Mall Pacific Place Jakarta.
Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya.
Selang beberapa menit kemudian.
Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.
“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.
Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.
“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.
“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.
“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.
“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal Kaila.
“Tinggal pesen lagi elah, ribet banget lo. Jangan kaya orang susah deh,” cerocos Debi.
Dengan terpaksa akhirnya Kaila memesan minuman kembali. Tapi dengan syarat Debi yang harus bayarin nggak mau tahu pokoknya.
“Iya santuy aja Kai, lo pesen makanan semau lo gue bayarin. Tenang ada kartu cardnya Doni.” Debi menunjukan kartu card milik Doni.
“Lah enak banget si kampret dikasih kartu card, ujar Kaila sedikit iri melihat Debi yang sudah sering diberikan ini itu oleh Donat.
“Donat kayaknya cinta banget ya sama elo Deb.”
“Doni Kai namanya, bukan Donat. Gue sambit juga nih,” protes Debi yang pacarnya selalu dipanggil Donat oleh Kaila.
“Sama aja elah.”
“Yaudah lah terserah lo. Capek ngomong sama lo Kai, gue kalah mulu.” Debi menyerah jika berbicara dengan Kaila. Kaila ini pinter banget ngebacot sama adu argumen.
“Oke, sekarang lo mau ngomong apa minta ketemu begini.”
“Gue mau tanya, lo seriusan masih virgin?” tanya Debi serius.
“Iyahlah, ngapain juga gue bohong sih.”
“Belum diapa-apain gitu? Ya kissing minimal,” cerca Debi terus menerus.
“Enggak Deb enggak!” jawab Kaila kesal. Ngapain juga Debi ribet ikut campur urusan ranjang Kaila.
“Wah kok gue jadi curiga kalau suami lo nggak normal.” Debi memberikan spekulasinya.
“Hus ngaco lo Deb, normal suami gue.” Kaila membela Melviano.
“Tahu darimana? Lo aja masih virgin begini,” cemooh Debi melihat Kaila yang masih virgin. Padahal statusnya sudah menikah dengan sah dimata negara dan agama.
“Ya gue ....” Kaila menjeda sesaat ucapannya. Ia bingung menjelaskan kepada Debi kalau Melviano itu normal. Kaila merasakan sendiri kalau kejantanan milik Melviano sempat mengeras dan menegang kok. Dan setelah itu dia masuk kamar mandi.
“Gue apa?” tanya Debi dengan sedikit mencecar Kaila. “Udah lo nggak usah bohong, berapa ronde?”
“Apaan sih, orang gue masih perawan tingting kok,” sungut Kaila kesal.
“Anggap lah gue percaya.” Debi mengatakan itu supaya Kaila mau terbuka kepadanya.
“Iya gue ... merasakan kalau milik Melviano itu tegang banget gitu, terus tak lama dia masuk kamar mandi. Yang seperti gue ceritain lo ditelepon.” Kaila menjelaskan sedikit kesal. Lagian buat apa coba Debi mengintrogasi urusan ranjangnya seperti ini.
“Woah gila, dia tandanya terangsang sama lo Kai. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin ini.” Debi langsung memiliki ide yang begitu gila.
“Maanfaatin gimana maksud lo?” tanya Kaila bingung.
“Udah, ayok gue tunjukin nanti sama lo,” ujar Debi sangat bersemangat.
“Tapi ini minumannya bayar dulu.” Kaila memperingati Debi agar membayar tagihan.
Dengan langkah yang penuh semangat, Kaila dan Debi berjalan masuk mall dan menelusuri satu persatu toko.
“Kita mau nyari apaan sih Deb?” tanya Kaila yang masih penasaran dengan Debi.
“Udah ikut aja, jangan banyak tanya.”
Mereka berdua menuju lantai 3 dimana ada toko menjual jenis pakaian dalam. Kaila menatap Debi dengan horor. Maksudnya apa-apaan sih Debi ngajakin ke tempat jualan CD sama bra.
“Ngapain lo ngajakin gue ke toko pakaian dalam,” gerutu Kaila saat tangannya digandeng untuk masuk toko.
Debi langsung menelisik dan melihat berbagai model jenis lingerie. Debi mencari lingerie yang paling menggairahkan juga seksi, ia memilih warna-warna cerah.
“Coba Kai, sini. Pasti ini cocok buat malam panas kalian berdua,” ujar Debi sambil menempelkan lingerie ketubuh Kaila. Sebab jenis pakaian dalam tidak bisa dicoba.
Kaila langsung menyingkirkan lingerie yang kaya saringan tahu itu.
“Gue nggak mau pakai baju begituan. Nanti masuk angin.” Kaila menolak dengan tegas.
“Nggak bisa. Ini hadiah dari gue harus lo pakai.” Debi tak ingin kalah juga dibantah kali ini. Kaila songong banget, belum merasakan surga dunia itu enaknya luar biasa.
“Bukannya lo udah kasih gue kado? Bahkan kado pernikahan belum ada yang gue buka sama sekali,” tutur Kaila yang belum sempat membuka kado dari siapapun. Sebab semua kado dibawa pulang ke rumah Kaila di Pondok Labu.
“Itu mah gampang nanti saja. Yang terpenting ini dulu,” ucap Debi sambil memilih berbagai model lingerie untuk sahabat tercintanya.
Kaila hanya memandang Debi dengan pasrah. Kaila lebih memilih duduk dan membiarkan Debi yang kaya orang kesetanan belanja itu. Kalau Donat tahu duitnya dipakai buat ngeborong kaya gini sudah dipastikan Debi bakalan diekskusi di ranjang detik ini juga.
Kaila memainkan ponselnya. Ia memandangi foto laki-laki pujaannya itu. Laki-laki yang mampu membuat Kaila galau. Kaila terus mengingat momen saat bersama laki-laki yang berhasil mencuri hatinya. Entah kenapa pesona laki-laki itu susah untuk dilupakan. Kaila terus menatap dan berkhayal jika yang menjadi suaminya adalah Rezvan. Laki-laki yang sangat Kaila suka.
“Woy, ngelamunin siapa hayo,” tegur Debi dengan mengagetkan Kaila yang melamun menatap foto seorang laki-laki.
Merasa sangat penasaran, Debi langsung mengambil hape milik Kaila untuk melihat laki-laki yang sedang Kaila lihat.
“Elah, masih aja lo Kai ngarepin yang nggak pasti.” Debi mencela Kaila yang susah move on.
“Ya gimana dong. Namanya perasaan Deb. Muncul sendiri ini,” jawab Kaila yang masih memikirkan Rezvan.
“Udah lupain aja sih. Lagian lo udah merried tapi mikirin laki-laki lain. Bego lo Kai.” Debi mencoba memberikan saran agar Kaila bisa melupakan Rezvan. Dokter muda yang berhasil membuat Kaila begitu mengejar-ngejar hingga berani menyatakan cinta. Namun naas cintanya ditolak mentah-mentah oleh Rezvan. Dan sekarang Kaila galau sudah tidak bisa bertemu karena Rezvan ditugas ‘kan di Surabaya.
Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia akan mencoba melupakan Rezvan pelan-pelan.
“Lagian gue dengar, kalau kak Rezvan itu lagi dekat sama salah satu karyawan Doni,” ujar Debi menyampaikan apa yang pernah Doni ceritakan.
“Hah?! Serius lo?” tanya Kaila begitu terkejut.
“Iya lah. Ceweknya cantik banget kata Doni,” tutur Debi kembali.
“Penasaran gue Deb. Ceweknya secantik apa sih?!” Kaila membayangkan Rezvan bergandengan dengan wanita lain. Dan itu membuat dada Kaila menyesak tiba-tiba.
“Udah lupain aja. Udah punya suami keren begitu masa lo cuekin sama diemin aja.”
“Oke gue coba lupain dokter ganteng itu.”
Debi pamit pulang setelah selesai membeli 'kan Kaila berbagai jenis lingerie. Niatnya tadi mau makan bersama tapi Kaila menolak.
Dan saat ini tiba dimana Kaila menuju ke kamar hotel dan ingin melihat apa saja yang telah Debi beli untuk dirinya.
Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya."Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna."Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu."Makan.""Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila."Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?""Emang kenapa?" tanya Kaila heran."Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."
Kaila dan Melviano memasuki rumah yang sederhana. Kaila mengetuk pintu dan tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sesosok Rania."Eh pengantin baru ... kalian sudah pulang? Bukannya masih nginap disana?" tanya Rania bingung."Sudah cek out Mah, lagian saya harus urus beberapa dokumen," balas Melviano dengan sopan."Tau tuh Mah, ngeselin." Kaila seperti biasa, suka menggerutu."Hust kamu nggak boleh bilang seperti itu sama suami kamu," ucap Rania memperingatkan Kaila yang sering blong kalau berbicara."Nak Melvin, jangan diambil hati ya kalau Kaila ngomong. Dia emang begitu anaknya suka ceplas-ceplos sembarangan," ujar Rania tidak enak.Sedangkan Kaila hanya menatap mamahnya dengan kesal. Lagian disini yang jadi anaknya itu siapa sih? Kenapa mamahnya sekarang membela Melviano terus? Kalau begini terusan berasa jadi anak tiri." Yasudah Mah sampai kapan kita berdiri depan pintu begini kaya orang minta-minta," keluh Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sudah larut hanyut ke dalam alam bawah sadarnya. Ia merasa capek karena sudah berkeliling mal tadi.Kaila merasakan tubuhnya ada yang menggerayanginya dengan sangat intim. Tapi, kenapa ini rasanya seperti nyata sekali.Ada sebuah tangan yang menyentuh setiap inci tubuhnya ini. Dan tunggu ... kenapa tangan itu berhenti di area sensitifnya? Dan sumpah demi apapun ini rasanya seperti akan terbakar. Gairah dalam tubuhnya seakan ingin mencuat keluar.Tangan itu terus meraba-raba area sensitifnya hingga salah satu jarinya menggoda di dalamnya. Dan ... rasanya begitu enak dan nikmat. Ini rasanya benar-benar ingin terbang. Ya terbang langit ketujuh. Kaila melenguh, mendesah dalam waktu bersamaan. Hingga tak terasa Kaila merasakan seperti ingin pipis."Aaaahh, setop aku ingin pipis," ujar Kaila kepada laki-laki yang tidak terlihat wajahnya itu.Kaila merasakan tidak kuat menahan pipisnya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan m
Setelah kepergian Melviano ke kantor ayahnya, kini Kaila sedang menunduk menghadapi mamahnya, Rania.Kaila merasa malu juga takut. Sebab saat Rania masuk ke dalam kamar Kaila sempat sangat terkejut melihat sperei yang sangat berantakan mosak-masik.Rania menggelengkan kepalanya pusing. Sungguh kelakuan Kaila saat ini bikin migrain. Statusnya saja sudah istri tapi membereskan sperei saja tidak bisa."Kamu itu tidur apa perang sih Kai, sperei sampai amburadul begini," keluh Rania sambil membereskan ujung-ujung sperei."Tidur lah Mah, masa perang di kasur.""Terus ini kamu ganti sperei baru? Makanya kalau habis tempur sama suami itu jangan ganas-ganas toh. Sampai kaya kapal pecah gini," gerutu Rania melihat kamar Kaila berantakan sekali.Apa tadi bilang? Tempur sama suami? Ya ampun Mah, anakmu ini masih perawan lho.Kaila hanyan manyun-manyun saja saat mendengar kultum pagi Mamahnya itu. Orangnya sih pendiam kaya kak Nasya tapi kalau uda
Kaila saat ini sedang menunggu ojol alias ojek online. Tadi Kaila mengatakan kalau naik angkutan itu hanya kebohongan yang haqiqi saja. Yakali dari Pondok Labu ke Thamrin naik angkutan bisa tua di jalanan nanti. Belum kena macetnya sama gonta-ganti angkutan menuju Thamrin.Kaila mendesah lelah, terik matahari panas banget gila. Kaila langsung mengeluarkan handbody lotion untuk mengoleskan ke tangannya yang terasa kebakar itu. Kaila berpikir ia nggak hitam gara-gara kena sinar matahari, perawatan tubuh itu mahal. Apalagi harga skincare itu benar-benar nguras kantong. Kalau Kaila anak Sultan sih nggak masalah. Ini Kaila mau deketin anak sultan aja malahan kabur itu orangnya ke Surabaya. Ngomong-ngomong apa kabar Rezvan ya? Nanti tanya saja sama Donat, lagian dia teman akrabnya.Tiba-tiba saja ada pengendara motor berjaket hijau dan helm hijau. Pokoknya serba hijau. Dia berhenti depan Kaila dan melihat hape.“Mbak Dakota Johnson?” tanya Mas itu sambil m
Debi saat ini sedang menatap lekat Kaila. Ia tersenyum puas jika akan berbagi ilmu soal ranjang begini.Kaila mengeryit bingung menatap Debi. Kaila berpikir kalau Debi ini kesambet setan makanya mesam-mesem begitu.“Lo napa Deb? Kok malahan mesam-mesem begitu?”“Nggak apa, ini gue lagi menghayati dulu,” jawab Debi masih dengan mesam-mesem sendiri.“Lo jadikan kasih gue tipsnya?”“Jadi dong.”“Terus?” tanya Kaila bingung.“Iya ini gue lagi menghayati dulu setiap adegannya biar nanti pas kasih materi ke lo enak,” jawab Debi masih dengan senyumnya.“Kudu mesam-mesem begitu ya?”“Iya inikah gue lagi jadi pemain dalam khayalan,” balas Debi terus senyam-senyum.Kaila justru bergindik ngeri menatap Debi makin nggak waras saja. Perasaan kalau Kaila nonton film blue nggak mesam-mesem deh justru teriak-teriak itu si cewekny
Saat ini Kaila sedang memakan pesanannya itu. Ia mencicipi semuanya dan memisahkan yang akan dibungkus sama langsung dimakan.Debi yang melihat hanya garuk-garuk rambutnya yang tak gatal sama sekali. Ia bingung harus ngomong apa sama Doni. Ya meski Doni sudah tahu kelakuan Kaila gimana tapi tetap saja Debi nggak enak yang notabennya sahabat Kaila.“Laper Kai?”“Banget.”“Belum makan emang?”“Belum. Kan sengaja biar makan di sini sekalian.”Lah kampret! Tolong cegat Debi agar tidak menghujat Kaila saat ini.“Lo kapan pergi ke California?”“Minggu depan kayaknya,” jawab Kaila sambil mengunyah makanan.“Emang lo udah legalisir semuanya?”“Belum. Tapi besok dah kalau nggak kesiangan gue.”“Makanya kalau tidur jangan kaya kebo,” cibir Debi melihat Kaila yang susah dibangunkan.“Ngantuk Deb, ma
Kaila saat ini sedang misuh-misuh sambil menyabuni piring kotor. Ingin sekali rasanya membanting semua piring yang ada dihadapannya ini. Kaila marah eh bukan ding tapi kesal sama Donat. Kurang ajar Donat. Awas saja nanti hidupmu tidak akan tenang karena sudah menjadikan anak perawan menjadi kacung seperti ini.“Mbak pelan-pelan nanti piringnya pada pecah gimana?” tegur seseorang yang membantu Kaila membantu nyuci piring.“Bodoh mamat, mending lo diam aja dah. Udah sukur gue bantu lo.” Kaila masih saja kasar sampai busanya berantakan kemana-mana.“Yaudah Mbak, kalau Mbak capek mending nggak usah nyuci biar saya saja yang menyelesaikan.”Mendengar ucapan yang menyenangkan membuat Kaila langsung berhenti dan menatap seorang laki-laki yang usinya hampir sama dengan Kaila. Mungkin tua dia setahun apa dua tahun kali ya. Seumuran sama kak Nasya lah.“Lo serius? Eh kamu serius?” Kaila langsung mengubah
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud