Share

Bab 7 - Belajar Liar

Setelah tadi menghabiskan waktu berbelanja bermacam-macam model lingerie. Akhirnya sekarang Kaila sudah berada di kamar hotel. Kaila menatap satu persatu model lingerie yang Debi pilihkan untuk dirinya.

"Sinting!" Komentar Kaila saat menatap model lingerie yang menurutnya itu seperti saringan tahu.

Kaila mengembuskan napasnya pasrah. Ia heran kenapa bisa memiliki teman seancur Debi.

Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka menampilkan Melviano yang berpakaian sangat-sangat cool.

Melviano memakai kaus putih polos yang sangat pas ditubuhnya. Sehingga otot-otot lengannya terpampang sangat sempurna.

"Habis dari mana?" tanya Kaila berbasa-basi untuk mengurangi rasa gugupnya itu.

"Makan."

"Kok nggak nungguin gue, sih!" protes Kaila.

"Bisa tidak jangan memakai kata gue-gue segala. Bisa gunakan aku-kamu, 'kan?"

"Emang kenapa?" tanya Kaila heran.

"Kurang suka dengarnya dan terlihat kurang sopan."

" Tapi ini di Jakarta. Dan lo-gue itu bahasa gaul anak Jakarta," jawab Kaila tak terima.

"Tapi sebentar lagi kamu nggak akan hidup di Jakarta. Jadi biasa, 'kan belajar dari sekarang?" titah Melviano dengan tegas.

Mendapat teguran seperti ini membuat mood Kaila buruk. Tips yang Debi berikan malas Kaila lakukan. Lagian untuk apa memancing kucing garong model Melviano seperti ini? Yang ada nanti makan hati. Jadi lebih baik Kaila mandi dan bergegas menuju restoran untuk makan. Tahu akan ditinggal makan seperti ini mending tadi Debi nawarin makan Kaila mau aja.

Melviano mengeryitkan kening ketika di atas ranjang terdapat banyak daleman wanita yang berserakan.

"Kamu habis belanja lingerie?" tanya Melviano menatap model lingerie yang sering digunakan teman bercintanya di California.

Kaila tak menyadari kalau lingerie yang dibelinya itu masih berserakan. Dengan gerakan cepat. Kaila memunguti dan memasukan ke dalam paperbag dengan asal-asalan. Yang penting tidak terlihat mata Melviano.

Kaila menatap tajam kearah Melviano yang masih tertawa. Entah apa yang ditertawakan, Kaila tidak mengerti.

"Kenapa kamu ketawa-ketawa?" tanya Kaila dengan sedikit sinis.

Melviano masih saja tertawa melihat bocah cilik seperti Kaila membeli pakaian dalam wanita dewasa. Rasanya tidak cocok. Membayangkan saja Melviano sudah geli sendiri.

"Kamu beli lingerie? Kamu tuh masih bocah belum pantas pakai begituan," ucap Melviano sambil terkekeh geli.

Kaila yang ditertawakan masih menatap tajam kearah Melviano. Rasanya tidak terima dianggap bocah oleh pria blasteran di depannya itu.

"Kenapa? Tidak terima? Aku itu berbicara sesuai fakta dan jujur. Kamu itu cocoknya masih pakai baju tidur yang motif kartun doraemon," ujar Melviano makin terkekeh.

Tidak terima dengan hinaan yang Melviano lontarkan membuat emosi Kaila bergejolak.

Kaila melemparkan paperbag berisi lingerie ke tubuh Melviano dengan kasar. Sehingga beberapa lingerie ada yang terjatuh.

Kaila langsung berlari keluar dan masa bodoh dengan panggilan Melviano yang memanggilnya.

Kaila menangis saat dirinya dihina secara verbal seperti itu. Kaila bingung dengan dirinya sendiri saat ini. Kenapa sekarang jadi gampang sekali sensitif. Apa Kaila hamil? Ah, tidak mungkin! Belum juga dicelupin masa udah hamil sih. Hamil darimana coba? Dikira Kaila amoeba bisa hamil sendiri.

Kaila saat ini sedang di restoran hotel Ritz Carlton. Ia lapar udah muter-muter mall ditambah dapat hinaan verbal tambah lapar perutnya.

Kaila memesan banyak menu, ia akan balas dendam kepada Melviano. Biarin saja nanti Melviano yang bayar. Biar tahu rasa dan bangkrut itu duit.

Pesanan datang dan Kaila langsung menyantap dengan rakus. Bodoh amat banyak yang melihat cara dia makan. Palingan mereka berpikir kalau Kaila hanya orang sinting yang kelaparan. Hey! Ingat orang sinting nggak akan bisa masuk ke hotel dan restoran paling mewah di Jakarta.

Merasa kenyang dan nggak sanggup untuk menghabiskan sisanya. Kaila merasa perutnya sakit. Ia akan berjalan menuju kamar hotel. Tapi, Kaila bingung ia sudah tidak memegang uang saat ini. Bagaimana cara ngomong kalau suaminya berada di dalam hotel ini dan dia yang membayar?

Kaila mulai berjalan menuju kasir dan mencoba negoisasi dengan kasir agar bisa paham dan mengerti soal kondisinya.

"Permisi, Kak," ujar Kaila mencoba menyapa sambil tersenyum kikuk.

"Iya Ibu ada yang bisa saya bantu?" ujar Kasir itu dengan ramah. Jelas ramah, kalau servis kurang bisa langsung pecat detik ini juga.

"Emm .... begini, Kak, dompet saya ketinggalan di kamar hotel ini. Dan saya bingung mau mengambilnya," ujar Kaila takut-takut. Semoga saja itu kasir percaya.

Kasir itu mengeryitkan dahi bingung, namun tetap tersenyum ramah di depan Kaila.

"Atas nama siapa Ibu menginap di hotel ini?" tanya kasir itu ramah.

"Melviano. Emmm .... Bapak Melviano." Kaila rada belibet mengucap 'kan nama suaminya itu.

"Tunggu sebentar. yah, Ibu, kami akan menyambungkan ke pihak resepsionis hotel terlebih dahulu untuk memastikan nama yang Ibu katakan barusan," ujar Kasir itu lembut juga ramah.

Kaila mengangguk paham. Kaila melihat Kasir itu sedang menunggu saluran teleponnya tersambung. Kaila menunggu cemas saat Kasir itu berbicara sangat pelan. Kaila yakin itu pegawai makannya permen yuppi yang lembut kenyal itu. Suaranya bisa lembut bener ya.

"Kami sudah menghubungi pihak resepsionis hotel dan mengecek data dengan nama yang Ibu katakan. Tapi, maaf sekali nama yang baru saja Ibu katakan sudah cek out lima menit yang lalu." Kasir itu menyampaikan dengan ramah tamah dan senyum manis.

"APA?!" ujar Kaila terkejut.

"Tapi nggak mungkin, Kak, masa aku ditinggal sendirian, sih! Suami kurang ajar! Tahu begini aku nyesel nikah. Awas saja kalau ketemu bakalan aku cium, eh jotos!" dumel Kaila yang tak sadar ada seseorang yang sudah mendengarkan segala bentuk ocehannya itu.

"Berapa semuanya?" tanya orang dibelakang Kaila.

Kaila menengok dan terpekik kaget saat mendapati Melviano sudah berada dibelakangnya.

Kaila merasa malu sudah mengumpati Melviano barusan. Apa Melviano dengar? Kaila merasa ketar-ketir sendiri.

"Kak, kok nggak bilang sih ada dia disini," bisik Kaila pelan terhadap Kasir yang hanya membalas dengan senyuman.

"Totalnya tiga juta Pak," jawab Kasir itu ramah.

Melviano menyerahkan debit cardnya untuk membayarkan semua makanan istri kecilnya itu.

Setelah selesai proses pembayaran. Dengan cepat Melviano berjalan keluar dan menyeret Kaila hingga terseok-seok untuk mengimbangi langkak kaki Melviano yang lebar itu.

"Jalannya jangan cepat-cepat." Protes Kaila.

"Kamu saja yang lelet!" balas Melviano tak mau kalah.

"Kita sudah cek out?" tanya Kaila melihat kalau Melviano menyeret ke arah depan hotel.

"Ya."

Melviano berdiri di lobby hotel sambil menunggu mobilnya datang.

Tak lama petugas valet parkir datang membawa 'kan mobil milik Melviano berhenti tepat depan lobby.

Tanpa basa-basi Melviano menerima kunci dan memberikan uang tip kepada petugas parkir. Hitung-hitung buat jajan es.

Saat ini Melviano sedang fokus menyetir. Tatapan matanya terus menatap ke depan tanpa mau menengok ke arah Kaila.

Kaila merasakan kalau dirinya diacuhkan seperti kambing congek.

"Mel. Kita mau kemana?" tanya Kaila mencoba membuka suara.

Melviano tak merespon ucapan Kaila. Ia masih saja fokus menyetir ke depan. Melviano masih sedikit kaku menyetir mobil dengan sebelah kanan. Kalian tahu sendiri mobil luar negeri itu setirnya sebelah kiri.

"Mel ... jawab dong. Jangan diam aja begitu."

Melviano melirik kearah Kaila dengan sinis.

"Bicara yang benar!" hardik Melviano tegas.

"Loh udah benar kok," sanggah Kaila tak terima.

"Sebut nama yang benar," koreksi Melviano.

"Oh ... lah itukan udah benar. Nama kamu iya Melviano disingkat jadi Mel," ucap Kaila masih bisa tersenyum. Ia tidak tahu sudah membuat macan tersinggung.

"Tapi nanti orang kira nama aku MelMel atau Meli ..., jadi sebut yang benar."

"Ribet banget sih!" gerutu Kaila. "Tinggal nama doang rempong!" sungut Kaila dan beralih menatap luar jendela.

Melihat itu membuat Melviano menghela napas kesal. Bagaimanapun ia harus ekstra sabar buat menghadapi istrinya yang unik bin ajaib ini.

Tak terasa perjalanan mereka sampai di Pondok Labu. Kaila merasa senang akhirnya ia bisa tidur di kamar kesayangannya itu. Tapi ..., kamar dan ranjang Kaila itu sempit. Mana cukup buat berdua? Cukup sih berdua. Tapi, iya dempet-dempetan nanti. Tidak bisa! Nanti bakalan suruh Melviano tidur di lantai saja. Hahahaha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status