awww, fuck!” Melviano menggeram kesakitan kala Kaila menendang tepat kena juniornya itu.Dengan rasa takut, Kaila langsung melihat Melviano yang masih meringis kesakitan sambil memegangi area aset berharganya.Sungguh Kaila nggak sengaja tadi, niatnya mau nendang daerah perut tapi nggak tahu kenapa meleset kesitu.“Ma-ma-maaf,” cicit Kaila dengan takut kala melihat Melviano sudah berdiri dan pergi berjalan meninggalkan Kaila sendirian di kamar hotel yang sudah didesain seperti kamar pengantin.Kaila
Saat ini Melviano sedang menatap kebingungan wanita di depannya ini. Sebab Melviano tidak melakukan apapun tapi wanitu itu malahan teriak histeris seperti akan disembelih saja.Dengan cepat Melviano berjalan meninggalkan Kaila yang masih memejamkan mata dan melongo akibat teriakannya tadi. Melviano berpikir ia memiliki dosa apa sampai mempunyai istri absurd seperti itu.Melviano akan menggunakan pakaiannya didalam kamar mandi saja, dari pada nanti akan membuat wanita itu makin nggak waras. Melviano sadar betul kalau Kaila itu mengagumi tubuhnya yang tercetak dengan indah ini. Tapi Melviano bertekad tidak akan menyentuh istrinya itu, lagian tubuhnya saja tidak menggairahkan hasratnya sama sekali, terlalu kecil disemua bagian. Apa Melviano kasih vitamin kesuburan saja ya? Agar tubuh Kaila bisa berisi dibagian-bagian yang semestinya.Ah, sialan ... Kalau seperti ini gimana Melviano bisa mencari kepuasaan? Tidak mungkin ia pergi malam-malam begini mencari kelab malam untuk menuntaskan has
Melviano saat ini sedang mengguyur diri di bawah shower, ia berharap kejantanan ini cepat kembali normal. Rasanya tidak enak sekali jika tidak ada pelampiasan untuk melepaskan hasratnya ini.Sial. Bocah sialan. Awas saja kamu.Dengan terpaksa Melviano harus mengerluarkannya di luar dan bermain solo seperti ini. Benar-benar ngenes nasib jadi pengantin baru.Setelah kepergian Melviano yang masuk ke dalam kamar mandi, Kaila selalu menatap pintu kamar mandi dengan rasa was-was. Ia takut jika nanti Melviano keluar akan mengamuk dan menyeretnya keluar dari hotel ini. Apalagi melihat penampilannya saat ini yang masih menggunakan bathdrobe hotel. Tidak ... tidak... tidak! Kaila menggelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran negatif.Kaila masih terus saja menatap dan memantau pintu kamar mandi sambil menggigiti kukunya sendiri. Kaila berpikir kenapa Melviano mandi lama sekali? Memangnya apa yang sedang dia kerjakan di dalam sih? Kenapa mandinya melebihi seorang wanita? Apa ketuk saja pintun
Mall Pacific Place Jakarta.Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya. Selang beberapa menit kemudian.Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal
Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya."Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna."Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu."Makan.""Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila."Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?""Emang kenapa?" tanya Kaila heran."Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."
Kaila dan Melviano memasuki rumah yang sederhana. Kaila mengetuk pintu dan tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sesosok Rania."Eh pengantin baru ... kalian sudah pulang? Bukannya masih nginap disana?" tanya Rania bingung."Sudah cek out Mah, lagian saya harus urus beberapa dokumen," balas Melviano dengan sopan."Tau tuh Mah, ngeselin." Kaila seperti biasa, suka menggerutu."Hust kamu nggak boleh bilang seperti itu sama suami kamu," ucap Rania memperingatkan Kaila yang sering blong kalau berbicara."Nak Melvin, jangan diambil hati ya kalau Kaila ngomong. Dia emang begitu anaknya suka ceplas-ceplos sembarangan," ujar Rania tidak enak.Sedangkan Kaila hanya menatap mamahnya dengan kesal. Lagian disini yang jadi anaknya itu siapa sih? Kenapa mamahnya sekarang membela Melviano terus? Kalau begini terusan berasa jadi anak tiri." Yasudah Mah sampai kapan kita berdiri depan pintu begini kaya orang minta-minta," keluh Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sudah larut hanyut ke dalam alam bawah sadarnya. Ia merasa capek karena sudah berkeliling mal tadi.Kaila merasakan tubuhnya ada yang menggerayanginya dengan sangat intim. Tapi, kenapa ini rasanya seperti nyata sekali.Ada sebuah tangan yang menyentuh setiap inci tubuhnya ini. Dan tunggu ... kenapa tangan itu berhenti di area sensitifnya? Dan sumpah demi apapun ini rasanya seperti akan terbakar. Gairah dalam tubuhnya seakan ingin mencuat keluar.Tangan itu terus meraba-raba area sensitifnya hingga salah satu jarinya menggoda di dalamnya. Dan ... rasanya begitu enak dan nikmat. Ini rasanya benar-benar ingin terbang. Ya terbang langit ketujuh. Kaila melenguh, mendesah dalam waktu bersamaan. Hingga tak terasa Kaila merasakan seperti ingin pipis."Aaaahh, setop aku ingin pipis," ujar Kaila kepada laki-laki yang tidak terlihat wajahnya itu.Kaila merasakan tidak kuat menahan pipisnya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan m
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud