Share

Bab 6 - Borong Lingerie

Mall Pacific Place Jakarta.

Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya. 

Selang beberapa menit kemudian.

Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.

“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.

Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.

“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.

“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.

“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.

“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal Kaila.

“Tinggal pesen lagi elah, ribet banget lo. Jangan kaya orang susah deh,” cerocos Debi.

Dengan terpaksa akhirnya Kaila memesan minuman kembali. Tapi dengan syarat Debi yang harus bayarin nggak mau tahu pokoknya.

“Iya santuy aja Kai, lo pesen makanan semau lo gue bayarin. Tenang ada kartu cardnya Doni.” Debi menunjukan kartu card milik Doni.

“Lah enak banget si kampret dikasih kartu card, ujar Kaila sedikit iri melihat Debi yang sudah sering diberikan ini itu oleh Donat.

“Donat kayaknya cinta banget ya sama elo Deb.”

“Doni Kai namanya, bukan Donat. Gue sambit juga nih,” protes Debi yang pacarnya selalu dipanggil Donat oleh Kaila.

“Sama aja elah.”

“Yaudah lah terserah lo. Capek ngomong sama lo Kai, gue kalah mulu.” Debi menyerah jika berbicara dengan Kaila. Kaila ini pinter banget ngebacot sama adu argumen.

“Oke, sekarang lo mau ngomong apa minta ketemu begini.”

“Gue mau tanya, lo seriusan masih virgin?” tanya Debi serius.

“Iyahlah, ngapain juga gue bohong sih.”

“Belum diapa-apain gitu? Ya kissing minimal,” cerca Debi terus menerus.

“Enggak Deb enggak!” jawab Kaila kesal. Ngapain juga Debi ribet ikut campur urusan ranjang Kaila.

“Wah kok gue jadi curiga kalau suami lo nggak normal.” Debi memberikan spekulasinya.

“Hus ngaco lo Deb, normal suami gue.” Kaila membela Melviano.

“Tahu darimana? Lo aja masih virgin begini,” cemooh Debi melihat Kaila yang masih virgin. Padahal statusnya sudah menikah dengan sah dimata negara dan agama.

“Ya gue ....” Kaila menjeda sesaat ucapannya. Ia bingung menjelaskan kepada Debi kalau Melviano itu normal. Kaila merasakan sendiri kalau kejantanan milik Melviano sempat mengeras dan menegang kok. Dan setelah itu dia masuk kamar mandi.

“Gue apa?” tanya Debi dengan sedikit mencecar Kaila. “Udah lo nggak usah bohong, berapa ronde?”

“Apaan sih, orang gue masih perawan tingting kok,” sungut Kaila kesal.

“Anggap lah gue percaya.” Debi mengatakan itu supaya Kaila mau terbuka kepadanya.

“Iya gue ... merasakan kalau milik Melviano itu tegang banget gitu, terus tak lama dia masuk kamar mandi. Yang seperti gue ceritain lo ditelepon.” Kaila menjelaskan sedikit kesal. Lagian buat apa coba Debi mengintrogasi urusan ranjangnya seperti ini.

“Woah gila, dia tandanya terangsang sama lo Kai. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin ini.” Debi langsung memiliki ide yang begitu gila.

“Maanfaatin gimana maksud lo?” tanya Kaila bingung.

“Udah, ayok gue tunjukin nanti sama lo,” ujar Debi sangat bersemangat.

“Tapi ini minumannya bayar dulu.” Kaila memperingati Debi agar membayar tagihan.

Dengan langkah yang penuh semangat, Kaila dan Debi berjalan masuk mall dan menelusuri satu persatu toko.

“Kita mau nyari apaan sih Deb?” tanya Kaila yang masih penasaran dengan Debi.

“Udah ikut aja, jangan banyak tanya.”

Mereka berdua menuju lantai 3 dimana ada toko menjual jenis pakaian dalam. Kaila menatap Debi dengan horor. Maksudnya apa-apaan sih Debi ngajakin ke tempat jualan CD sama bra.

“Ngapain lo ngajakin gue ke toko pakaian dalam,” gerutu Kaila saat tangannya digandeng untuk masuk toko.

Debi langsung menelisik dan melihat berbagai model jenis lingerie. Debi mencari lingerie yang paling menggairahkan juga seksi, ia memilih warna-warna cerah.

“Coba Kai, sini. Pasti ini cocok buat malam panas kalian berdua,” ujar Debi sambil menempelkan lingerie ketubuh Kaila. Sebab jenis pakaian dalam tidak bisa dicoba.

Kaila langsung menyingkirkan lingerie yang kaya saringan tahu itu.

“Gue nggak mau pakai baju begituan. Nanti masuk angin.” Kaila menolak dengan tegas.

“Nggak bisa. Ini hadiah dari gue harus lo pakai.” Debi tak ingin kalah juga dibantah kali ini. Kaila songong banget, belum merasakan surga dunia itu enaknya luar biasa. 

“Bukannya lo udah kasih gue kado? Bahkan kado pernikahan belum ada yang gue buka sama sekali,” tutur Kaila yang belum sempat membuka kado dari siapapun. Sebab semua kado dibawa pulang ke rumah Kaila di Pondok Labu.

“Itu mah gampang nanti saja. Yang terpenting ini dulu,” ucap Debi sambil memilih berbagai model lingerie untuk sahabat tercintanya.

Kaila hanya memandang Debi dengan pasrah. Kaila lebih memilih duduk dan membiarkan Debi yang kaya orang kesetanan belanja itu. Kalau Donat tahu duitnya dipakai buat ngeborong kaya gini sudah dipastikan Debi bakalan diekskusi di ranjang detik ini juga.

Kaila memainkan ponselnya. Ia memandangi foto laki-laki pujaannya itu. Laki-laki yang mampu membuat Kaila galau. Kaila terus mengingat momen saat bersama laki-laki yang berhasil mencuri hatinya.  Entah kenapa pesona laki-laki itu susah untuk dilupakan. Kaila terus menatap dan berkhayal jika yang menjadi suaminya adalah Rezvan. Laki-laki yang sangat Kaila suka.

“Woy, ngelamunin siapa hayo,” tegur Debi dengan mengagetkan Kaila yang melamun menatap foto seorang laki-laki.

Merasa sangat penasaran, Debi langsung mengambil hape milik Kaila untuk melihat laki-laki yang sedang Kaila lihat.

“Elah, masih aja lo Kai ngarepin yang nggak pasti.” Debi mencela Kaila yang susah move on.

“Ya gimana dong. Namanya perasaan Deb. Muncul sendiri ini,” jawab Kaila yang masih memikirkan Rezvan.

“Udah lupain aja sih. Lagian lo udah merried tapi mikirin laki-laki lain. Bego lo Kai.” Debi mencoba memberikan saran agar Kaila bisa melupakan Rezvan. Dokter muda yang berhasil membuat Kaila begitu mengejar-ngejar hingga berani menyatakan cinta. Namun naas cintanya ditolak mentah-mentah oleh Rezvan. Dan sekarang Kaila galau sudah tidak bisa bertemu karena Rezvan ditugas ‘kan di Surabaya.

Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia akan mencoba melupakan Rezvan pelan-pelan.

“Lagian gue dengar, kalau kak Rezvan itu lagi dekat sama salah satu karyawan Doni,” ujar Debi menyampaikan apa yang pernah Doni ceritakan.

“Hah?! Serius lo?” tanya Kaila begitu terkejut.

“Iya lah. Ceweknya cantik banget kata Doni,” tutur Debi kembali.

“Penasaran gue Deb. Ceweknya secantik apa sih?!” Kaila membayangkan Rezvan bergandengan dengan wanita lain. Dan itu membuat dada Kaila menyesak tiba-tiba.

“Udah lupain aja. Udah punya suami keren begitu masa lo cuekin sama diemin aja.”

“Oke gue coba lupain dokter ganteng itu.”

Debi pamit pulang setelah selesai membeli 'kan Kaila berbagai jenis lingerie. Niatnya tadi mau makan bersama tapi Kaila menolak. 

Dan saat ini tiba dimana Kaila menuju ke kamar hotel dan ingin melihat apa saja yang telah Debi beli untuk dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status