Mall Pacific Place Jakarta.
Kaila saat ini menunggu Debi di hard rock kafe. Kaila menikmati suasan musik yang disajikan. Di kafe ini kalau siang memang rada sepi. Tapi kalau malem jangan salah, semua kursi penuh dengan pengunjung. Kaila memesan minuman agar nggak malu-maluin benget lah. Mau pesen makanan, Kaila mikir dua kali, harganya nguras kantong soalnya. Ini saja Kaila duit sisa dikasih mamahnya. Melviano belum kasih nafkah soalnya.
Selang beberapa menit kemudian.
Debi datang dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar setan, yang membuat Kaila menatap kasihan.
“Minum dulu deh,” tawar Kaila memberikan minumannya.
Tanpa babibu Debi langsung menegak minuman milik Kaila hingga tandas.
“Aduh seger banget ini minuman,” ucap Debi sambil terkekeh dan meletakan gelasnya.
“Kampret malahan diabisin segala,” gerutu Kaila melihat minumannya tak tersisa sama sekali.
“Lah lo ‘kan nawarin gue, ya gue minum lah,” jawab Debi tak mau kalah.
“Tapi ... nggak diabisin juga begeeeeee,” kesal Kaila.
“Tinggal pesen lagi elah, ribet banget lo. Jangan kaya orang susah deh,” cerocos Debi.
Dengan terpaksa akhirnya Kaila memesan minuman kembali. Tapi dengan syarat Debi yang harus bayarin nggak mau tahu pokoknya.
“Iya santuy aja Kai, lo pesen makanan semau lo gue bayarin. Tenang ada kartu cardnya Doni.” Debi menunjukan kartu card milik Doni.
“Lah enak banget si kampret dikasih kartu card, ujar Kaila sedikit iri melihat Debi yang sudah sering diberikan ini itu oleh Donat.
“Donat kayaknya cinta banget ya sama elo Deb.”
“Doni Kai namanya, bukan Donat. Gue sambit juga nih,” protes Debi yang pacarnya selalu dipanggil Donat oleh Kaila.
“Sama aja elah.”
“Yaudah lah terserah lo. Capek ngomong sama lo Kai, gue kalah mulu.” Debi menyerah jika berbicara dengan Kaila. Kaila ini pinter banget ngebacot sama adu argumen.
“Oke, sekarang lo mau ngomong apa minta ketemu begini.”
“Gue mau tanya, lo seriusan masih virgin?” tanya Debi serius.
“Iyahlah, ngapain juga gue bohong sih.”
“Belum diapa-apain gitu? Ya kissing minimal,” cerca Debi terus menerus.
“Enggak Deb enggak!” jawab Kaila kesal. Ngapain juga Debi ribet ikut campur urusan ranjang Kaila.
“Wah kok gue jadi curiga kalau suami lo nggak normal.” Debi memberikan spekulasinya.
“Hus ngaco lo Deb, normal suami gue.” Kaila membela Melviano.
“Tahu darimana? Lo aja masih virgin begini,” cemooh Debi melihat Kaila yang masih virgin. Padahal statusnya sudah menikah dengan sah dimata negara dan agama.
“Ya gue ....” Kaila menjeda sesaat ucapannya. Ia bingung menjelaskan kepada Debi kalau Melviano itu normal. Kaila merasakan sendiri kalau kejantanan milik Melviano sempat mengeras dan menegang kok. Dan setelah itu dia masuk kamar mandi.
“Gue apa?” tanya Debi dengan sedikit mencecar Kaila. “Udah lo nggak usah bohong, berapa ronde?”
“Apaan sih, orang gue masih perawan tingting kok,” sungut Kaila kesal.
“Anggap lah gue percaya.” Debi mengatakan itu supaya Kaila mau terbuka kepadanya.
“Iya gue ... merasakan kalau milik Melviano itu tegang banget gitu, terus tak lama dia masuk kamar mandi. Yang seperti gue ceritain lo ditelepon.” Kaila menjelaskan sedikit kesal. Lagian buat apa coba Debi mengintrogasi urusan ranjangnya seperti ini.
“Woah gila, dia tandanya terangsang sama lo Kai. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin ini.” Debi langsung memiliki ide yang begitu gila.
“Maanfaatin gimana maksud lo?” tanya Kaila bingung.
“Udah, ayok gue tunjukin nanti sama lo,” ujar Debi sangat bersemangat.
“Tapi ini minumannya bayar dulu.” Kaila memperingati Debi agar membayar tagihan.
Dengan langkah yang penuh semangat, Kaila dan Debi berjalan masuk mall dan menelusuri satu persatu toko.
“Kita mau nyari apaan sih Deb?” tanya Kaila yang masih penasaran dengan Debi.
“Udah ikut aja, jangan banyak tanya.”
Mereka berdua menuju lantai 3 dimana ada toko menjual jenis pakaian dalam. Kaila menatap Debi dengan horor. Maksudnya apa-apaan sih Debi ngajakin ke tempat jualan CD sama bra.
“Ngapain lo ngajakin gue ke toko pakaian dalam,” gerutu Kaila saat tangannya digandeng untuk masuk toko.
Debi langsung menelisik dan melihat berbagai model jenis lingerie. Debi mencari lingerie yang paling menggairahkan juga seksi, ia memilih warna-warna cerah.
“Coba Kai, sini. Pasti ini cocok buat malam panas kalian berdua,” ujar Debi sambil menempelkan lingerie ketubuh Kaila. Sebab jenis pakaian dalam tidak bisa dicoba.
Kaila langsung menyingkirkan lingerie yang kaya saringan tahu itu.
“Gue nggak mau pakai baju begituan. Nanti masuk angin.” Kaila menolak dengan tegas.
“Nggak bisa. Ini hadiah dari gue harus lo pakai.” Debi tak ingin kalah juga dibantah kali ini. Kaila songong banget, belum merasakan surga dunia itu enaknya luar biasa.
“Bukannya lo udah kasih gue kado? Bahkan kado pernikahan belum ada yang gue buka sama sekali,” tutur Kaila yang belum sempat membuka kado dari siapapun. Sebab semua kado dibawa pulang ke rumah Kaila di Pondok Labu.
“Itu mah gampang nanti saja. Yang terpenting ini dulu,” ucap Debi sambil memilih berbagai model lingerie untuk sahabat tercintanya.
Kaila hanya memandang Debi dengan pasrah. Kaila lebih memilih duduk dan membiarkan Debi yang kaya orang kesetanan belanja itu. Kalau Donat tahu duitnya dipakai buat ngeborong kaya gini sudah dipastikan Debi bakalan diekskusi di ranjang detik ini juga.
Kaila memainkan ponselnya. Ia memandangi foto laki-laki pujaannya itu. Laki-laki yang mampu membuat Kaila galau. Kaila terus mengingat momen saat bersama laki-laki yang berhasil mencuri hatinya. Entah kenapa pesona laki-laki itu susah untuk dilupakan. Kaila terus menatap dan berkhayal jika yang menjadi suaminya adalah Rezvan. Laki-laki yang sangat Kaila suka.
“Woy, ngelamunin siapa hayo,” tegur Debi dengan mengagetkan Kaila yang melamun menatap foto seorang laki-laki.
Merasa sangat penasaran, Debi langsung mengambil hape milik Kaila untuk melihat laki-laki yang sedang Kaila lihat.
“Elah, masih aja lo Kai ngarepin yang nggak pasti.” Debi mencela Kaila yang susah move on.
“Ya gimana dong. Namanya perasaan Deb. Muncul sendiri ini,” jawab Kaila yang masih memikirkan Rezvan.
“Udah lupain aja sih. Lagian lo udah merried tapi mikirin laki-laki lain. Bego lo Kai.” Debi mencoba memberikan saran agar Kaila bisa melupakan Rezvan. Dokter muda yang berhasil membuat Kaila begitu mengejar-ngejar hingga berani menyatakan cinta. Namun naas cintanya ditolak mentah-mentah oleh Rezvan. Dan sekarang Kaila galau sudah tidak bisa bertemu karena Rezvan ditugas ‘kan di Surabaya.
Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia akan mencoba melupakan Rezvan pelan-pelan.
“Lagian gue dengar, kalau kak Rezvan itu lagi dekat sama salah satu karyawan Doni,” ujar Debi menyampaikan apa yang pernah Doni ceritakan.
“Hah?! Serius lo?” tanya Kaila begitu terkejut.
“Iya lah. Ceweknya cantik banget kata Doni,” tutur Debi kembali.
“Penasaran gue Deb. Ceweknya secantik apa sih?!” Kaila membayangkan Rezvan bergandengan dengan wanita lain. Dan itu membuat dada Kaila menyesak tiba-tiba.
“Udah lupain aja. Udah punya suami keren begitu masa lo cuekin sama diemin aja.”
“Oke gue coba lupain dokter ganteng itu.”
Debi pamit pulang setelah selesai membeli 'kan Kaila berbagai jenis lingerie. Niatnya tadi mau makan bersama tapi Kaila menolak.
Dan saat ini tiba dimana Kaila menuju ke kamar hotel dan ingin melihat apa saja yang telah Debi beli untuk dirinya.
Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya."Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna."Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu."Makan.""Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila."Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?""Emang kenapa?" tanya Kaila heran."Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."
Kaila dan Melviano memasuki rumah yang sederhana. Kaila mengetuk pintu dan tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sesosok Rania."Eh pengantin baru ... kalian sudah pulang? Bukannya masih nginap disana?" tanya Rania bingung."Sudah cek out Mah, lagian saya harus urus beberapa dokumen," balas Melviano dengan sopan."Tau tuh Mah, ngeselin." Kaila seperti biasa, suka menggerutu."Hust kamu nggak boleh bilang seperti itu sama suami kamu," ucap Rania memperingatkan Kaila yang sering blong kalau berbicara."Nak Melvin, jangan diambil hati ya kalau Kaila ngomong. Dia emang begitu anaknya suka ceplas-ceplos sembarangan," ujar Rania tidak enak.Sedangkan Kaila hanya menatap mamahnya dengan kesal. Lagian disini yang jadi anaknya itu siapa sih? Kenapa mamahnya sekarang membela Melviano terus? Kalau begini terusan berasa jadi anak tiri." Yasudah Mah sampai kapan kita berdiri depan pintu begini kaya orang minta-minta," keluh Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sudah larut hanyut ke dalam alam bawah sadarnya. Ia merasa capek karena sudah berkeliling mal tadi.Kaila merasakan tubuhnya ada yang menggerayanginya dengan sangat intim. Tapi, kenapa ini rasanya seperti nyata sekali.Ada sebuah tangan yang menyentuh setiap inci tubuhnya ini. Dan tunggu ... kenapa tangan itu berhenti di area sensitifnya? Dan sumpah demi apapun ini rasanya seperti akan terbakar. Gairah dalam tubuhnya seakan ingin mencuat keluar.Tangan itu terus meraba-raba area sensitifnya hingga salah satu jarinya menggoda di dalamnya. Dan ... rasanya begitu enak dan nikmat. Ini rasanya benar-benar ingin terbang. Ya terbang langit ketujuh. Kaila melenguh, mendesah dalam waktu bersamaan. Hingga tak terasa Kaila merasakan seperti ingin pipis."Aaaahh, setop aku ingin pipis," ujar Kaila kepada laki-laki yang tidak terlihat wajahnya itu.Kaila merasakan tidak kuat menahan pipisnya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan m
Setelah kepergian Melviano ke kantor ayahnya, kini Kaila sedang menunduk menghadapi mamahnya, Rania.Kaila merasa malu juga takut. Sebab saat Rania masuk ke dalam kamar Kaila sempat sangat terkejut melihat sperei yang sangat berantakan mosak-masik.Rania menggelengkan kepalanya pusing. Sungguh kelakuan Kaila saat ini bikin migrain. Statusnya saja sudah istri tapi membereskan sperei saja tidak bisa."Kamu itu tidur apa perang sih Kai, sperei sampai amburadul begini," keluh Rania sambil membereskan ujung-ujung sperei."Tidur lah Mah, masa perang di kasur.""Terus ini kamu ganti sperei baru? Makanya kalau habis tempur sama suami itu jangan ganas-ganas toh. Sampai kaya kapal pecah gini," gerutu Rania melihat kamar Kaila berantakan sekali.Apa tadi bilang? Tempur sama suami? Ya ampun Mah, anakmu ini masih perawan lho.Kaila hanyan manyun-manyun saja saat mendengar kultum pagi Mamahnya itu. Orangnya sih pendiam kaya kak Nasya tapi kalau uda
Kaila saat ini sedang menunggu ojol alias ojek online. Tadi Kaila mengatakan kalau naik angkutan itu hanya kebohongan yang haqiqi saja. Yakali dari Pondok Labu ke Thamrin naik angkutan bisa tua di jalanan nanti. Belum kena macetnya sama gonta-ganti angkutan menuju Thamrin.Kaila mendesah lelah, terik matahari panas banget gila. Kaila langsung mengeluarkan handbody lotion untuk mengoleskan ke tangannya yang terasa kebakar itu. Kaila berpikir ia nggak hitam gara-gara kena sinar matahari, perawatan tubuh itu mahal. Apalagi harga skincare itu benar-benar nguras kantong. Kalau Kaila anak Sultan sih nggak masalah. Ini Kaila mau deketin anak sultan aja malahan kabur itu orangnya ke Surabaya. Ngomong-ngomong apa kabar Rezvan ya? Nanti tanya saja sama Donat, lagian dia teman akrabnya.Tiba-tiba saja ada pengendara motor berjaket hijau dan helm hijau. Pokoknya serba hijau. Dia berhenti depan Kaila dan melihat hape.“Mbak Dakota Johnson?” tanya Mas itu sambil m
Debi saat ini sedang menatap lekat Kaila. Ia tersenyum puas jika akan berbagi ilmu soal ranjang begini.Kaila mengeryit bingung menatap Debi. Kaila berpikir kalau Debi ini kesambet setan makanya mesam-mesem begitu.“Lo napa Deb? Kok malahan mesam-mesem begitu?”“Nggak apa, ini gue lagi menghayati dulu,” jawab Debi masih dengan mesam-mesem sendiri.“Lo jadikan kasih gue tipsnya?”“Jadi dong.”“Terus?” tanya Kaila bingung.“Iya ini gue lagi menghayati dulu setiap adegannya biar nanti pas kasih materi ke lo enak,” jawab Debi masih dengan senyumnya.“Kudu mesam-mesem begitu ya?”“Iya inikah gue lagi jadi pemain dalam khayalan,” balas Debi terus senyam-senyum.Kaila justru bergindik ngeri menatap Debi makin nggak waras saja. Perasaan kalau Kaila nonton film blue nggak mesam-mesem deh justru teriak-teriak itu si cewekny
Saat ini Kaila sedang memakan pesanannya itu. Ia mencicipi semuanya dan memisahkan yang akan dibungkus sama langsung dimakan.Debi yang melihat hanya garuk-garuk rambutnya yang tak gatal sama sekali. Ia bingung harus ngomong apa sama Doni. Ya meski Doni sudah tahu kelakuan Kaila gimana tapi tetap saja Debi nggak enak yang notabennya sahabat Kaila.“Laper Kai?”“Banget.”“Belum makan emang?”“Belum. Kan sengaja biar makan di sini sekalian.”Lah kampret! Tolong cegat Debi agar tidak menghujat Kaila saat ini.“Lo kapan pergi ke California?”“Minggu depan kayaknya,” jawab Kaila sambil mengunyah makanan.“Emang lo udah legalisir semuanya?”“Belum. Tapi besok dah kalau nggak kesiangan gue.”“Makanya kalau tidur jangan kaya kebo,” cibir Debi melihat Kaila yang susah dibangunkan.“Ngantuk Deb, ma
Kaila saat ini sedang misuh-misuh sambil menyabuni piring kotor. Ingin sekali rasanya membanting semua piring yang ada dihadapannya ini. Kaila marah eh bukan ding tapi kesal sama Donat. Kurang ajar Donat. Awas saja nanti hidupmu tidak akan tenang karena sudah menjadikan anak perawan menjadi kacung seperti ini.“Mbak pelan-pelan nanti piringnya pada pecah gimana?” tegur seseorang yang membantu Kaila membantu nyuci piring.“Bodoh mamat, mending lo diam aja dah. Udah sukur gue bantu lo.” Kaila masih saja kasar sampai busanya berantakan kemana-mana.“Yaudah Mbak, kalau Mbak capek mending nggak usah nyuci biar saya saja yang menyelesaikan.”Mendengar ucapan yang menyenangkan membuat Kaila langsung berhenti dan menatap seorang laki-laki yang usinya hampir sama dengan Kaila. Mungkin tua dia setahun apa dua tahun kali ya. Seumuran sama kak Nasya lah.“Lo serius? Eh kamu serius?” Kaila langsung mengubah